Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jawaban atas Pertanyaanmu Saat Kunyatakan Isi Hatiku

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Ini adalah kisahku, setidaknya dari sudut pandangku mengenai kisah pertemuan kita dan apa yang telah terjadi selama tiga sampai empat bulan belakangan ini hingga akhirnya kuputuskan untuk menyatukan perasaanku denganmu. Tulisan ini sebenarnya kubuat untuk memuaskan beberapa pertanyaanmu beberapa waktu lalu tentang apa yang sebenarnya kurasakan terhadapmu.

Kusampaikan dalam bentuk tulisan karena aku rasa ‘I write better than I talk’. Entah tulisan ini akan mampu memenuhi tujuan atau tidak, yang penting aku ingin cerita tentang ini.

Entah dari mana semua ini bermula, tak ada yang istimewa dari perkenalan kita. Dulu, awal semester, kamu hanya seorang ‘cewek’ dengan nama yang panjang yang bernomor absen tepat di bawah nomorku. Mau tidak mau, aku terpaksa duduk di sampingmu setiap kali kita belajar di laboratorium komputer. Dan terpaksa pula komunikasi lebih intensif kepadamu dari pada ke teman-teman yang lain. Dari sana, aku ingat pertama kali kamu coba berkomunikasi denganku karena kamu tertarik dengan smartphone yang kugunakan, tak perlu sebut merk kali ya. Seakan tak ada topik lain selain hal itu di hari-hari berikutnya. 

Beberapa waktu berlalu, tugas kelompok dari salah satu dosen memaksaku ikut berkelompok, meskipun sebenarnya aku tipe orang individualis yang benci melihat orang berkelompok, apalagi melaksanakan tugas secara berkelompok. Tak disengaja pula, aku kembali satu kelompok denganmu. Mulailah kamu cerita beberapa kegiatan yang kamu jalani sehari-hari. Aku masih menafsirkan ini sebagai obrolan biasa, kupikir kamu juga merasakan hal yang sama waktu bercerita saat itu. 

Percaya atau tidak, saat awal-awal kita bertemu aku malah tertarik pada beberapa orang temanmu secara fisik tentunya. Aku tak akan menyebut nama karena pasti akan kamu jadikan bahan tertawaanmu nanti waktu kita jalan berdua. Apalagi kalau kamu ceritakan ke orangnya, aduh, bisa jadi bahan ejekan semua orang nanti, hahaha.

Baik, aku ceritakan saja. Satu orang temanmu ini aku rasa tertarik denganku (perasaan aja sih). Dia selalu membalas chat-chat di media sosial dengan bahasa yang sedikit ‘manja’dan  aktif memperhatikan setiap kiriman di beberapa media sosial milikku. Ya, aku layani lah dia dengan bahasa yang ‘manja’ pula. Mungkin dari situ kami jadi sama-sama baper ya. Atau hanya aku saja yang baper tapi dianya nggak? Entahlah. Kemudian satu lagi temanmu yang dulunya aku rasa agak pendiam.

Aku pikir, “lumayanlah ini cewek”. Tak seperti yang pertama, yang satu ini lebih cuek dan nggak baperan aku rasa. Kamu justru nggak kelihatan meskipun kita sering duduk bersebelahan. Mungkin karena aku terbutakan oleh teman-temanmu itu ya? Hahaha. Tapi dari teman-temanmu ini juga aku sering chat denganmu. 

Selanjutnya, entah kenapa pula kamu sering chat duluan ke aku waktu malam hari. Berawal dari itu juga mungkin aku mulai merasakan hal lain yang lebih dari kamu. Sebenarnya aku tak ingat kapan sebenarnya aku mulai menyimpan perasaan suka, tapi, hal-hal semacam chat ini juga yang buatku nyaman dan merasa diperhatikan. Kamu juga sering berbagi cerita tentang usaha toko online yang kamu kerjakan beberapa bulan terakhir hingga akhirnya kamu menawariku bergabung untuk mengurus toko onlinemu. Sampai di sini, aku merasa semakin nyaman berbicara denganmu dan berada di dekatmu dan juga timbul perasaan rindu saat kamu tak memulai chat denganku saat malam hari seperti biasanya. Kadang aku ingin memulai chat, tapi, entahlah, aku tak punya topik yang bisa dibicarakan, hahaha. 

Mungkin dari sini aku mulai merasa suka padamu. Tak seperti sebelum-sebelumnya, alasan kenapa aku menyukaimu ini tak begitu bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tapi, akan aku coba gambarkan apa yang bisa membuatku suka. Aku rasa kamu punya kepribadian yang aku suka, setidaknya sejauh aku melihatmu hingga saat ini, kamu juga pintar dan pandai hampir dalam segala hal, kamu juga ‘nyambung’ saat kuajak bicara, kamu merespon baik apa yang aku lakukan padamu, kamu juga ‘good looking’ di mataku, dan aku merasa cocok saja denganmu, kurasa sudah aku katakan yang terakhir ini. Itu semua yang membuatku merasa ingin berjuang mendapatkan hatimu, lebih-lebih kita sudah saling dekat sebelumnya. Ini jadi awal alasanku mendekat denganmu jadi berubah. Dari teman biasa, menjadi misi rahasia mendapatkan hati dan cintamu. 

Sungguh memuakkan saat teman-teman menggoda kita yang sering duduk berdekatan saat di dalam maupun di luar kelas. Entah dari mana mereka menyimpulkan bahwa ada sesuatu di antara kita. Tapi, aku rasa kamu belum menyadari sesuatu itu dalam hubungan pertemanan kita saat itu. Jujur saja aku merasa terbantu dengan ulah teman-teman kita itu, setidaknya kamu jadi merasakan yang aku rasa.

Seringnya kamu mengajakku jalan membuatku berpikir kamu juga punya rasa yang sama terhadapku. Sampai di sini, aku merasa sudah menemukan yang benar-benar pas di hati. Sebenarnya aku ingin segera meningkatkan status hubungan kita ke yang lebih serius dan berkomitmen. Tapi, aku masih ragu untuk menyatakan perasaanku. Keraguan ini hanya bermuara pada satu hal, aku bertekad untuk menjalani sebuah hubungan yang benar-benar serius hingga akhir hidup, hanya sekali. Percaya atau tidak, aku memang belum pernah melakukan apa yang disebut orang lain ‘pacaran’. Itulah kenapa aku selalu ingin menunda menyatakan ini semua, untuk memastikan apakah ini benar-benar cinta atau hanya nafsu belaka. Aku juga tak mau membuang waktuku hanya untuk mencintai orang yang salah.

Lalu aku mulai berdo’a, meminta petunjuk pada Tuhan, apa yang harus kulakukan, apakah kamu orang yang tepat yang akan setia di sisiku suka maupun duka hingga habis waktuku. Yang aku minta hanya petunjuk yang benar-benar jelas hingga aku bisa menafsirkannya dengan mata telanjang. Dan akhirnya, satu demi satu petunjuk itu muncul dari orang-orang di sekitar. Entah hanya perasaanku saja atau memang ini jawaban Tuhan atas semua do’aku. Lalu aku tetapkan hari kapan aku harus menyatakan perasaanku dan memintamu untuk menjadi kekasihku. 

Sabtu, sembilan belas November, jadi saksi percampuran kenekatan, kebodohan, dan keberanianku untuk pertama kalinya dalam hidupku menyatakan perasaanku pada gadis yang kusukai. Rencana awal sih aku ingin melakukan ini sehari sebelumnya, tapi keadaan tidak mendukung. Akhirnya, kuputuskan malam minggu mengajakmu keluar berdua, menikmati keramaian alun-alun Kota Batu. Sebenarnya di sana aku ingin ‘menembakmu’, tapi lagi-lagi nyaliku menciut. Dalam perjalanan pulang, aku terus memikirkan bagaimana kalimat yang tepat untuk menyatakan perasaanku. Akhirnya, tiba juga di depan rumahmu yang sepi, hampir saja aku mengurungkan niatku malam itu, tapi, tekadku mengalahkan semua kekhawatiranku.

Aku masih ingat hanya dengan dua kalimat aku menembakmu, ahhh betapa bodohnya aku. Seperti ini kira-kira aku mengatakannya, “aku suka sama kamu. Kamu mau jadi pacarku?” Kalimat yang sangat-sangat ‘to the point’. Dan seperti yang aku tulis di awal, tulisan ini kubuat dengan tujuan menjawab pertanyaanmu yang pernah kamu tanyakan malam itu, yaitu “apa yang membuatmu suka dariku?”. Sudah kujelaskan lebih rinci di tengah tulisan ini tadi jawaban atas pertanyaanmu itu.

Sejujurnya, malam itu aku masih ragu akan jawabanmu atas perasaanku yang telah kuungkapkan. Bagaimana tidak? Kamu memang menerimaku sebagai pacar, tapi tidak menjawab dengan tegas ‘iya’ atau ‘tidak’. Jadi, aku masih mengira-ngira apa kamu benar-benar punya perasaan yang sama atau hanya mempermainkanku saja.

Hari demi hari berlalu, aku mulai tenang saat kita saling mengungkap perasaan walaupun tak secara langsung. Tapi, setidaknya aku tahu isi hatimu, aku tidak perlu lagi khawatir kalau cintaku hanya akan bertepuk sebelah tangan. Semua sudah cukup jelas sekarang.

Itulah kisah yang bisa kuceritakan, kuharap tulisan ini mampu menjawab pertanyaanmu itu. Maafkanlah kalau aku belum mampu menjadi kekasih yang mengerti kamu seutuhnya karena ego dan ketidak pedulianku. Maafkanlah bila aku tak se-romantis kekasih-kekasihmu dulu.  Tapi percayalah, aku selalu memperhatikanmu dalam diamku.

Aku akan setia mencintaimu hingga Tuhan berkata “cukup”. Aku akan ada bila kamu butuh. Bagiku, kamu adalah yang pertama dan semoga akan jadi yang terakhir. Jangan sungkan memintaku ada saat kamu butuh, ungkapkanlah bila ada yang kamu tidak suka dari diriku. Entah orang mau berkata apa, kamu sempurna di mataku, aku bangga memilikimu.

 

Dariku, untuk kekasihku tercinta, Vanessa. 
 

Share
Topics
Editorial Team
Slankers Imunk
EditorSlankers Imunk
Follow Us