Dear Girls, Inilah Jawaban Dari Kami, Perempuan yang Ingin Menikah Lebih Dulu Darimu

“Kenapa sih kamu pengen banget nikah?”
“Bukannya kalau nikah itu bukan menyelesaikan masalah, tapi malah nambah masalah dan pekerjaan, ya?”
“Memangnya kamu sudah bisa ngurus diri sendiri, kok mau ngurusin hidup orang lain yang nanti bakal jadi suami?”
“Kalau aku sih masih mau ngejar karier, masih mau travelling…”
“Kamu pengen nikah gara-gara teman kita sudah banyak yang menikah? Memangnya nikah itu lomba?”
Untuk kalian: teman, sahabat, saudara, para perempuan yang belum memiliki keinginan untuk menikah.
Barangkali dari beberapa kalimat di atas pernah kalian lontarkan pada sahabat perempuan yang mengungkapkan keinginannya untuk menikah. Barangkali kalian mengatakannya tanpa maksud apapun, hanya sekedar menyatakan rasa heran.
Tapi tahukah? Ungkapan keheranan kalian itu telah membuat goresan kecil dalam hati kami, gadis yang tengah menata hati untuk menapaki satu fase baru dalam kehidupan. Gadis yang tengah menyiapkan sebuah langkah besar akan mengubah banyak hal dalam hidup kami.
Kenapa kami ingin menikah?
Di luar soal agama dan kepercayaan, menikah bagi kami adalah satu sumber ketenangan hati. Bagaimana tidak tenang jika akan ada yang menemani di rumah saat pekerjaan kantor begitu menumpuk dan membuat rasa lelah muncul? Bagaimana tidak tenang jika kami tidak perlu lagi galau soal kapan akan mengatur janji bertemu di tengah kesibukan dan soal rindu yang kadang mengganggu?
Bagaimana tidak tenang jika ada sosok yang kami percaya akan selalu ada saat berbagai masalah datang menerpa? Dan banyak alasan lain yang kami rasa tidak perlu satu pun kami jelaskan kepadamu.
Bukankah menikah itu bukan menyelesaikan masalah, tapi menambah masalah dan pekerjaan?
Hei, siapa yang bilang padamu bahwa menikah adalah sebuah jawaban dari suatu masalah? Kami ingin menikah karena kami membutuhkannya, bukan karena kami ingin lari dari suatu masalah yang lain. Memang benar bahwa menikah berarti akan membuat pekerjaan bertambah, dan tentu saja akan menimbulkan banyak masalah baru dalam kehidupan rumah tangga.
Tapi bukankah kita tidak perlu menikah untuk bertemu suatu masalah? Selama kita hidup, di manapun dan kapan pun akan selalu ada masalah yang muncul. Karena itulah hidup adalah tentang bagaimana kita menghadapi tantangan dan tetap berjalan ke depan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Lagipula, meski semakin banyak masalah yang datang, tetapi ada dua kepala yang menghadapi dan memikirkannya. Bukankah itu bisa membuat semuanya lebih ringan dibanding menghadapinya sendirian?
Memangnya kamu sudah bisa mengurus dirimu sendiri?
Tidak ada manusia yang sempurna, bukan? Kami mungkin masih bangun kesiangan. Kami mungkin belum bisa memasak. Kami mungkin masih kelabakan mengatur keuangan. Tapi jika menunggu kami bisa sempurna untuk menjadi seorang istri dan ibu, lalu kapan kami akan menikah?
Lagipula, dia yang telah bersedia menerima kami sebagai teman hidup, tentu sudah siap pula menerima segala kelebihan dan kekurangan kami. Jadi kalian tidak perlu khawatir kami akan mengacaukan hidup orang lain, terlebih lagi hidup dia yang kami cintai.
Kalau saya sih masih mau travelling, masih mau mengejar karir…
Setiap orang memiliki impian dan keinginan masing-masing. Kalian tidak perlu memabandingkan jalan hidup kita, seolah-olah menikah adalah sesuatu yang lebih rendah dibanding pencapaian-pencapaian dalam bidang karier dan lainnya. Hei, menjadi seorang istri dan ibu pun tidak semudah itu.
Ada banyak hal yang harus kami persiapkan dan kami pelajari, tidak semudah membaca peta dan menentukan destinasi travelling atau mempersiapkan presentasi di depan atasan. Ada hal yang lebih besar yang akan kami hadapi: tanggung jawab, kewajiban, yang harus kami pertaruhkan juga di depan Tuhan.
Kamu ingin menikah gara-gara teman kita sudah banyak yang menikah? Memangnya menikah itu lomba?
Sebenarnya kalian tidak perlu tahu bahwa kami telah melewati proses yang panjang untuk mengambil keputusan ini. Keputusan ini bahkan lebih besar dibanding ketika memilih jurusan saat kuliah atau ketika harus memutuskan untuk bekerja di luar kota.
Jadi, apakah tidak terlalu kejam jika kalian menuduh “karena teman-teman kita sudah menikah” sebagai alasan kami untuk menikah? Tidak. Sungguh bukan itu. Barangkali selama ini kami memang diam-diam berdoa dalam hati agar segera bisa bersanding di pelaminan seperti teman-teman kita yang lain. Tapi hanya karena hal itu, apakah lantas kami akan sembarangan memilih calon teman hidup? Apakah kemudian kami asal menerima pinangan orang lain hanya karena tidak ingin ketinggalan teman-teman yang telah lebih dulu menikah?
Jadi ketahuilah, teman, kami telah mengambil keputusan ini dengan berbagai macam pertimbangan. Bukan hanya soal usia yang telah matang, tuntutan orangtua, apalagi hanya sekedar ikut-ikutan. Menikah adalah sebuah langkah besar yang akan kami ambil, yang membutuhkan banyak pelajaran dan keyakinan.
Jadi, bisakah kalian cukup memberikan semangat dan doa jika mendengar keinginan kami untuk segera menikah?
Masalah kalian sudah ingin menikah atau belum, kami yakin kalian juga memiliki alasan dan impian tersendiri yang tidak harus kalian bagi dengan kami. Hanya saja sebagai sahabat, mari saling memberi semangat untuk hal-hal baik yang tengah kita perjuangkan.