Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lutfia Rahmannisa, Bangun Platform untuk Bekali Karier Generasi Muda

Lutfia Rahmannisa (dok. pribadi)
Lutfia Rahmannisa (dok. pribadi)
Intinya sih...
  • Generasi muda dihadapkan pada tantangan karier yang kompleks dan perubahan dunia kerja yang cepat.
  • Lutfia Rahmannisa menciptakan House Ilmu ID sebagai platform mentoring karier untuk membantu generasi muda memasuki dunia kerja.
  • House Ilmu menyediakan program mentoring, workshop, dan special event untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan di masa depan.

Jakarta, IDN Times - Generasi muda saat ini menghadapi berbagai tantangan dalam memulai karier mereka. Dunia kerja yang terus berubah membuat banyak generasi muda merasa bingung dan kurang percaya diri. Di tengah arus teknologi yang pesat, perusahaan juga semakin selektif dalam memilih kandidat dengan pengalaman dan kemampuan tertentu.

Itulah kenapa, mempersiapkan karier secara matang sejak dini dapat menjadi solusi. Hal ini juga menjadi pemantik bagi Lutfia Rahmannisa dalam menciptakan platform bernama House Ilmu ID. Platform ini fokus di mentoring karier untuk generasi muda agar lebih siap memasuki dunia kerja.

Dengan bimbingan dari mentor yang berpengalaman, tentunya generasi muda dapat memahami strategi membangun karier dan mengenali potensi diri. Generasi muda juga dapat mendapatkan wawasan praktis tentang dunia kerja.

IDN Times berkesempatan melakukan wawancara khusus bersama Lutfia Rahmannisa pada Kamis (29/11/2024) secara daring. Lutfia menceritakan perjalanannya selama membangun House Ilmu ID. Selain itu, Lutfia juga menjabarkan beberapa tantangan karier untuk generasi muda beserta solusinya.

1. Membangun House Ilmu ID berawal dari keresahan pribadi

Lutfia Rahmannisa (dok. pribadi)
Lutfia Rahmannisa (dok. pribadi)

Keresahan Lutfia Rahmannisa saat duduk di semester 5 menjadi titik awal berdirinya platform yang kini ia jalankan. Pada masa itu, ia menyadari bahwa persaingan karier setelah lulus kuliah tidak hanya datang dari rekan satu universitas, tetapi juga dari lulusan universitas lain, termasuk calon pekerja asing.

Ia merasa bahwa sekadar menyelesaikan perkuliahan dan aktif di organisasi tidak cukup untuk memberikan nilai tambah di mata dunia kerja. Dari situ, ia mulai merenungkan cara untuk meningkatkan nilai dirinya agar tidak berangkat dari nol setelah wisuda.

"Dari situ aku mulai mikir, gimana ya caranya upgrade diri untuk add value. Gimana caranya pas aku lulus itu udah punya 'bekal', supaya gak nol banget. Jadi dari semester 5 itu aku juga mulai cari tahu, habis lulus aku mau ke arah mana?," kata Lutfia.

Bukan hanya itu, hal itu juga menjadi pemantik bagi Lutfia untuk menciptakan House Ilmu. Karena ia tergerak untuk membantu adik tingkat atau mahasiswa lainnya agar mempersiapkan diri sedini mungkin sebelum masuk ke dunia karier.

Lutfia melanjutkan, "Dari situ aku berpikir, gimana ya caranya bikin mahasiswa kuliah atau adik tingkat aku supaya mempersiapkan semuanya dari semester 1 atau sedini mungkin. Mungkin juga bisa dapat kerja/magang sebelum lulus kuliah. Akhirnya di tahun 2020 aku mulai membangun House Ilmu dan mulai aktif for public di tahun 2021".

2. House Ilmu menjadi platform yang bertujuan untuk mempersiapkan karier generasi muda

ilustrasi karier baru (unsplash.com/Joao paulo m ramos paulo)
ilustrasi karier baru (unsplash.com/Joao paulo m ramos paulo)

House Ilmu dirancang sebagai platform yang ingin menjadi ruang belajar, berkembang, dan berprestasi bagi generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial. Pendiriannya dilandasi keyakinan, bahwa generasi muda yang mempersiapkan diri dengan baik sejak dini akan memiliki peluang lebih besar untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Dengan fokus utama pada pengembangan karier, platform ini menyediakan program mentoring yang bertujuan membantu mahasiswa atau generasi muda. Khususnya untuk merancang langkah-langkah signifikan dalam perjalanan karier mereka.

"Lewat House Ilmu, kita tuh pengin banget nih jadi wadahnya teman-teman untuk kita sama-sama mempersiapkan diri. Di House Ilmu ini kita fokusnya ke kariernya lewat mentoring," ujar Lutfia.

Perempuan asal Jakarta ini juga menjelaskan, House Ilmu diharapkan bisa membuat generasi muda bisa prepare sedini mungkin. Karena jika sudah mempersiapkan diri sedini mungkin, pastinya kita akan memiliki milestones untuk ke depannya.

3. Pentingnya memiliki mentor sebelum terjun ke dunia karier

ilustrasi mentor (pexels.com/祝 鹤槐)
ilustrasi mentor (pexels.com/祝 鹤槐)

Bagi generasi muda, memiliki mentor sebelum memasuki dunia karier adalah langkah strategis yang sangat penting. Memulai perjalanan karier sering kali terasa membingungkan dan penuh ketidakpastian. Dalam hal ini, mentor berperan sebagai pembimbing yang dapat memberikan arah, saran, dan solusi untuk berbagai kebingungan terkait pilihan jalur karier. 

"Menurutku, generasi muda juga sebaiknya punya mentor untuk persiapan karier. Karena ibaratnya itu kita baru masuk atau terjun ke dunia baru, nah mungkin kita bakal clueless. Kita butuh guru/mentor, karena sejatinya kita memang selalu butuh guru. Masuk ke dunia karier juga butuh mentor, jadi bisa menjadi solusi kalau kita bingung memilih jalan," jelas Lutfia.

4. Berbagai program yang dihadirkan oleh House Ilmu secara online

Lutfia Rahmannisa (dok. pribadi)
Lutfia Rahmannisa (dok. pribadi)

Demi mempersiapkan karier generasi muda yang lebih matang, House Ilmu menghadirkan berbagai program. Ada program reguler yang memang dilangsungkan secara bulanan. Pertama adalah web skill yang bentuknya semacam webinar dan durasinya lebih singkat. Lutfia menjelaskan, biasanya topik/materi yang diangkat pun lebih mendasar.

"Ada juga work skill (workshop skill) yang durasinya lebih panjang dan ada sesi practice. Di sesi practice ini kita akan menguji seberapa jauh pemahaman peserta dari pemaparan materi yang disampaikan. Di work skill, diharapkan setelah selesai sesi itu ada yang bisa 'dibawa pulang," tambahnya.

5. Ada juga beberapa program offline dengan format acara lebih santai

ilustrasi piknik dengan teman (unsplash.com/Toa Heftiba)
ilustrasi piknik dengan teman (unsplash.com/Toa Heftiba)

Selain itu, ada juga beberapa program yang dihadirkan secara offline. Lutfia menyampaikan, program ini biasanya diadakan di momen atau bulan tertentu saja. Mereka menamai program ini sebagai 'special event'. Pertama ada program Chill Ups yang format acaranya lebih santai ala gen Z.

"Di program Chill Ups, formatnya itu kita ngumpul di suatu tempat yang gak terlalu formal. Tentunya, obrolan yang diangkat tetap berbobot tapi pembawaannya lebih santai. Chill Ups ini mengadopsi konsep piknik," tutur Lutfia.   

Kedua ada Sudut Karier, pembahasannya lebih fokus ke CV dan interview kerja. Format acaranya lebih serius, karena biasanya diadakan di co-working space atau sejenisnya. Biasanya, agendanya akan membahas apa yang harus dilakukan sebelum membuat CV.

"Umumnya, kebanyakan topik itu langsung membahas CV-nya, tanpa membahas persiapan sebelum membuat CV. Terus, nanti ada juga roleplay interview yang pertanyaannya mendasar sampai lebih serius," lanjut Lutfia.

Terakhir ada juga program mentoring yang bisa dilangsungkan secara offline dan online. Lutfia mengatakan, untuk program ini masih dalam proses arrange dan berencana untuk launch pada 2025.

6. Tantangan yang saat ini dihadapi generasi muda di dunia karier dan solusinya

ilustrasi karier baru (unsplash.com/The Jopwell Collection)
ilustrasi karier baru (unsplash.com/The Jopwell Collection)

Generasi muda saat ini menghadapi tantangan besar di era teknologi yang terus berkembang pesat. Salah satunya adalah persaingan tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dengan teknologi seperti AI yang semakin mendominasi berbagai sektor industri.

Oleh sebab itu, Lutfia menjabarkan, sebaiknya gen Z memiliki skill fast learning atau adaptif. Karena gak bisa dimungkiri, dunia karier dan industri pun semakin cepat mengalami perubahan. Tantangan lainnya yang sering dikaitkan dengan gen Z adalah perihal adab atau attitude.

"Kalau yang kedua ini mungkin sering dikaitkan sama gen Z, yaitu tentang attitude atau adab. Sebenarnya gak semua gen Z seperti ini ya, karena banyak juga yang masih paham attitude. Namun, kita mungkin perlu aware lagi terkait kesopanan kita," ujar Lutfia.

Ketiga adalah mental dari diri kita sendiri, yakni self-awareness dan self-knowledge. Jadi jangan sampai kita tidak mengenal diri sendiri. Penting untuk mengenal diri sendiri agar kita tahu apa yang akan kita lakukan.

Itu dia kisah dan perjalanan Lutfia Rahmannisa dalam membangun House Ilmu. Berawal dari keresahan pribadi, ternyata Lutfia mampu membangunnya menjadi harapan untuk banyak generasi muda.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Nisa Zarawaki
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us