Kenapa Lembur Kerja Sering Jadi Momen Pemicu Perselingkuhan?

Lembur sering dianggap sebagai tanda pekerja keras. Namun, di balik tumpukan deadline, ternyata lembur juga bisa jadi “jalan tol” menuju perselingkuhan. Bukan berarti semua yang lembur pasti selingkuh, ya. Namun, ada beberapa alasan kenapa jam kerja ekstra ini sering memicu drama cinta terlarang di kantor.
Ada faktor psikologis, suasana kerja, dan dinamika hubungan antar-rekan yang bikin lembur jadi momen rawan. Kalau gak hati-hati, interaksi yang awalnya murni profesional bisa berubah jadi hubungan yang melibatkan perasaan. Yuk, kita bahas lebih dalam beberapa alasan kenapa lembur sering jadi momen terjadinya perselingkuhan.
1. Waktu bersama di luar jam normal

Saat lembur, orang menghabiskan waktu lebih lama bersama rekan kerja dibanding dengan pasangan di rumah. Bayangkan, dari pagi sudah ketemu di kantor, lalu malam hari masih interaksi lagi. Interaksi yang intens seperti ini bisa membuat ikatan emosional terbentuk lebih cepat, apalagi kalau sering berbagi keluhan soal kerjaan atau curhat masalah pribadi.
Beda dengan suasana jam kerja biasa, lembur cenderung lebih santai. Musik bisa nyala, meja-meja kosong, dan obrolan jadi lebih personal. Nah, momen-momen inilah yang kadang bikin batas profesional jadi kabur.
2. Perasaan “sama-sama berjuang”

Disadari atau tidak, kita mudah merasa dekat dengan orang yang mengalami hal sulit bareng kita. Lembur sampai larut malam, makan mie instan berdua di pantry, atau sama-sama dikejar deadline bisa bikin rasa “senasib sepenanggungan”. Rasa kebersamaan ini bisa berubah menjadi ketertarikan, apalagi kalau ada sedikit percikan sebelumnya. Lama-lama, kerja lembur bukan hanya soal mengerjakan proyek, tapi juga soal menikmati waktu berdua.
3. Stres dan kebutuhan dukungan emosional

Deadline, target penjualan, atau proyek besar membuat stres kerja meningkat. Saat stres, orang cenderung mencari tempat aman untuk meluapkan perasaan. Kalau komunikasi dengan pasangan di rumah sedang longgar, rekan kerja yang selalu ada di sebelah bisa jadi pelarian.
Awalnya sekadar ngobrol untuk melepas penat, tapi kalau tiap hari curhatnya ke orang yang sama, bisa muncul rasa nyaman yang lebih dalam. Dari nyaman, kemudian berkembang jadi ketertarikan. Akhirnya, terjadilah perselingkuhan.
4. Lingkungan yang lebih “longgar”

Jam lembur itu gak sama dengan jam kantor normal. Suasana lebih santai, aturan gak seketat biasanya, dan interaksi jadi lebih bebas. Orang-orang mungkin duduk lebih dekat, ngobrol lebih lama, atau bercanda di luar batas formalitas. Kedekatan fisik ini, ditambah kelelahan mental, bisa bikin orang menurunkan kewaspadaan. Kalau ada sedikit saja rasa ketertarikan, situasi ini bisa jadi “pemicu” awal hubungan yang gak seharusnya.
5. Kurangnya komunikasi dengan pasangan

Lembur yang terlalu sering bikin waktu untuk pasangan di rumah semakin sedikit. Kalau komunikasi jarang dilakukan, hubungan di rumah bisa renggang. Kekosongan ini selanjutnya diisi oleh orang terdekat di lingkungan kerja.
Lama-lama, rekan kerja bukan hanya jadi partner profesional, tapi juga pengganti peran pasangan dalam hal perhatian dan dukungan. Dari sini, perselingkuhan bisa terjadi tanpa disadari. Karenanya, penting untuk menjaga komunikasi dengan pasangan, sesibuk apa pun kita.
Lembur memang bagian dari dunia kerja yang kadang gak bisa dihindari. Namun, intensitas waktu, rasa kebersamaan, dan suasana santai di luar jam kerja bisa menciptakan peluang untuk perselingkuhan. Kuncinya ada di kontrol diri, komunikasi sehat dengan pasangan, dan menjaga batas profesional.