6 Fakta Batik Motif Merak Ngibing Garutan, Corak Wastranya Memikat!

Ketika berbicara tentang batik, pikiran kita biasanya langsung tertuju pada kota-kota seperti Solo, Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, Madura, dan Lasem. Namun, Garut juga memiliki pesona tersendiri dalam hal motif batik. Salah satu motif batik yang melegenda dari daerah Priangan ini adalah Batik dengan motif Merak Ngibing Garutan.
Batik ini merupakan salah satu jenis batik khas dari Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang dikenal karena keindahan dan keunikannya. Motif ini menampilkan gambar burung merak yang sedang menari atau 'ngibing' dalam bahasa Sunda.
Sebagai bagian dari wilayah Priangan Timur, Batik Merak Ngibing Garutan menjadi salah satu wastra Nusantara yang terkenal dan ikonik dari masa ke masa. Visual batiknya yang menarik dan kaya akan nuansa lokal Sunda menjadikan Merak Ngibing Garutan sangat diminati dan mengalami perkembangan pesat sejak dulu hingga kini.
Baru-baru ini, motif batik Merak Ngibing Garutan juga pernah dipakai oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam upacara Detik-Detik Proklamasi HUT RI ke-79 di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara, pada 17 Agustus 2024 yang dipadukan dengan pakaian adat Sunda.
Penasaran lebih lanjut soal motif batik Merak Ngibing Garutan asal Garut, Jawa Barat ini? Yuk, baca fakta menariknya sampai habis!
1. Motif batik Merak Ngibing Garutan pertama kali diproduksi sekitar tahun 1874

Asep Kadarisman dan Rini Maulina dalam publikasinya di Jurnal Desain Komunikasi Visual UNIKOM tahun 2022 menjelaskan bahwa motif batik Merak Ngibing Garutan pertama kali diproduksi sekitar tahun 1874. Konon, batik Garutan diproduksi oleh Karel Frederick Holle, seorang pemilik perkebunan teh di Cikajang. Pada tahun yang sama, Tan Tjen Tong juga mulai memproduksi batik Garutan dengan merek Mevr.
Batik Garutan mengalami masa keemasannya antara tahun 1967 hingga 1985. Pada masa itu, batik Garutan mulai dikenal luas, dan pada tahun 1960, jumlah pengrajin batik Garutan kabarnya mencapai lebih dari 300 unit. Produksi batik masih dilakukan dalam kategori rumahan, termasuk batik khas Garut yang dikenal dengan istilah batik "Garutan". Kegiatan dan usaha pembatikan di Garut merupakan warisan nenek moyang yang berlangsung turun-temurun dan telah berkembang lama sebelum masa kemerdekaan.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut tahun 2019, usaha pembatikan di Garut cenderung bertahan, bahkan mengalami peningkatan, yang ditandai dengan bermunculannya pelaku bisnis batik Garut baru, meskipun sebelumnya hanya ada tiga pengusaha.
Nilai filosofis yang terkandung dari motif merak ngibing yaitu burung seekor burung merak melambangkan keindahan alam priangan yang hijau dengan aneka flora dan faunanya. Ngibing melambangkan adat dan budaya masyarakat priangan yang rukun, damai dan juga kegembiraan.
2. Warna-warna yang diciptakan sehelai motif batik Merak Ngibing Garutan memiliki nuansa kalem nan teduh

Ciri khas batik Garutan terletak pada warnanya yang Sahinasna (seadanya) atau mernahkeun maneh (menyesuaikan diri). Sebenarnya, tidak ada aturan khusus mengenai warna dan batik Garutan ini termasuk dalam kategori batik pesisir.
Batik Garutan menggunakan warna-warna yang elegan, tenang, dan kalem, yang dianggap mencerminkan karakter orang pedalaman yang menyukai warna-warna lembut. Warna khas dari batik Garutan antara lain bodas lomay (warna kulit buah duku), Biron (biru), Beureum Sogan (meliputi coklat muda, coklat tua, merah marun, merah cabai, dan merah bata).
Selain dari warna, batik Garutan juga mudah dikenali melalui ragam hiasnya yang naturalistis dan banyak mengambil inspirasi dari motif flora dan fauna. Contoh motif yang digunakan antara lain rereng pacul, rereng peuteuy, rereng kembang corong, rereng merak ngibing, cupat manggu, bilik, dan sapu jagat.
Motif yang paling khas dari batik Garutan adalah motif burung merak ngibing dan bulu ayam. Saat ini, motif domba Garut juga semakin populer di kalangan pencinta batik.
3. Merak Ngibing Garutan terinspirasi dari peristiwa kembalinya Irian Jaya ke tanah air

Motif pada Batik Garutan berasal dari tiga cara penamaan yang berbeda. Cara-cara ini dapat dilihat dari pembentukan gambar atau ragam hias, siapa yang pertama kali memesan batik tersebut, dan peristiwa yang melatarbelakangi munculnya motif ini.
Pertama, Batik Garutan terinspirasi oleh ragam hias atau bentuk gambar. Contohnya adalah motif "buku awi," yang ragam hiasnya terinspirasi dari bentuk ruas bambu.
Kedua, penamaan motif bisa didasarkan pada pemakai atau pemesan pertamanya, yang kemudian menjadi dasar penamaan motif tersebut. Misalnya, motif "rereng dokter" dinamai demikian karena pertama kali dipesan oleh istri seorang dokter. Demikian pula, motif "rereng camat" dipesan oleh istri seorang camat.
Ketiga, penamaan motif juga dapat terinspirasi dari peristiwa tertentu atau keberadaan tempat-tempat tertentu. Konon, nama Merak Ngibing Garutan diambil dari peristiwa kembalinya Irian Jaya ke pangkuan Tanah Air.
Untuk merayakan peristiwa tersebut, para pembatik menciptakan ragam hias Merak Ngibing yang melambangkan tarian kemenangan atau kemerdekaan.
4. Tersedia ragam corak dan variasi warna pada motif batik Merak Ngibing Garutan

Batik Garutan memiliki warna dasar yang khas “pulas gumading”, yakni warna yang hampir condong ke arah krem dan soga. Warna gumading merupakan ciri khas yang paling kuat yang terdapat pada batik Garutan dan menjadi warna latar dari semua batik Garutan. Warna ini merupakan warna batik Garutan yang tidak ditemukan pada batik-batik lainnya di kawasan Jawa Barat.
Selain dari asal usul penamaan, batik Garutan juga mengakar dari kosakata lokal maupun ungkapan budaya Sunda sehari-hari. Misalnya terinspirasi dari alam ataupun keseharian masyarakat yang mana sebagian besar bermata pencaharian di daerah agraris. Tak heran, bila penamaannya juga disadur dari nama-nama ladang atau kebun.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah daftar corak atau motif, warna, dan penamaan dari ciri khas batik Garutan
Corak motif (bentuk)
- Rereng pacul
- Rereng peuteuy
- Rereng kembang corong
- Rereng merak ngibing
- Cupat manggu
- Bilik
- Sapu jagat
- Bulu ayam
- Domba garut
Warna
- Bodas lomay/cangkang dukuh (kulit buah duku)
- Biron (biru)
- Beureum Sogan (termasuk warna coklat muda, coklat tua, merah marun, merah cabe, merah bata)
- Cream color/beige/gumading/pulas gumading (hampir krem dan soga)
- Beureum ati (merah tua)
- Bulao kolot (biru tua)
- Hejo kolot (hijau tua)
- Pulas kopi tutung (coklat tua)
- Beureum ati/beureum kolot (merah hati/merah tua)
- Gading (putih gading)
- Hejo semu kucem/pias/sapulas (hijau pucat)
- Hideung santen (hitam santan)
Penamaan
- Cupat manggu
- Bilik
- Kopi tutung
- Rereng kujang
- Kurung hayam
- Merak ngibing
- Rereng surut
- Kukupu
5. Burung merak menjadi inspirasi seni dari batik Motif Merak Ngibing Garutan

Burung merak dikenal karena kecantikan dan keragaman warna bulunya yang memukau. Tak mengherankan jika burung ini sering menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk dituangkan ke dalam berbagai karya seni. Bulu merak memiliki struktur mikroskopis yang memancarkan kilauan cemerlang seperti kristal.
Ragam warna yang dimiliki burung merak berasal dari spesies aslinya, yaitu merak biru dari India dan Sri Lanka, merak hijau yang ditemukan mulai dari Myanmar hingga Jawa, dan merak Kongo yang memiliki warna lebih redup. Saat ini, burung merak dapat ditemukan di beberapa Taman Nasional di Pulau Jawa.
Selain menarik perhatian seniman sebagai motif batik di Priangan Timur, burung merak juga menjadi inspirasi bagi seniman tari. Pada tahun 1955, seniman tari Rd. Tjetje Sumantri menciptakan Tari Merak, yang dipentaskan untuk menghibur para delegasi Konferensi Asia Afrika di Bandung. Setelah Rd. Tjetje Sumantri wafat pada tahun 1963, Tari Merak ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Irawati Durbin atas permintaan Presiden Soekarno, yang sedang mempersiapkan rombongan kesenian Grup Viatikara untuk tampil di New York Fair tahun 1965.
6. Motif batik Merak Ngibing Garutan pernah dipakai oleh Sri Mulyani pada upacara HUT RI ke-79 di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara.

Pada upacara HUT RI ke-79 di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur, 17 Agustus 2024 lalu, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Ibu Sri Mulyani, berhasil mencuri perhatian para tamu undangan. Sri Mulyani tampil anggun dan memukau dalam balutan pakaian adat Sunda yang dipadukan dengan kain Batik Garutan berjarik motif Merak Ngibing. Penampilannya terlihat mempesona dari ujung kepala hingga kaki.
Dengan pilihan warna merah dan emas, yang serasi dengan sang suami, penampilan Sri Mulyani ini menuai banyak pujian dari netizen. Mereka menyebut bahwa jarik motif Merak Ngibing terlihat sangat indah. Tak heran bila Batik Merak Ngibing pun menjadi salah satu motif batik yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat.
Nuansa lokalitas sunda yang turut menghiasi pakaian adat Sunda berupa sehelai kain batik motif Merak Ngibing asal Garut tentunya menambah kekayaan wastra Nusantara yang tiada duanya. Tak hanya unik dan menarik, keberadaan motif batik Merak Ngibing Garutan juga mendatangkan peluang ekonomi dan pemberdayaan pengrajin batik di sekitar wilayah pesisir tanah Priangan Timur.
Dengan semakin dikenalnya Batik Merak Ngibing Garutan untuk dipakai di acara-acara penting yang mengusung elemen tradisi tentunya semakin memperkuat identitas budaya yang mengakar kuat di kalangan masyarakat khususnya Garut, Jawa Barat. Semoga batik Merak Ngibing terus lestari dan menjadi bagian penting dari dunia perbatikan di Indonesia.