6 Alasan Gak Perlu Upload Konten Life After Breakup Setelah Putus

- Konten life after breakup di media sosial berpotensi bikin gagal move on, mendapat hate comment, dan galau berkepanjangan.
- Saat putus, fokus pada penyembuhan diri dan curhat kepada orang terdekat, bukan upload kesedihan di medsos. Netizen bisa anggap sebagai hiburan.
- Posting konten publik bisa dilihat banyak orang, termasuk mantan. Konten sedih juga memicu flashback, sakit hati, dan drama baru yang tidak perlu.
Akhir-akhir ini media sosial lagi rame banget sama konten life after breakup. Isi kontennya biasanya tentang perjalanan dari mulai galau abis putus cinta sampai akhirnya bisa move on dari sang mantan. Sayangnya, membagikan kondisimu setelah putus di medsos itu malah punya banyak sisi negatif, lho!
Mulai dari bikin gagal move on, risiko mendapat hate comment, sampai galau berkepanjangan. Makanya, sebelum upload konten life after breakup yang kamu punya, mending cek dulu enam alasan kenapa kegalauan kamu gak perlu jadi konsumsi publik. Biar gak nyesel setelah kontennya FYP di mana-mana!
1. Putus itu waktunya fokus penyembuhan, bukan upload kesedihan

Putus dari mantan itu saatnya fokus sama penyembuhan diri. Mau nangis? Keluarin aja semua air mata. Pengen curhat karena butuh support? Kontak aja sahabat dan keluarga terdekatmu. Soalnya, galau setelah putus itu emang wajar banget. Tapi, walaupun sedih itu manusiawi, bukan berarti kamu perlu upload soal kesedihanmu di medsos.
Ingat, putus itu masalah pribadimu sama mantan. Jadi, kalau mau curhat, mending sama orang terdekat yang beneran peduli, bukan sama netizen random yang gak kamu kenal. Soalnya, saran mereka belum tentu serius, apalagi helpful. Namanya juga medsos, semua hal bisa aja dianggap sebagai hiburan. Padahal, patah hatimu, kan gak pantas jadi lelucon semua orang!
2. Bisa dianggap lagi sadfishing atau menjual kesedihan

Saat kamu upload konten di media sosial, semua orang bisa aja berinteraksi lewat postinganmu. Tapi masalahnya, gak semua orang bisa kasih dukungan. Soalnya, kamu bisa aja malah dianggap lagi sadfishing atau menjual kesedihan tanpa konteks yang jelas, seolah-olah lagi cari validasi dari orang lain.
Padahal, walaupun niatmu bukan lagi caper dan cuma mau berbagi perjalanan life after breakup aja, belum tentu orang lain bisa berpikiran sama. Apalagi, pas lagi galau, bisa aja kamu lupa buat kasih konteks jelas pas ditanya sama netizen di komentar. Makin memperkuat tanggapan soal sadfishing, kan?
3. Berpeluang jadi bahan ledekan mantan dan circle-nya kalau ketahuan

Niatnya bikin konten life after breakup biar bisa saling support sesama pejuang move on. Tapi, kok malah jadi bahan ledekan mantan dan circle-nya? Jelas aja. Soalnya, semua postingan yang dibagikan secara publik itu bisa dilihat dan di-share banyak orang. Makanya walaupun udah diblokir atau hide, mereka bisa aja gak sengaja lihat konten kalian dari video repost orang lain.
Kalau udah gini, masih yakin buat upload konten life after breakup? Soalnya, pas udah move on, kamu bisa aja nyesel karena pernah nangisin mantan di medsos. Masalahnya, rasa nyeselnya udah keburu telat karena videomu keburu FYP di mana-mana. Tengsin, kan kalau tiap ketemu malah jadi bahan ledekan?
4. Mengekspos luka terus-terusan bisa bikin gagal move on

Bayangin, pas upload konten life after breakup, komentar kamu isinya tentang orang-orang yang juga mengalami hal yang sama. Awalnya mungkin kayak lagi dipeluk, karena ternyata yang sedih bukan cuma kamu aja. Tapi kalau sering dapat komentar kayak gini, tanpa sadar kamu malah ingat sama sakitnya terus-terusan.
Apalagi, kalau kamu rutin share kegalauan, artinya kamu bakal sering flashback sama mantan. Gimana bisa move on, kalau semua yang ada di media sosial malah bikin kamu ingat sama mantan? Padahal pas galau, kamu cenderung buka medsos, karena udah gak bisa chat pacar lagi. Kalau konten dan algoritma isinya galau semua, bukannya sembuh, malah bikin gagal move on, kan?
5. Berpotensi bikin drama baru

Walaupun niat kamu bikin konten sekadar merekam perjalanan patah hati aja, apa orang lain bakal berpikiran sama? Belum tentu! Apalagi kalau mantanmu udah punya gebetan atau pacar baru. Move on juga belum, malah dilabrak sama pasangan baru mantan gara-gara konten.
Sakitnya, sih bukan karena dilabrak, tapi karena mantan udah dapat pengganti, sedangkan kamu masih berjuang sembuh dari patah hati. Apalagi kalau kamu malah dapat banyak hate comment setelahnya. Malah bikin drama baru yang gak penting, kan?
6. Masih banyak cara lain yang lebih sehat untuk sembuh

Konten life after breakup emang bisa jadi bukti perjalanan jatuh bangun buat sembuh dari masa lalu. Tapi, kalau malah bikin kamu lebih terpuruk dan susah move on, artinya cara ini gak sehat buat kamu. Makanya, daripada cari dukungan di dunia maya, mending isi waktu dengan kegiatan positif bareng orang terdekat di dunia nyata.
Mau jalan-jalan bareng sahabat, me time seharian atau cari hobi baru biar ketemu teman baru, tinggal pilih aja yang kamu suka. Ingat, nangis itu gak apa-apa, tapi gak semua orang perlu tahu. Soalnya, patah hati kamu itu personal, bukan bahan gosip orang yang gak kamu kenal!
Susah move on itu manusiawi, tapi sharing prosesnya di medsos juga punya konsekuensi. Makanya, daripada upload yang sedih, kenapa gak posting yang bikin happy? Biar kesannya lebih dewasa dan elegan, bukan malah kelihatan lemah di depan banyak orang. Patah hatinya cukup dibagi ke orang terdekat aja. Jadi, setelah lihat enam alasan tadi, masih yakin buat upload konten life after breakup di medsos?