5 Ragam Cinta dalam Hidup, Gak Melulu yang Romantis

Cinta bukan sekadar hubungan kamu dengan pacaramu saja, melainkan berhubungan dengan duniamu secara keseluruhan. Jika cinta hanya terfokus pada satu orang dan acuh terhadap orang lain, itu bukanlah cinta sejati, melainkan egoisme.
Kita setuju bahwa cinta adalah perasaan universal yang tertuju bukan pada satu objek saja. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada perbedaan antara berbagai objek cinta. Kita dapat mempelajari ragam cinta berdasarkan objek yang kita cintai. Berikut ini penjelasannya!
1. Cinta persaudaraan yaitu cinta kita kepada sesama manusia

Cinta persaudaraan atau cinta kepada sesama merupakan jenis cinta yang paling fundamental. Tipe cinta ini meliputi rasa tanggung jawab, kepedulian, rasa hormat, pemahaman tentang manusia lain, dan kehendak untuk melestarikan kehidupan. Cinta sesama ialah cinta kepada seluruh umat manusia yang ditandai dengan tanpa adanya eksklusivitas.
Tipe cinta persaudaraan adalah pengalaman bersatu dengan semua manusia yang disebut sebagai kebersamaan manusiawi. kalau kita mencintai saudara kandung bukanlah suatu prestasi. Hanya dalam cinta terhadap mereka yang tidak melayani tujuan tertentu, cinta mulai berkembang.
Cinta terhadap yang tak berdaya, cinta terhadap orang miskin dan orang asing, adalah awal dari cinta persaudaraan. Cinta persaudaraan didasarkan pada pengalaman bahwa kita semua adalah satu. Perbedaan dalam bakat, kecerdasan, latar belakang, dan lain-lain tidak dapat dibandingkan dengan identitas inti bagi semua orang, bahwa kita adalah sama-sama manusia.
2. Cinta ibunda yaitu kasih sayang tanpa syarat dari ibu kita

Cinta ibunda adalah bentuk cinta tanpa syarat terhadap kehidupan anak dan kebutuhannya. Berbeda dengan cinta saudara yang merupakan cinta sejajar pihak satu ke pihak lainnya. Hubungan ibu dan anak secara alamiah adalah hubungan ketidaksetaraan, di mana satu membutuhkan dan yang lain memberikannya.
Cinta ibu dianggap sebagai jenis cinta yang tertinggi dengan ikatan emosional yang paling suci karena tanpa pamrih. Sebagian besar perempuan menginginkan anaknya bahagia meskipun kenyataannya mereka tidak "mendapatkan" balasan dari anak, kecuali senyuman atau ekspresi kepuasan di wajahnya.
Pencapaian tertinggi cinta seorang ibu bukan hanya terjadi pada tahap awal ketika anak sepenuhnya bergantung pada ibu, tetapi pada dukungan dan cinta yang terus diberikan ketika anak bertumbuh.
3. Cinta erotis yaitu cinta kita terhadap pasangan

Terkadang kita dapat menemukan dua orang yang "jatuh cinta" satu sama lain tetapi tidak merasakan cinta untuk orang lain. Mereka adalah dua orang yang mengidentifikasi diri mereka satu sama lain untuk menyelesaikan masalah perbedaan dengan cara menyatukan diri mereka ke dalam sebuah hubungan.
Cinta mereka sebenarnya adalah egoisme bersama jika didorong oleh motivasi fisik dan biologis. Cinta seperti itu disebut dengan cinta erotis. Dalam cinta erotis, ada eksklusivitas yang tidak ada dalam tipe cinta kepada sesama dan tipe cinta ibunda.
Karakter cinta erotis sering dianggap sebagai tanda rasa ego saling memiliki. Seseorang seringkali lupa melihat faktor penting dalam cinta erotis, yaitu kemauan. Perasaan seseorang bisa datang dan bisa pergi, maka mencintai bukan hanya butuh kemauan dan perasaan kuat, melainkan juga melibatkan keputusan, penilaian, dan komitmen.
4. Cinta diri sendiri yaitu cinta kita terhadap diri kita sendiri

Tipe cinta selanjutnya yaitu cinta kepada diri sendiri. Banyak premis yang menyatakan bahwa mencintai orang lain merupakan hal yang baik, sedangkan mencintai diri sendiri adalah hal buruk. Pemikiran tersebut berakar pada pemikiran bahwa mencintai diri sendiri berkaitan dengan narsisisme.
Pemikiran tersebut bertolak belakang dengan konsep dari Erich Fromm. Menurutnya, mencintai sesama sebagai manusia merupakan suatu hal yang baik. Oleh karena itu, cinta pada diri sendiri pun merupakan hal yang baik, karena diri kita pun juga seorang manusia. Cinta diri dan cinta sesama seyogyanya saling berdampingan.
Meskipun cinta pada diri sendiri dan pada orang lain pada dasarnya saling terkait, tapi tantangannya terletak pada egoisme. Individu yang egois hanya fokus pada kepentingan pribadi, mencari segalanya untuk dirinya sendiri dan merasa senang hanya saat menerima bukan memberi.
Sedangkan pada prinsipnya, cinta pada orang lain dan cinta pada diri sendiri bukanlah merupakan suatu pilihan. Bahkan sikap cinta terhadap diri sendiri akan ditemukan manakala kita mampu mencintai orang lain.
5. Cinta Ilahi yaitu hubungan cinta kasih kita dengan Tuhan

Tipe cinta selanjutnya yaitu cinta Ilahi. Bentuk cinta yang bersifat religius yang disebut sebagai cinta kepada Tuhan. Dasar dari kebutuhan kita untuk mencintai terletak pada kebutuhan yang timbul untuk mengatasi kecemasan melalui pengalaman penyatuan dengan kasih sayang Tuhan.
Cinta kepada Tuhan memiliki banyak kualitas dan aspek yang sama seperti cinta antar manusia. Dalam semua agama baik politeis maupun monoteis, Tuhan adalah nilai tertinggi yang paling didambakan.
Cinta ilahi atau cinta kepada Tuhan sebagai bagian dari kebutuhan manusia untuk merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka sendiri. Kita memiliki kebutuhan yang mendalam untuk merasa aman dan terlindungi, dan hubungan cinta kasih dengan Tuhan adalah satu cara untuk mencapai perasaan tersebut.
Erich Fromm, seorang psikoanalis dari Jerman telah mengembangkan teori cinta yang mencakup berbagai jenis cinta. Hal itu kemudian menjadi bentuk cinta, yaitu cinta sesama, cinta ibunda, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta Ilahi.