Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal yang Sering Membuat Perempuan Insecure, Kamu Gak Sendirian!

ilustrasi perempuan (pexels.com/ Moose Photos)

Perasaan insecure menjadi permasalahan mental yang semakin banyak diperbincangkan selama beberapa tahun belakangan. Mengalami perasaan ketidakamanan diri, khususnya pada perempuan, bahkan bisa terjadi sejak usia belia. Banyak faktor dalam kehidupan yang bisa memicu perasaan tersebut, mulai dari penampilan fisik, kecerdasan, hingga status sosial dan ekonomi.

Hal ini tentunya tidak terjadi begitu saja, melainkan ada peran masyarakat dan media yang seringkali menampilkan standar yang tinggi dan seragam bagi semua orang. Oleh karena itu, penting bagi perempuan untuk mengetahui dalam hal apa saja mereka bisa mengalami insecurity, dan bagaimana hal tersebut bisa mempengaruhi kehidupan mereka. Berikut adalah enam hal paling umum yang dapat membuat seorang perempuan merasa insecure. Semoga dapat memberikan pemahaman dan menghindari standar yang ada agar tidak terjebak dalam insecurity.

1. Penampilan fisik

ilustrasi perempuan (pexels.com/ Daniel Xavier)

Standar kecantikan yang tinggi dan diseragamkan bagi semua orang, seringkali menjadi faktor utama yang membuat perempuan merasa insecure. Media sosial kerap mempromosikan citra tubuh yang langsing, kulit mulus, dan bentuk wajah sempurna, yang tidak selalu mencerminkan kenyataan. Padahal faktanya, manusia dari berbagai ras memiliki penampilan fisik yang berbeda, dan seharusnya tidak ada standar tertentu untuk hal tersebut.

Keharusan untuk memiliki penampilan fisik yang sempurna tentu dapat menciptakan tekanan untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Dan ekspektasi ini seringnya berujung pada perasaan beberapa orang bahwa mereka tidak cukup baik atau tidak cukup cantik, meskipun kenyataannya setiap orang tetaplah memiliki keunikan fisiknya sendiri. Jika perasaan insecure ini berakar dari perbandingan sosial yang terus menerus terjadi. Maka penting bagi setiap perempuan untuk tidak menaruh perhatian penuh pada standar kecantikan tersebut. Jangan merasa rendah diri atau kurang berharga hanya karena tidak bisa memenuhi standar yang ditetapkan orang lain. Dengan begitu, perasaan insecure pun bisa dihindari.

2. Kecerdasan dan kemampuan intelektual

ilustrasi perempuan (pexels.com/ Andrea Piacquadio)

Kecerdasan dan kemampuan intelektual juga menjadi sumber perasaan insecure bagi banyak perempuan. Di lingkungan yang menilai seseorang berdasarkan prestasi, hal ini bukan cuma menimbulkan stres dan tekanan, tetapi juga perasaan rendah diri. Banyak perempuan yang merasa tertekan untuk menunjukkan kecerdasan mereka di tempat kerja atau di lingkungan pendidikan. Dan terkadang, perempuan bisa merasa tidak cukup pintar ketika dibandingkan dengan rekan-rekannya, meskipun sebetulnya mereka sangat kompeten dalam bidang lain.

Tingkat kecerdasan seringkali begitu bias. Ada ketidak jelasan tentang definisi pintar di mata masyarakat. Sayangnya, hal tersebut terlalu disederhanakan dengan kemampuan-kemampuan tertentu yang lagi-lagi tidak terpetakan dengan standar yang jelas. Hal ini sudah lama terjadi, sebab budaya yang berkembang di masyarakat banyak menekankan pencapaian akademis secara formal. Padahal, keterampilan non-formal juga sama berharganya. Tentu hal ini bisa membuat banyak perempuan merasa terbebani. Akhirnya, ketika mereka merasa kesulitan untuk bersaing di dunia yang kompetitif ini, mereka mungkin meragukan kemampuan diri sendiri, bahkan merasa kurang berharga.

3. Karier dan kesuksesan profesional

ilustrasi perempuan (pexels.com/ Christina Morillo)

Dalam dunia yang semakin kompetitif, perempuan juga sering merasa insecure tentang perkembangan karier mereka. Terutama di lingkungan yang cenderung lebih mendukung pria dalam posisi-posisi tinggi, sehingga perempuan merasa karier mereka tidak berkembang sesuai harapan. Meskipun banyak perempuan yang sangat kompeten dan berbakat, seringkali mereka dihadapkan pada hambatan diskriminasi yang membuat perempuan merasa kurang mampu atau terpinggirkan.

Tekanan untuk mencapai kesuksesan di dunia profesional juga seringkali datang bersamaan dengan beban untuk membuktikan bahwa perempuan bisa bersaing di level yang sama dengan rekan pria. Perasaan tidak cukup berhasil atau takut gagal bisa membuat perempuan merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak memuaskan atau merasa kesulitan dalam mencapai tujuan karier mereka. Ketika mereka merasa tidak mencapai standar yang diinginkan, perasaan insecure pun akan muncul semakin kuat.

4. Hubungan dan kehidupan pribadi

ilustrasi perempuan (pexels.com/ Andrea Piacquadio)

Perasaan insecure juga bisa muncul dalam hal hubungan dan kehidupan pribadi. Ketika seorang perempuan merasa tidak dicintai atau dihargai dengan sepenuhnya oleh pasangan, hal tersebut bisa memicu perasaan insecure. Ketidakpastian dalam hubungan menimbulkan perasaan cemas tentang masa depan hubungan yang sering berujung pada perasaan khawatir yang berlebihan. Terlebih jika pasangan tidak menunjukkan perhatian atau kasih sayang yang cukup, sehingga ujung-ujungnya, perempuan merasa dirinya kurang berarti atau bahkan tidak cukup baik bagi pasangannya.

Selain muncul dari dalam diri sendiri, perasaan ini juga bisa muncul akibat perbandingan dengan hubungan orang lain yang tampak lebih sempurna. Peran media sosial sangat berpengaruh dalam hal ini. Potongan-potongan cerita yang tidak ditampilkan seratus persen di media sosial, seringkali disimpulkan secara singkat. Banyak perempuan menganggap hubungan yang mereka jalani tidak seperti apa yang mereka lihat pada hubungan orang lain. Sayangnya, gambaran ideal ini justru membuat mereka meragukan diri sendiri dan perasaan pasangannya. Hal inilah yang berujung pada munculnya insecurity.

5. Kemampuan menjadi ibu atau istri

ilustrasi perempuan (pexels.com/ Andrea Piacquadio)

Dalam banyak budaya, perempuan seringkali dihadapkan pada ekspektasi untuk menjadi ibu atau istri yang sempurna. Jika mereka tidak bisa memenuhi harapan-harapan tersebut, contohnya merawat anak tanpa baby sitter, menjaga keharmonisan rumah tangga, kemampuan memasak bagi keluarga, dan lain sebagainya, yang berujung pada perasaan insecure. Padahal, setiap orang menghadapi tantangan yang berbeda-beda, dan mereka juga memiliki kemampuan dan kelebihan dalam perannya sebagai ibu atau istri yang juga berbeda.

Beban sosial yang datang dari lingkungan dan budaya sangat membebani peran perempuan sebagai ibu atau istri. Ketika peran tersebut dianggap sebagai pencapaian terbesar seorang perempuan, mereka mungkin merasa tertekan jika tidak mampu mencapainya atau merasa gagal dalam peran tersebut. Hal ini sering diperburuk oleh pandangan masyarakat yang menilai perempuan berdasarkan seberapa baik mereka menjalankan tugas-tugas terebut. Tentu, diperlukan kesadaran diri dan kompromi dengan pasangan tentang standar apa yang ingin ditetapkan dalam rumah tangga agar perasaan insecure tidak terus berkembang.

6. Status sosial atau ekonomi

ilustrasi perempuan (pexels.com/ Matheus Bertelli)

Banyak pernyataan yang mengatakan bahwa pria berusaha tampil sempurna untuk mengesankan perempuan, sementara perempuan berhasil sempurna untuk mengesankan perempuan lainnya. Tekanan untuk memiliki gaya hidup atau status sosial tertentu jugalah yang pada akhirnya membuat perempuan merasa insecure. Upaya untuk mengesankan orang lain membuat nanyak perempuan merasa terbebani untuk memiliki pencapaian ekonomi atau gaya hidup yang sesuai dengan harapan sosial. Terlebih apa yang diposting di media sosial seperti rumah besar, mobil mewah, atau liburan, yang membuat seorang perempuan merasa tidak mampu mencapainya, sehingga muncul perasaan kurang berharga atau tidak cukup sukses. Pahamilah bahwa standar bahagia yang ingin dicapai tidak bisa ditentukan oleh orang lain, melainkan oleh diri sendiri. Hal yang bijak dengan tidak menjadi media sosial sebagai keinginan semata yang berujung pada perasaan tidak berharga dan terpinggirkan.

Perasaan insecure merupakan hal yang wajar dialami oleh banyak perempuan, tetapi perlu untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kekuatan dan keunikannya masing-masing. Banyak faktor eksternal yang dapat memicu perasaan ini, oleh karena penting untuk memperkuat rasa percaya diri dengan menerima diri apa adanya. Perempuan seharusnya dapat menghadapi ketidakamanan diri dengan lebih positif dan sehat jika ia mengenali potensi dirinya sendiri. Pahamilah, tidak ada yang sempurna di dunia ini, dan setiap perempuan memiliki perjalanan hidupnya masing-masing yang patut dihargai, sebab mereka berhak bahagia dalam caranya sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us