Bulan Ramadan menjadi waktu yang baik dan istimewa bagi umat Muslim. Saking mulianya bulan Ramadan, banyak yang berlomba-lomba melakukan kebaikan. Salah satunya adalah melangsungkan pernikahan.
Kira-kira, bolehkah menikah di bulan Ramadan? Berikut penjelasannya menurut ajaran agama Islam dan waktu yang dianjurkan untuk menggelar pernikahan.
Melansir NU Online, menurut ajaran agama Islam, tidak dijelaskan secara rinci waktu terbaik untuk melaksanakan akad nikah. Dalam Al-Qur'an dan hadis, tidak terdapat anjuran wajib maupun sunah untuk melaksanakan pernikahan di bulan tertentu dan tidak pula dilarang untuk melaksanakan akad di bulan tertentu, kecuali saat ihram (haji/umrah).
Oleh karenanya, umat muslim boleh melangsungkan pernikahan di bulan Ramadan. Hanya saja, penting diperhatikan pada bulan tersebut, puasa Ramadan tengah berlangsung sehingga tidak diperbolehkan membatalkan puasa tanpa uzur yang jelas.
Pada dasarnya, semua bulan adalah waktu yang baik untuk menikah. Karena itu, diperbolehkan untuk melangsungkan pernikahan di bulan Ramadan. Namun, Rasulullah menikah dengan Aisya RA pada bulan Syawal atau setelah bulan Ramadan.
”Dari ‘Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW menikahi saya pada bulan Syawal, dan membangun rumah tangga (berhubungan badan) dengan saya pada bulan Syawal, maka siapakah istri-istri Rasulullah SAW yang lebih mendapatkan tempat di sisi beliau daripada saya? Perawi berkata, ‘Aisyah RA senang bila berhubungan badan suami istri dilakukan di bulan Syawal,’” (HR Muslim dari Aisyah RA).
Hari yang disunahkan untuk melangsungkan akad pernikahan adalah hari Jumat, menurut sumber NU Online. Waktunya bisa Jumat sore atau pada malam harinya. Alasannya adalah Jumat adalah hari yang mulia bagi umat Muslim.
Hari tersebut penuh dengan keberkahan dan terkabulnya doa. Pernikahan dimaksudkan untuk mendapatkan berkah dan agar terkabulnya doa serta harapan.
”Laksanakan pernikahan di sore atau malam hari, yakni hari Jumat, karena itu merupakan waktu yang paling besar berkahnya,” (HR Abu Hafsh dari Abu Hurairah r.a.) (Lihat Abû Ishâq Ibn Muflih Al-Hanbalî, Al-Mubdi‘ Syarhul Muqni‘ [Beirut, Dârul Fikr: 1997], juz 6, halaman 92-93).
Jadi, sudah jelas bukan soal pernikahan di bulan Ramadan? Adakah yang berniat melangsungkan akad di bulan tersebut?