8 Tanda Kamu Takut Berkomitmen dalam Hubungan, Jangan Terjebak!

Ketakutan terhadap komitmen bisa muncul karena berbagai alasan. Mulai dari pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan, sampai pandangan pribadi tentang hubungan itu sendiri. Seperti takut kehilangan kebebasan atau kesempatan untuk pengembangan diri karena harus mengorbankan sebagian idealismenya demi hubungan yang dijalani.
Ketakutan-ketakutan ini seringkali tak disadari dan bermanifestasi menjadi sikap atau tindakan dalam menjalani hubungan tersebut. Jika kamu sedang terlibat dalam sebuah hubungan, perhatikan apakah delapan tanda berikut ada dalam hubungan yang tengah kamu jalani? Jika iya, maka kamu perlu meneguhkan hati dan pikiran untuk terbuka pada kemungkinan komitmen lebih lanjut.
1. Menghindari pembicaraan tentang masa depan

Jika kamu merasa enggan untuk membicarakan tentang masa depan hubungan, maka bisa jadi itu adalah salah satu tanda ketakutanmu terhadap komitmen. Ketika pasangan mulai membicarakan hal-hal seperti pernikahan, anak, atau rencana jangka panjang lainnya, kamu akan cenderung merasa cemas dan berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Kamu merasa tidak nyaman membayangkan hubungan yang lebih serius atau jauh ke depan, atau bisa juga muncul kekhawatiran, karena hal tersebut menuntut adanya kepastian dan keputusan yang lebih besar.
Kamu juga dapat memperhatikan, apakah kamu merasa tak ingin ada yang berubah dalam hubungan yang sedang dijalani. Misalnya, kamu tak ingin status hubunganmu berubah dari in relationship menjadi engaged? Atau, apakah kamu merasa gelisah membayangkan hubungan dengan keluarga besar kelak, anak-anak yang harus diurus, dan pada akhirnya memilih untuk menunda kelanjutan hubungan ini? Jika iya, kamu perlu melakukan refleksi pada diri sendiri, apa yang membuatmu merasakan itu, dan adakah langkah-langkah yang bisa kamu ambil untuk mengatasinya.
2. Sering menjauh ketika hubungan semakin serius

Apakah kamu pernah memilih untuk menolak telepon dari pasanganmu atau menjawab pesan-pesannya ketika ia tengah membicarakan rencana masa depan? Atau, jika kamu sedang dekat dengan seseorang secara emosional, lalu orang tersebut mulai menunjukkan ketertarikan atau mengutarakan perasaannya, kamu memilih untuk menghindari orang tersebut walau kamu tidak membencinya. Hal tersebut adalah salah satu tanda lainnya bahwa kamu memiliki ketakutan untuk berkomitmen.
Kebiasaan menjauh ini sering kali tidak disadari dan menjadi mekanisme pertahanan diri untuk menghindari kedalaman hubungan. Kamu mungkin akan menarik diri secara emosional atau fisik karena menghindari komitmen tersebut. Pahami, apa yang membuatmu bersikap demikian. Apakah karena kamu takut akan risiko yang dihadapi, takut untuk merasa terikat atau terluka dalam hubungan yang dijalani, atau mungkin sebab lainnya? Menemukan penyebabnya, akan membuatmu lebih mudah dalam mengatasi ketakutan tersebut.
3. Kesulitan membuka hati

Bukan tak mungkin jika kamu merasa kesulitan membuka hatimu pada orang-orang yang ingin datang dan berkomitmen padamu. Terlepas apakah kamu seorang introvert atau bukan, kesanggupan untuk membuka hati dan tipe kepribadian diri sendiri adalah dua hal yang berbeda. Jika kamu mengalami hal semacam ini, biasanya ditunjukkan dengan beberapa sikap seperti enggan dekat dengan seseorang secara emosional, sulit menerima kehadiran seseorang yang degan tulus menunjukkan ketertarikan padanmu, dan lain sebagainya.
Ketakutan ini sering kali muncul karena tidak percaya sepenuhnya pada orang lain atau merasa tidak aman dengan diri sendiri. Tanpa disadari, kamu mungkin berpikir bahwa dengan menjaga jarak emosional, kamu dapat melindungi diri dari rasa sakit yang mungkin timbul di kemudian hari. Pahamilah, bahwa ketidakmampuan untuk membuka diri justru membuatmu kehilangan peluang untuk membangun hubungan yang lebih intim dan mendalam. Dengan atau tanpa menjalin hubungan pun, akan selalu ada orang yang berpeluang menyakiti atau meninggalkanmu.
4. Menghindari status dalam hubungan

Ketakutan terhadap komitmen juga bisa tercermin dari ketidakmauan untuk memiliki status dalam hubungan. Jika kamu menghindari adanya label komitmen dalam hubunganmu, bisa jadi kamu memiliki rasa takut akan komitmen itu sendiri. Status dalam hubungan memang selalu diasosiasikan dengan besarnya tanggung jawab yang harus dijalani. Namun hubungan selalu bicara tentang dua orang, dan kamu tak pernah benar-benar menanggungnya sendirian. Berusalah untuk memahami itu.
Menghindari status mungkin akan tetap membawamu berada di zona nyaman. Akan tetapi, itu tak akan pernah menyelesaikan rasa takut atau trust issue dalam dirimu. Belajarlah untuk terbuka pada dirimu sendiri dan memahami apa yang sebenarnya tengah kamu hadapi. Belajarlah untuk menyadari bahwa pada akhirnya segala ketakutan itu akan tetap bersisian dengan hidupmu, dan kamu perlu mampu menanganinya.
5. Takut kehilangan kebebasan

Salah satu alasan lainnya tentang ketakutan terhadap komitmen adalah khawatir akan kehilangan kebebasan pribadi. Ketika seseorang memutuskan untuk berkomitmen dalam hubungan, mereka merasa bahwa kebebasan yang mereka nikmati selama ini akan hilang, entah itu dalam hal waktu, kegiatan, atau kontrol atas diri sendiri. Ketakutan ini bisa terasa sangat kuat, terutama bagi mereka yang sangat menghargai kemandirian dan merasa bahwa komitmen akan membatasi ruang pribadi.
Apakah kamu merasakan hal ini sebagai jebakan dalam hubungan yang kamu jalani? Apakah kamu merasa khawatir bahwa berkomitmen akan menuntutmu untuk mengubah kebiasaan atau rutinitas hidup yang sudah nyaman? Percayalah, kamu bisa mengomunikasikan hal ini dengan pasanganmu. Jangan terbeban dengan kekhawatiran yang belum terbukti bahkan tak mendasar. Bukalah pandangan dan lihat sekelilingmu, pada orang-orang yang memiliki hubungan tetapi tetap mampu berkarya dan memiliki kebebasan dalam koridor hubungan yang sesuai.
6. Sering merasa ragu atau tidak pasti

Merasa ragu atau tak pasti adalah tanda lain dari ketakutan terhadap komitmen. Apakah kamu kerap merasa bingung tentang keputusan-keputusan dalam hubunganmu? Misalnya, seperti kelanjutan hubunganmu atau komitmen yang lebih jauh? Apakah setiap kali hubunganmu mencapai titik serius, kamu justru merasa terjebak dalam dilema dan tidak tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan?
Rasa ragu biasanya muncul karena pengalaman buruk di masa lalu yang kita simpulkan sebagai makna untuk tidak terlalu cepat terikat dalam hubungan yang dalam dan serius. Ketakutan seringkali menghalangi kita untuk bergerak maju dalam hubungan tersebut. Kita jadi terlalu penuh pertimbangan, bahkan terlalu banyak pertimbangan hingga batas antara ya dan tidak menjadi bias. Pikiran-pikiran tersebut menghalangi kita berpikir jernih tentang keputusan yang perlu diambil dalam hubungan.
7. Cemas tentang pengorbanan

Ketakutan terhadap komitmen juga sering terkait dengan kecemasan tentang pengorbanan yang harus dilakukan dalam hubungan. Banyak orang merasa bahwa berkomitmen berarti mereka harus mengorbankan waktu, energi, atau bahkan impian pribadi demi hubungan. Hal ini bisa menciptakan rasa cemas tentang bagaimana kita dapat menyeimbangkan kehidupan pribadi dengan tanggung jawab terhadap pasangan.
Apakah hal-hal seperti pengorbanan ini sering dirasakan sebagai sesuatu yang memaksamu? Bahkan kamu merasa dituntut untuk memberikan lebih banyak daripada yang bisa kamu berikan? Atau merasa harus mengorbankan kenyamananmu demi kebahagiaan pasangan? Jika kamu berpikir demikian, berhentilah untuk berpikir sebagai korban. Kamu tak pernah dituntut untuk berkorban sendirian. Pasanganmu pun memiliki pengorbanan yang sama. Jadi, jangan jadikan itu sebagai ketakutan yang tak mendasar.
8. Menjaga jarak secara emosional

Ketakutan terhadap komitmen juga dapat terlihat melalui cara seseorang menjaga jarak emosional dalam hubungan. Kamu mungkin terlihat sangat terlibat secara fisik, tetapi secara emosional bisa saja kamu enggan untuk membuka diri atau membiarkan pasangan masuk ke dalam sisi hidup dirimu. Ini adalah cara kamu melindungi diri dari rasa sakit yang mungkin timbul dari tingkat lanjut hubunganmu. Sama seperti tanda-tanda ketakutan lainnya, menjaga jarak emosional ini adalah mekanisme perlindungan agar kamu tidak terlalu terikat atau merasa terjebak. Meskipun kamu menginginkan hubungan yang lebih dekat, ketakutan terhadap komitmen bisa membuatmu merasa sulit untuk memberikan kepercayaan sepenuhnya. Akibatnya, hubungan malah terganggu dan tidak berkembang ke arah yang lebih baik.
Ketakutan terhadap komitmen adalah hal yang normal dan sering kali muncul karena berbagai alasan pribadi atau pengalaman hidup. Namun, jika ketakutan ini terus menghambat perkembangan hubungan, penting untuk mengenali tanda-tanda tersebut dan mencari cara untuk menghadapinya. Mengatasi ketakutan terhadap komitmen membutuhkan keberanian untuk membuka diri, berbicara dengan pasangan, dan dukungan untuk mengatasinya. Pahami ketakutanmu, terbukalah, dan carilah jalan untuk bisa menyelesaikan permasalahan ini bersama pasanganmu.