6 Red Flags dalam Persahabatan yang Sering Dianggap Bercanda, Be Wise!

Persahabatan seharusnya jadi tempat di mana kamu merasa diterima, aman, dan didukung apa adanya. Tapi dalam praktiknya, gak semua bentuk hubungan yang dinamai ‘teman’ itu benar-benar sehat. Kadang, ada hal-hal yang bikin kamu gak nyaman, tapi karena dibungkus dalam bentuk candaan, kamu jadi ragu untuk menyebutnya masalah. Kamu mungkin mikir, “Ah, paling bercanda,” padahal hati kamu jelas-jelas gak baik-baik saja.
Gak semua yang dibungkus dengan tawa itu lucu, dan gak semua candaan datang dari tempat yang tulus. Kalau kamu sering merasa direndahkan, tidak dihargai, atau justru kelelahan emosional setelah bertemu teman tertentu, bisa jadi ada red flags yang perlu kamu perhatikan. Yuk, kenali beberapa tanda bahaya dalam persahabatan yang sering tertutup oleh alasan klasik: “cuma bercanda kok.”
1. Suka menjatuhkan kamu di depan orang lain

Teman yang baik seharusnya mendukung dan menjaga harga dirimu, apalagi saat kamu berada di depan orang lain. Tapi ada tipe teman yang justru senang menjadikan kamu bahan lelucon, bahkan menjatuhkanmu demi dapat tawa dari orang lain. Mereka mungkin akan bilang, “Bercanda doang,” tapi kamu tahu bahwa itu bukan pertama kalinya dan efeknya cukup menyakitkan.
Lama-lama, kamu bisa merasa kecil setiap kali ada di dekat mereka. Harga dirimu bisa terkikis sedikit demi sedikit, hanya karena candaan yang gak pernah benar-benar lucu buatmu. Rasa malu dan gak nyaman yang kamu rasakan valid, dan itu bukan hal sepele. Kalau hal ini terus dibiarkan, bukan gak mungkin kamu mulai meragukan dirimu sendiri hanya karena satu orang yang mengaku ‘teman.’
2. Membuatmu merasa bersalah karena punya batasan

Setiap orang berhak punya batasan, termasuk dalam hubungan pertemanan. Tapi, red flag muncul ketika temanmu mulai meremehkan batasan yang kamu buat, seolah itu hal yang berlebihan. Misalnya, kamu menolak ikut nongkrong karena capek, tapi dibalas dengan kalimat, “Ih, sok sibuk banget sih, dulu mah gak gitu.”
Ucapan seperti itu kelihatan sepele, tapi lama-lama bisa bikin kamu merasa bersalah atas keputusan pribadi. Padahal, menjaga energi dan kesehatan mental itu penting. Kalau temanmu terus-terusan membuatmu merasa salah hanya karena kamu menjaga dirimu, itu bukan bentuk perhatian, itu bentuk pengabaian terhadap kebutuhanmu dan itu gak sehat.
3. Sering meremehkan pencapaianmu

Punya teman yang suportif memang menyenangkan, tapi gimana kalau setiap kali kamu cerita soal pencapaianmu, mereka cuma menanggapinya dengan lelucon atau komentar sinis? Misalnya, kamu cerita akhirnya keterima kerja, tapi mereka malah bilang, “Wah, hoki doang itu mah.” Sekilas lucu, tapi kok rasanya nyesek, ya?
Perilaku kayak gitu lama-lama bisa bikin kamu enggan berbagi kebahagiaan. Padahal, seorang teman seharusnya ikut senang atas hal baik yang terjadi padamu, bukan malah mencari cara untuk mengecilkannya. Ketika kamu terus-menerus merasa direndahkan atau gak dianggap serius, bisa jadi itu red flag besar yang selama ini kamu anggap “gaya bercanda.” Padahal, dampaknya ke mentalmu nyata.
4. Membocorkan rahasia dengan alasan iseng

Kepercayaan itu fondasi dari hubungan apa pun, termasuk pertemanan. Tapi kalau temanmu pernah membocorkan rahasiamu dan bilang, “Eh, cuma ke dia doang kok,” itu jelas red flag. Lebih parah lagi kalau mereka malah tertawa dan bilang kamu terlalu serius menanggapi.
Rahasia bukan bahan candaan, dan ketika kamu mempercayakan cerita pribadi pada seseorang, kamu berharap itu dijaga. Sekali dua kali mungkin kamu bisa memberi maaf, tapi kalau diulang-ulang, itu tandanya dia gak menghargai kamu. Hubungan seperti ini bisa bikin kamu menutup diri dan kehilangan rasa aman, dua hal penting yang seharusnya ada dalam persahabatan.
5. Selalu ingin jadi pusat perhatian

Teman yang selalu ingin jadi pusat perhatian biasanya gak suka kalau kamu lebih bersinar. Mereka bisa saja menyela ceritamu, mengganti topik, atau tiba-tiba mengalihkan perhatian orang lain ke dirinya. Saat kamu protes, mereka dengan mudahnya berkata, “Ih, bercanda doang kok. Jangan baper.”
Padahal, kamu merasa benar-benar tersingkir dan gak dihargai. Perlakuan seperti ini bisa bikin kamu merasa keberadaanmu gak penting. Dalam jangka panjang, kamu bisa kehilangan rasa percaya diri hanya karena terus merasa dibayangi atau dibandingkan. Persahabatan seharusnya saling memberi ruang, bukan saling bersaing.
6. Mengolok-olok penampilan atau kebiasaanmu

Candaan soal penampilan atau kebiasaan bisa terasa menyakitkan, apalagi kalau itu dilakukan terus-menerus. Contohnya, kamu diejek karena badanmu, gaya berpakaian, atau bahkan cara kamu ngomong. Kalimat seperti, “Eh, becandaaa!” sering dipakai untuk menutupi perlakuan yang sebenarnya menyakitkan.
Komentar seperti ini bisa sangat merusak kepercayaan diri, terutama jika datang dari orang yang kamu anggap dekat. Kamu mungkin mulai mempertanyakan penampilanmu, atau jadi gak nyaman jadi diri sendiri. Dan ketika kamu gak bisa merasa aman jadi diri sendiri di depan teman, mungkin sudah waktunya kamu bertanya: apakah ini persahabatan yang sehat?
Persahabatan itu seharusnya membuat kamu merasa utuh, bukan terpecah-belah oleh candaan yang gak lucu. Red flags dalam bentuk lelucon sering kali diabaikan, padahal dampaknya bisa bertahan lama dalam hati dan pikiran. Kamu berhak punya teman yang tahu batas, tahu kapan harus berhenti, dan yang penting: tahu cara menghargaimu.
Jadi, jangan ragu untuk menjaga dirimu dan keluar dari hubungan yang menyakiti, meski itu dibungkus dalam tawa. Karena kamu layak dikelilingi orang-orang yang benar-benar peduli, bukan hanya yang bisa bikin kamu tertawa sementara.