6 Sebab Orang Suka Mengungkit Pemberiannya, Tak Sadar Ini Gak Etis

Memberi hadiah pada orang lain merupakan perbuatan yang baik. Sudah sepantasnya tindakan ini tak diikuti dengan sikap lain yang buruk, seperti mengungkit pemberian. Kalau pemberian diungkit, nanti penerimanya menjadi tidak enak hati.
Namun kenapa ya, sebagian orang masih saja suka mengungkit apa-apa yang pernah diberikannya pada orang lain? Baik pemberian pada pasangan, teman, maupun saudara seperti selalu diingatnya dengan baik dan dihitung dengan cermat. Cukup tak etis, berikut beberapa sebab orang suka mengungkit pemberiannya kepada orang lain.
1. Tidak tulus saat memberi, alias punya maksud tertentu

Orang yang tidak tulus dalam memberi akan kecewa berat ketika maksudnya di balik pemberiannya gagal tercapai. Contohnya, seseorang yang rajin memberi hadiah pada gebetan. Harapannya, seluruh pemberian itu akan membuat gebetan menerimanya sebagai pacar.
Kalau ternyata gebetan gak bersedia menjadi kekasih, dia pasti mengungkit semua yang pernah diberikannya. Bahkan meminta gebetan mengembalikan seluruhnya. Oleh sebab itu, sebelum kamu menerima apapun dari orang lain, kenali dulu karakternya biar tahu sifatnya itu tulus atau berpamrih.
2. Memberikan sesuatu yang terlalu mahal buat ukuran kemampuannya

Akhirnya, pemberian ini soal hitung-hitungan. Saat seseorang sudah mengeluarkan terlalu banyak uang untuk memberi hadiah, ia akan sulit buat melupakan pemberiannya. Dia bakal selalu teringat bahwa untuk membeli benda itu, ia menghabiskan nyaris seluruh gajinya.
Dari dalam diri ada keinginan agar penerima hadiah tahu tentang hal tersebut. Supaya ia memahami besar pengorbanannya cuma buat memberikan sesuatu. Sikap tak bijaksana menentukan nilai pemberian, tentu bukan kesalahan penerima hadiah. Akan tetapi, sikap pemberi hadiah yang mengungkitnya, tentu bikin dia sakit hati juga.
3. Gak sadar bahwa mengungkit pemberian tidaklah etis

Beberapa orang berpikir, apa salahnya mengingatkan orang lain atas sesuatu yang pernah mereka berikan? Toh, pemberian itu memang nyata. Dia tak hanya sedang mengada-ada.
Sekalipun pemberian itu bukan tipu-tipu, mengungkitnya tetaplah sikap yang gak sopan. Apapun pemberiannya dan siapapun yang menerimanya, pasti seketika merasa sangat tidak nyaman. Orang yang gemar mengungkit pemberiannya mesti belajar menjaga perasaan orang lain.
4. Tak pernah mengingat pemberian orang lain untuknya

Bukan hanya dia yang pernah memberikan sesuatu buat orang lain. Mereka juga beberapa kali memberinya berbagai hadiah. Sayangnya, apa yang dilakukan orang lain untuknya seakan-akan luput dari perhatian dan ingatannya.
Fokusnya cuma pada pemberian sendiri. Padahal, mengingat pemberian orang lain padanya bisa mencegah keinginan untuk mengungkit pemberian sendiri. Orang yang murah hati bukan cuma dia, kok.
5. Selalu mengingat benda-benda yang pernah diberikannya pada orang lain

Dia tidak memberi dengan prinsip serahkan barangnya lalu lupakan. Ia malah membuat catatan tertulis maupun daftar dalam ingatannya tentang benda apa saja yang pernah diberikannya pada orang lain. Tak cuma jenis bendanya, merek sampai harganya pun terus diingatnya.
Kapan saja dia merasa perlu mengungkitnya, karena ini menjadi mudah sekali. Lain bila ia berkomitmen untuk melupakan benda-benda yang pernah diberikannya pada orang lain. Kalaupun timbul dorongan buat mengungkitnya, ia bakal membatalkannya karena ingatannya tentang pemberian tersebut tidak akurat lagi.
6. Kurang memahami kewajibannya

Ada pemberian yang sifatnya kewajiban bagi seseorang. Contohnya, kewajiban kepala keluarga memberi nafkah pada pasangan dan anak-anak. Aneh sekali apabila seorang suami sampai mengungkit pemberian untuk keluarganya sendiri.
Pemberian yang semestinya menjadi kewajiban yang mengikatnya, malah dianggap sebagai bentuk kedermawanannya saja. Ia lupa bahwa melalaikan kewajiban itu salah, bahkan bisa menjadi dosa. Demikian pula pemberian dari orang yang mampu kepada orang miskin. Jangan mengungkitnya dikemudian hari, ya!
Sikap orang suka mengungkit pemberiannya pada orang lain, amatlah tidak sopan. Jika kita melakukannya, kita mempermalukan diri sendiri dan penerimanya. Mari belajar menjaga hati dari sifat tidak ikhlas!