Buat Kamu yang Galau Karena Menjadi Realistis dalam Cinta Tak Semudah Teorinya, Yuk Baca Ini!

Cinta memang bisa membuat siapa saja merasa mabuk. Itulah mengapa orang yang sedang jatuh cinta sulit untuk berlogika. Memang sih semua wajar adanya. Tapi, ketika cinta menghadapkan kamu pada pilihan-pilihan penting, menentukannya dalam keadaan “mabuk” tentu akan berbuah penyesalan.
Ketika kamu dan si dia sudah memasuki usia dewasa, tentu hubungan percintaan kalian tak bisa hanya main-main saja. Suatu saat kalian pasti akan dihadapkan pada pertanyaan: apakah kisah ini akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan, atau disudahi sampai di sini saja? Jika benar-benar cinta, pastinya kalian akan memilih untuk menikah. Tapi, pernikahan bukan permainan, semua butuh dipertimbangkan dengan serius. Cinta saja tak cukup untuk meyakinkan orang tua, bahkan dirimu sendiri.
Saat menentukan pilihan penting dalam hidup, kamu harus membuka mata, telinga, hati, dan pikiran. Menjadi realistis adalah salah satu acara agar kamu tak buta karena cinta. Bagi kamu yang sedang dirundung galau karena ternyata realistis dalam cinta tak semudah teorinya, coba baca ini.
Realistis Vs Materialistis

Realistis dan matrealistis memang kerap disamakan. Padahal keduanya berbeda. Kamu bisa dianggap matrealistis jika penilaianmu hanya bedasarkan uang dan sesuatu yang bersifat kebendaan. Sedangkan orang yang realistis adalah mereka yang berpikir secara wajar dan faktual.
Sebagian besar pertengkaran dalam rumah tangga disebabkan oleh faktor ekonomi. Kebutuhan yang begitu banyak, tapi tidak dibarengi dengan kemampuan untuk memenuhinya akan membawa perasaan stres dan tertekan sehingga seseorang menjadi mudah tersinggung dan marah. Maka jangan ngambek ketika orang tuamu begitu mengkhawatirkan karir calon suamimu. Karena mereka lebih tahu bagaimana kehidupan rumah tangga yang sebenarnya.
Rezeki memang di tangan Tuhan, sungguh tak ada yang tahu bagaimana nasibmu kedepannya. Maka yang perlu kamu lihat bukanlah berapa banyak yang dia bisa hasilkan sekarang. Tapi seberapa besar potensinya untuk tetap berpenghasilan di masa depan. Pilihlah pria yang tekun, pantang menyerah, kreatif, punya kemauan keras, tidak kalah dimakan gengsi, dan sangat menginginkan kebahagiaanmu.
Berhenti Mimpi di Siang Bolong

Berhentilah hanya membayangkan rasanya jadi ratu dan raja sehari di atas pelaminan, atau bagaimana tidur berpelukan sepanjang malam. Semua orang siap untuk bahagia, tapi tak semuanya siap menghadapi badai dan rintangan di masa depan.
Biarlah teman-temanmu sudah menikah duluan, atau mantan yang mulai pamer foto tunangan di sosial media. Karena mereka hanyalah orang lain yang jika kamu kesusahan hanya bisa menonton saja. Bangunlah dari mimpi-mimpi manis, lihatlah secara sadar bagaimana kondisi yang kamu alami. Fokus saja pada hidupmu. Pernikahan adalah fase yang panjang hingga maut datang, maka memutuskannya tentu tak perlu terburu-buru. Tanyakan terus pada Tuhan, apakah ia benar-benar yang terbaik untukmu.
Jangan Abaikan Nasihat

Berdiskusilah dengan mereka yang sudah melewati masa pernikahan selama puluhan tahun. Tanyakan apa susah senang yang mereka rasakan bersama pasangan. Jangan lupa minta dijelaskan bedanya perasaan saat pacaran dengan saat mengenyam pernikahan.
Asmara bisa membuatmu lupa segalanya. Membela pasangan dan hubungan kalian menjadi nomer satu sampai mengabaikan bagaimana perasaan orang-orang yang menyayangimu lebih dulu jauh sebelum kamu bertemu dengan si dia. Padahal di dunia ini kalian tak hanya berdua, kamu dan dia masih sangat butuh bantuan mereka semua. Maka pastikan hubungan kalian tidak menyakiti hati siapapun terutama orang tua dan jangan sampai melanggar aturan agama. Sehingga kelak rumah tangga yang kalian bahagia sepenuhnya.
Jika Bimbang, Tandanya Kamu Belum Jujur Pada Diri Sendiri

Dihadapkan dengan realita pasti bisa membuatmu galau. Kalau sudah begini, tandanya kamu belum bisa berdamai dan jujur pada diri sendiri. Jangan terlalu memaksakan perasaan. Karena cinta saja tak cukup. Perasaan yang menyala-nyala di hatimu sekarang, lambat laun akan mereda juga. Maka tak perlu membabi buta membela cinta.