Sayangi Diri! Cara Lepas dari Trauma Bonding yang Bikin Susah Move On

- Kesulitan move on berasal dari ketidaksadaran bahwa hubungan tidak sehat, membuatmu terbiasa dengan pola tarik-ulur yang melelahkan.
- Jebakan trauma bonding adalah terus mencari alasan untuk tetap bertahan, padahal siklus toxic seringkali hanya berulang tanpa perubahan nyata.
- Keterikatan emosional diperkuat oleh komunikasi yang masih terjalin, membatasi kontak dan dukungan orang terdekat dapat membantu proses pemulihan.
Pernahkah kamu merasa sulit meninggalkan seseorang yang sering menyakitimu? Setiap kali ingin pergi, ada perasaan rindu yang bikin kamu kembali lagi. Padahal, hubungan seperti ini lebih banyak membawa luka daripada kebahagiaan.
Kondisi ini dikenal sebagai trauma bonding, di mana keterikatan tumbuh karena pola toxic yang berulang. Semakin lama dibiarkan, semakin sulit untuk benar-benar lepas. Yuk, simak cara mengatasinya biar kamu bisa move on dengan lebih tenang!
1. Sadari pola hubungan yang gak sehat

Kesulitan move on sering kali berasal dari ketidaksadaran bahwa hubungan itu gak sehat. Trauma bonding membuatmu terbiasa dengan pola tarik-ulur yang melelahkan. Rasa sakit dan kebahagiaan datang bergantian, hingga kamu sulit membedakan mana yang benar-benar baik.
Saat kamu mulai menyadari pola ini, proses untuk lepas jadi lebih mudah. Menganalisis hubungan dengan jujur bisa membuka matamu terhadap realita. Dengan begitu, kamu bisa lebih yakin untuk mengambil langkah ke depan.
2. Berhenti mencari alasan untuk bertahan

Salah satu jebakan trauma bonding adalah terus mencari alasan untuk tetap bertahan. Kamu mungkin meyakini bahwa pasangan akan berubah atau hubungan ini masih bisa diperbaiki. Padahal, realitanya, siklus toxic sering kali hanya berulang tanpa ada perubahan nyata.
Semakin lama kamu bertahan, semakin sulit untuk melepaskan diri. Mengakui bahwa hubungan ini gak membawa kebahagiaan bisa jadi langkah awal yang penting. Dengan begitu, kamu bisa lebih fokus pada pemulihan diri daripada terus berharap pada hal yang sama.
3. Batasi kontak agar gak terjebak lagi

Keterikatan emosional sering kali diperkuat oleh komunikasi yang masih terus terjalin. Setiap pesan atau pertemuan bisa membangkitkan kembali perasaan lama. Akhirnya, kamu malah terjebak dalam lingkaran yang sama tanpa ada kemajuan.
Membatasi kontak bisa membantu memutus ikatan yang selama ini mengikatmu. Ini bukan tentang membenci, tapi memberi ruang agar luka bisa sembuh. Dengan begitu, kamu bisa lebih fokus membangun kehidupan yang lebih sehat.
4. Bangun support system yang positif

Lepas dari trauma bonding bisa terasa berat jika dilakukan sendirian. Dukungan dari orang-orang terdekat bisa membantu menguatkan langkahmu. Dikelilingi oleh orang yang peduli membuatmu merasa lebih dihargai dan dicintai dengan cara yang sehat.
Berbagi cerita dengan teman atau keluarga bisa membantumu melihat hubungan dari sudut pandang yang lebih objektif. Mereka bisa mengingatkanmu saat mulai goyah atau ingin kembali ke hubungan yang toxic. Dengan support system yang kuat, proses move on bisa terasa lebih ringan.
5. Fokus pada diri sendiri dan pemulihan emosi

Setelah keluar dari hubungan toxic, emosimu mungkin masih berantakan. Ada luka yang perlu dipulihkan sebelum benar-benar melangkah ke depan. Fokus pada self care bisa membantu mengembalikan kepercayaan dirimu yang sempat hilang.
Coba lakukan aktivitas yang bikin kamu merasa lebih baik, seperti olahraga, menulis, atau menjalani hobi baru. Mengalihkan fokus ke hal-hal positif bisa mempercepat proses pemulihan. Saat kamu lebih bahagia dengan dirimu sendiri, trauma bonding gak akan lagi mengikatmu.
Lepas dari trauma bonding memang gak mudah, tapi bukan berarti gak mungkin. Dengan menyadari pola toxic, membatasi kontak, dan fokus pada pemulihan, kamu bisa menemukan kembali kebebasan emosionalmu. Setiap langkah kecil yang kamu ambil adalah bentuk keberanian untuk hidup lebih bahagia!