Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mencintaimu Bukanlah Sebuah Kesalahan, Hanya Saja Waktu yang Tak Berpihak Padaku

pexels.com

Seorang laki-laki dengan paras tampan dibalut dengan kulit putih bersih duduk di hadapanku. Helai-helai kumis tipismu sedikit terangkat kala bibir merahmu menyemburatkan lengkungan manis. Sepasang bola matamu memancarkan binar yang membuat perempuan manapun beku seketika. Hidungmu yang mancung terpampang indah di wajahmu. Jemarimu yang panjang membuat siapapun ingin menyentuhnya. Gelak tawamu yang menawan meluluhlantahkan jantung perempuan manapun yang melihatnya.

Ya, kamulah sosok yang kucintai sejak aku masih berseragam putih biru. Jantung ini telah berdebar untukmu sejak sekian lama bahkan sekarang pun masih sama. Mencintaimu adalah hal terindah dalam hidupku. Aku merasa menjadi perempuan yang paling beruntung di dunia. Sehingga seringkali aku bertanya, dapatkah aku memiliki laki-laki sesempurna dirimu?

Kamu masih duduk di hadapanku. Sesekali aku mencuri-curi pandang untuk melihatmu. Dan tak sengaja sepasang bola matamu bertemu dengan mataku. Aku seketika menunduk. Aku takut kamu akan mengetahuinya. Aku takut kamu akan mendengar jantungku yang tak berhenti berdebar. Keringat dingin telah menyelimuti tanganku. Mana candaan yang biasanya dengan bebas kulontarkan?

Pun demikian, berada di dekatmu membuatku nyaman. Aku tak ingin tersadar meskipun ini hanyalah sebuah mimpi. Ingin rasanya aku merengkuh jemarimu dan memegang tanganmu. Namun aku tak punya keberanian untuk melakukannya. Karena aku tak tahu apakah kamu merasakan apa yang aku rasakan. Aku hanya bisa mengekor di belakangmu. Menjadi bayang-bayangmu yang setia.

Hingga suatu hari mimpi buruk menampar keras diriku. Aku takkan bisa memilikimu. Kamu telah dimiliki oleh perempuan yang lain. Seketika duniaku terasa gelap. Tubuhku bergetar hebat. Ingin aku berteriak pada perempuan itu bahwa kamu milikku. Namun aku tak bisa. Aku tak punya hak untuk merebutmu. Tak terasa bulir-bulir bening telah menganak sungai di mataku. Mengalir dengan deras tiada henti. Hanya ini yang dapat kulakukan. Ya, karena aku adalah perempuan.

Ini tidak adil. Aku yang terlebih dahulu mencintaimu. Aku yang terlebih dahulu mengenalmu daripada perempuan itu. Aku ingin menyalahkan seseorang. Namun aku tahu ini bukan salah siapa-siapa – juga bukan salahmu. Kamu bahkan tidak tahu aku mencintaimu. Aku hanya berusaha mencari seseorang untuk disalahkan. Karena itu akan membuatku merasa lebih baik.

Pun demikian, aku tak menyesal telah mencintaimu. Akan kujadikan dirimu sebagai kenangan terindah penghias kisah remajaku.

Mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan, hanya saja waktu yang tak berpihak padaku.

Share
Topics
Editorial Team
Septiani
EditorSeptiani
Follow Us