Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengalaman Cek Microbiome Kulit di Nusantics, Hasilnya Komprehensif!

Situasi Nusantics Hub, Jakarta saat dikunjungi pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Situasi Nusantics Hub, Jakarta saat dikunjungi pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Dewasa ini, merawat kulit ada banyak pilihannya. Ada yang memercayakan pada perawatan klinik atau dokter, ada pula yang beli produk bebas di pasaran. Ada yang mencintai produk lokal ketika yang lainnya antusias pada produk luar negeri seperti Korea. Ada yang bertahan dengan tahapan skincare berlapis-lapis, namun tak sedikit pula yang lebih minimalis.

Namun, sudah pernahkah kamu merawat wajah berbasis microbiome? Microbiome adalah kumpulan mikroorganisme hidup yang terdiri dari jamur, virus, bakteri, dan arkea (mikroorganisme bersel satu). Sementara itu, kulit kita adalah rumah bagi mikroorganisme tersebut. Agar kulit berada dalam kondisi optimal, keadaan microbiome di kulit wajah haruslah seimbang.

Di tengah mulai bermunculannya skincare dengan basis tersebut, tim IDN Times baru-baru ini melakukan cek microbiome kulit di Nusantics pada Rabu (15/2/2023) lalu. Seperti apa sih kondisi kulit apabila dilihat dari microbiome dan apa dampaknya pada perawatan kulit kita? Simak pengalaman penulis berikut ini.

1. Sebelum melakukan pengecekan kulit, ada skincare tertentu yang harus dihindari agar hasil pengecekan microbiome kulit lebih valid

Halaman pembelian dan booking layanan Nusantics (dashboard.nusantics.com/booking-skin)
Halaman pembelian dan booking layanan Nusantics (dashboard.nusantics.com/booking-skin)

Langkah pertama pengecekan microbiome adalah mendaftarkan diri di situs resmi Nusantics. Ada dua jenis pengecekan kulit yang tersedia, yaitu Basic Skin Test dan Balanced Biome Scan. Di antara keduanya, saya menjalani yang terakhir di mana melibatkan swab pada kulit wajah.

Sebelum menjalani tes tersebut, saya dihubungi petugas via Whatsapp. Ada beberapa pantangan yang harus dilakukan agar hasil tes swab kulit valid hasilnya. Pertama, tidak melakukan perawatan berjenis physical atau chemical exfoliating/peeling dalam 1 minggu terakhir, terlebih yang memakai kandungan AHA/BHA/PHA scrub atau dalam bentuk masker. Meski begitu, skincare seperti serum atau pelembap diperbolehkan.

Kedua, tidak melakukan perawatan kulit yang sifatnya invasif dalam jangka waktu sebulan terakhir. Contoh perawatan invasif adalah laser, botox, dan operasi plastik.

"Terakhir, tidak mengonsumsi dan memakai antibiotik, baik oral maupun topikal/obat dokter dalam 45 hari terakhir," bunyi pemberitahuan tertulis dalam Whatsapp itu.

Ketiga hal tadi adalah pantangan jangka panjangnya. Sementara itu, pantangan jangka pendeknya adalah sebelum datang dan menjalani pengecekan kulit, diharapkan kamu tidak lupa membersihkan wajah terlebih dahulu dan datang dengan muka bare face.

Pelembap, sunscreen, dan air mawar termasuk beberapa yang dilarang dalam pantangan jangka pendeknya. Namun, kamu masih bisa pakai lipstik dan pensil alis sebagai makeup dekoratif ketika berangkat ke Nusantics.

2. Tibalah hari H. Sambil bersiap menjalani pengecekan, ada suguhan buah-buahan dan minuman telang yang ternyata ada maksudnya

Suguhan rujak dan minuman telang di Nusantics Hub, Jakarta saat dikunjungi pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Suguhan rujak dan minuman telang di Nusantics Hub, Jakarta saat dikunjungi pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Hari pengecekan tiba. Saya datang ke Nusantics Hub yang ada di Jl. Suryo No.32, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12180. Begitu tiba, saya disambut dengan sapaan ramah sang resepsionis dan sejumlah dekor kekinian.

Saya diminta menunggu oleh resepsionis yang ramah di sofa tamu. Saya juga sempat diminta untuk mencuci wajah tanpa sabun di kamar mandi yang tersedia. Alasannya, wajah sudah terkena kotoran dan debu selama berkendara menuju Nusantics Hub. Agar microbiome asli wajah tidak tercemar, tentu wajah perlu dibersihkan.

Cuci muka usai, ternyata ada karyawan lain yang menyajikan rujak dan minuman unik. Ada beberapa potong buah dalam rujak dalam mangkuk kecil berbahan batok kelapa. Minumannya terbuat dari bunga telang, namun terasa seperti jeruk nipis ketika diteguk.

Rupanya, penyajian rujak dan minuman tersebut ada maksudnya. Ada istilah gut-skin axis dalam microbiome. Artinya adalah makanan dan minuman yang kamu konsumsi, akan memengaruhi profil microbiome di kulit juga.

3. Proses pengecekan dimulai, saya masuk ke sebuah ruang. Di situ, seorang petugas mengulik gaya hidup personal, termasuk soal skincare

Endina saat proses wawancara untuk cek microbiome kulit di Nusantics Hub, Jakarta saat dikunjungi pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Endina saat proses wawancara untuk cek microbiome kulit di Nusantics Hub, Jakarta saat dikunjungi pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Setelah semangkuk kecil rujak dan minuman telang habis dinikmati, resepsionis membawa saya ke sebuah ruang kecil dengan pemandangan menghadap jalan. Meski kecil, ruangan itu terasa cukup lega karena tidak banyak perabot. Hanya ada furnitur simpel kekinian nan nyaman serta pendingin udara yang berjalan baik.

Tak perlu waktu lama, datanglah Endina Camelia Putri tiba. Ia adalah Biome Assistant Nusantics. Endina berperan untuk mewawancarai saya perihal bagaimana saya merawat wajah, produk apa saja yang dipakai, di mana saya tinggal, usia, suku, dan sebagainya.

Pertanyaan yang disampaikan Endina mungkin cukup panjang dan detail. Namun, di sinilah letak keakuratan datanya. Misalnya, latar belakang suku digunakan untuk mengetahui jenis kulit berdasarkan ras. Sebagai orang Jawa tulen, tentu hasil pengecekan kulit saya tidak bisa disamakan dengan standar kulit orang Eropa atau Kaukasoid bukan?

Kemudian, tempat tinggal. Misalnya saja, saya tinggal di Muara Angke, Jakarta Utara. Daerah tersebut dekat dengan laut yang pH, kelembapan udara, serta kualitas airnya bisa berbeda dengan pusat ibu kota. Tentu saja, hal tersebut memengaruhi microbiome kulit.

Endina turut menanyakan skincare apa yang saya pakai. Mulai dari sabun wajah, toner, essence, hingga serum wajah tak luput ditanyakan. Apakah kamu berketombe? Apakah kamu minum alkohol? Sering makan buah atau sayur? Sering mengonsumsi makanan dan minuman berfermentasi? Itu semua turut ditanyakan karena memiliki pengaruh pada rasio bakteri dan fungal di wajah kita.

"Idealnya, bakteri 70 persen dan fungi 30 persen," jawab Endina tentang rasio ideal bakteri dan jamur yang ada di wajah.

4. Di sela-sela wawancara, petugas lain datang dan membawa alat swab yang mampu memantau jumlah microbiome di wajah

Set alat swab microbiome kulit di Nusantics Hub, Jakarta saat dikunjungi pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Set alat swab microbiome kulit di Nusantics Hub, Jakarta saat dikunjungi pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Belum selesai wawancara, petugas lain datang dengan didahului ketukan pintu. Ia adalah Raisa Amalia Harahap, Skin Microbiome Research Analyst Nusantics. Ialah petugas swab untuk kulit saya. Karenanya, sekotak peralatan swab ia bawa. Peralatan inilah kunci dari pengecekan microbiome di kulit wajah.

Peralatan tersebut tidak jauh berbeda dengan swab yang dipakai untuk tes COVID-19. Bentuknya seperti cotton bud yang panjang dengan kedua sisi yang disertai kapas kecil terpasang. 

"Akan ada empat bagian yang aku ambil. U-zone ini untuk pipi kanan dan kiri. T-zone untuk bagian dahi dan hidung. Terus ada neutral, ini hanya kontrol antar sample lainnya aja. Kemudian nanti akan di-swab menggunakan si cotton ini dan akan dibasahi dengan Biome Solution. Ini larutan steril saja," papar Raisa soal peralatan yang ia bawa.

Raisa menjelaskan bahwa mungkin wajah akan terasa sedikit nyaman karena akan diusap berulang. Namun, hingga swab selesai, rasa sakit bahkan tidak terasa.

Tidak perlu waktu lama juga, wajah cepat kering setelah sempat basah. Dengan begitu, wajah tidak akan terganggu untuk langkah pengecekan kulit berikutnya. Saya pun tetap bisa melanjutkan interview yang sempat terselingi dengan leluasa.

5. Wawancara usai, petugas membawa saya ke Skin Analysis Room yang dipenuhi dua alat penganalis kulit nan canggih

Raisa melakukan pengecekan kondisi kulit tim IDN Times di Nusantics Hub, Jakarta pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Raisa melakukan pengecekan kondisi kulit tim IDN Times di Nusantics Hub, Jakarta pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Setelah wawancara yang santai usai, saya dibawa berpindah ruangan. Kembali lagi saya bertemu dengan Raisa. Kali ini, "alat perangnya" sudah berbeda. Bukan lagi alat swab, melainkan monitor dengan selang-selang analisis bernama MPA 6. Ada juga Visioface, kotak besar yang di dalamnya terdapat kamera.

Di ruang Skin Analysis ini, saya akan menjalani tahapan Skin Analyzer. Alat pertama yang akan meninjau situasi kulit saya adalah MPA 6. Bentuknya sungguh beragam dengan ujung yang berbeda-beda pula.

Sementara itu, bagian kulit yang akan dicek adalah pipi kiri, pipi kanan, dan dahi. Setiap bagiannya akan dites tiga kali untuk melihat nilai rata-rata dari unsur yang dicari.

Unsur yang dimaksud adalah melanin, erythema values, glossiness index, acidic range, sebum, dan hydration. Masing-masing unsur memiliki angka standarnya sehingga kita tahu apakah itu rendah, medium, atau tinggi. 

Alat kedua adalah Visioface. Alat ini bentuknya mirip seperti mini box studio yang dijual di marketplace. Bentuknya kotak dengan lubang di depan. Di dalamnya terdapat lensa kamera.

Tepat di tepi lubangnya, ada bagian untuk meletakkan dagu agar kamera bisa memotret penampakan kulit dari sisi depan, kiri, dan kanan. Karena cahaya yang digunakan sangat terang, lebih baik mata terpejam agar tidak silau. Adanya kerutan, UV, bintik hitam, besarnya pori, dan warna kulit akan terdeteksi di sini. 

6. Hasil dari Skin Analyzer bisa diketahui secara langsung. Petugas pun langsung menginformasikan hasilnya berdasarkan kategori

Raisa menjelaskan kondisi kulit berdasarkan alat MPA 6 di Nusantics Hub, Jakarta pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Raisa menjelaskan kondisi kulit berdasarkan alat MPA 6 di Nusantics Hub, Jakarta pada Rabu (15/2/2023). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Untuk melanin, angka saya ada di angka 215. Artinya, saya termasuk pemilik melanin tipe 3 yang pada umumnya dimiliki oleh European Mixed/Very Fair Asian Skin di rentang angka 150-250. Angka melanin sendiri menjadi indikator pigmen warna yang dapat menyerap sinar UV untuk melindungi sel kulit. 

Selanjutnya adalah tes erythema values. Bagian ini menggambarkan tingkat reaksi inflamasi atau peradangan yang ada pada kulit, sehingga membuatnya berwarna kemerahan.

Dari kategori no erythema, minimal erythema, diffuse redness, high erythema, dan extreme erythema, kulit saya ada di kategori diffuse redness. Dengan angka 341, erythema saya masih dikatakan medium.

"Kalau dari standar kita, di bawah 400 itu masih medium atau sedang. Memang ada peradangan, tapi tidak tinggi. Jadi, masih oke. Selanjutnya, rajin aja pakai sunscreen karena memang itu ibaratnya pelindung kita dan sebagai antiaging juga," jelas Raisa.

Tes berikutnya adalah glossiness index. Kalau kamu sering mendengar kata-kata glowing dalam dunia kecantikan, rupanya masih ada kategori yang lebih tinggi dari itu dalam tes ini. Kategori yang dimaksud adalah gloss dengan rentang angka 8-11. Di bawah gloss, ada glow, natural matte, dan dull-dry sebagai yang terendah.

Tes glossiness index dilakukan untuk melihat kemampuan kulit dalam merefleksikan cahaya. Tak dinyana, saya mendapat angka 11 yang termasuk kategori gloss. Meski begitu, Raisa menyatakan bahwa angka itu harus dilihat bersama tes lainnya.

"Makanya, tadi ada dua dua indikator, sebum atau hidrasi. Bisa jadi glowing karena balance hidrasinya atau berlebihan karena sebum," papar alumnus Universitas Syiah Kuala tersebut.

Tahap berikutnya adalah acidic range. Sesuai artinya, acidic range akan menunjukkan tingkat keasaman pH kulit. Kian tinggi pH, kian tinggi pula kecenderungan kulit kering. Kian rendah pH, kulit pun makin rentan terhadap pertumbuhan jamur.

pH kulit wajah dikatakan rendah apabila di bawah angka 3,5-4,5. pH kulit dikatakan tinggi jika indikator menunjukkan angka 5,5-6,5. Di antara keduanya, pH baru akan dikatakan normal. Monitor pun memperlihatkan kulit saya ada di pH normal, tepatnya di angka 4,9.

Berikutnya, mari kita menilik tingkat sebum. Sebum adalah minyak alami yang dihasilkan tubuh. Sebum dibutuhkan kulit untuk mendukung keseimbangan skin microbiome dan menjaga agar kulit lembap terhidrasi.

Untuk sebum di bagian pipi, angka yang ditunjukkan adalah 41 yang artinya adalah normal. Sementara pada dahi, angkanya 76 dari rentang normal 34-78. Angka ini nyaris menyentuh kategori kulit berminyak. Maklum saja, bagian T-zone di wajah saya memang rentan berminyak seiring aktivitas, apalagi di sore hari.

Terakhir, waktunya tes hydration. Mungkin secara awam, orang akan menebak jika tes ini akan melihat bagaimana kadar kelembapan di kulit wajah. Ya, memang benar. Namun tak hanya itu, dari sini kita bisa melihat integritas dan elastisitas kulit serta bagaimana hidrasi juga mendukung kehidupan microbiome di kulit wajah.

Hasil menunjukkan, baik pada dahi maupun pipi, tingkat kelembapan kulit wajah dalam kondisi prima. Ketika indikator kelembapan dahi di atas 40, angka yang saya dapatkan adalah 70. Indikator yang sama juga berlaku pula untuk pipi. Kelembapan pipi saya selisih tipis dengan dahi, yaitu di angka 69.

Secara umum, kulit saya tergolong normal. Hal ini cukup menggembirakan untuk didengar mengingat beberapa tahun sebelumnya, jerawat terbilang senang hinggap di wajah. Begitupun minyak sehingga selalu mengira jika kulit saya tergolong berminyak.

Sementara untuk hasil dari Visioface, Raisa menunjukkan kerutan yang ada di area mata saya. Kerutan yang ditunjukkan ternyata bisa terjadi karena penggunaan kacamata. Minus mata kanan saya yang selisihnya begitu banyak dibandingkan yang kiri, juga berperan. Katanya, ini memengaruhi ketegangan saraf mata dan merambat ke aktivitas kulit wajah.

Raisa menyampaikan jika analisis kulit seperti ini idealnya dilakukan setiap enam bulan sekali. Dalam jangka waktu seperti itu, kondisi kulit bisa saja sudah berubah. Begitu pula yang terjadi pada microbiome.

7. Pengecekan kulit selesai. Saya dibawa tur sembari diterangkan sejumlah layanan yang mendukung kesehatan microbiome kulit

x
x

Pengecekan kulit hari itu selesai. Untuk hasil tes swab diperkirakan akan jadi di akhir pekan. Ini karena alat swab yang dipakai tadi, harus dibawa ke laboratorium yang ada di Pulomas dan diekstraksi.

Menurut Endina, hasilnya akan dikirimkan via Whatsapp dan bisa diakses di akun Nusantics. Itulah kenapa saya diminta untuk login ke website Nusantics. Hasil tes akan terangkum di akun kita dan menjadi semacam rekam medis.

Endina pun mengajak saya ke sebuah ruang dengan pencahayaan remang-remang, namun relaks. Rupanya, Nusantics punya layanan facial dan spa menggunakan bahan-bahan alami. Sekali lagi, bahan alami digunakan dengan pertimbangan membawa microbiome yang baik untuk tubuh.

"Ada kemiri kalau wajahnya kering, bisa pakai spirulina kalau jerawatan, bisa diracik oleh terapisnya," kata Endina.

Jika pernah melakukan pengecekan kondisi kulit di Nusantics, hasilnya bisa kita gunakan ketika melakukan facial dan spa. Bahan-bahan yang dipakai tentunya disesuaikan dengan kondisi kulit. Namun, jika sudah tahu jenis kulitmu, kamu bisa langsung memilih bahan yang sesuai saja.

8. Lebih cepat dari yang diduga, hasil swab kulit langsung jadi dua hari kemudian. Jumlah bakteri dan fungal saya mengejutkan

Hasil cek microbiome kulit untuk perbandingan bakteri dan jamur (dashboard.nusantics.com)
Hasil cek microbiome kulit untuk perbandingan bakteri dan jamur (dashboard.nusantics.com)

Jumat pagi, Whatsapp saya membunyikan notifikasinya. Rupanya, ada pemberitahuan otomatis dari Nusantics. Hasil pengecekan microbiome kulit dengan alat swab sudah jadi. Bergegas saya melihat hasilnya lewat akun yang sudah dibuat.

Selain yang sudah disebutkan di atas, dari hasilnya, diketahui kulit wajah saya memiliki pori-pori yang tampak besar sebanyak 23,94 persen. Untuk pori-pori yang tampak kecil, jumlahnya sebesar 76,06 persen. Noda hitamnya mencapai 9 persen.

Sementara itu, jumlah bakteri di kulit wajah saya hampir mendekati 100 persen! Tepatnya, ada 95,47 persen bakteri dan 4,53 persen fungal. Angka ini tentu sangat jauh dari rasio ideal bakteri dan fungal 70:30. Karenanya, saya termasuk dalam #TeamBacteria B01 dengan kecenderungan jerawat ringan.

"Kalau risiko berbahaya sih, gak ada. Jadi, lebih baik untuk menyeimbangkan microbiome saja agar tidak muncul masalah kulit seperti jerawat dan beruntusan. Bakteri B01 itu hanya kategori berdasarkan standar penelitian Nusantics saja," Endina menjawab kekhawatiran saya soal jumlah bakteri tersebut. 

Untungnya, hasil tes juga menyertakan sejumlah saran agar microbiome di kulit seimbang. Mulai dari gaya hidup, saya diminta tetap mencintai diri sendiri, makanan harus seimbang dan bervariasi, cukup minum air, olahraga, hingga beraktivitas di alam, ada di dalamnya.

Sementara untuk skincare, sarannya sangat spesifik. Saya harus menghindari pembersih wajah yang bebas alkohol. Toner yang digunakan disarankan berbahan chamomile atau hyaluronic acid. Ceramide atau galactomyces adalah bahan yang alangkah baiknya ada di essence. Pelembapnya bebas dan sunscreen harus yang noncomedogenic.

Ada pula saran yang bisa dipakai ketika kita ingin melakukan eksfoliasi. Terakhir, disebutkan rekomendasi produk yang bisa dipakai jika kita ingin menggunakan rangkaian skincare dari Nusantics.

Rekomendasi produk yang saya terima adalah Balance Treatment Essence Galactomyces dan Biome Essence Spray Chamomile, yang mana merupakan perawatan private label dari Nusantics. Meski begitu, skincare yang biasa kita gunakan, tetap bisa dipakai. Hanya saja, penggunaannya lebih disesuaikan dengan kebutuhan kulit.

"Kalau ingin mengetahui cocok tidaknya suatu produk, biasanya bisa melalukan skin fasting kurang lebih tujuh hari. Misalnya, ingin tahu cocok atau tidaknya memakai essence baru, bisa skip dulu penggunaan essence yang sekarang selama 7 hari. Kemudian, bisa dicoba dengan essence yang baru. Jika terjadi masalah terhadap kulit wajah, maka kemungkinan skincare tersebut belum cocok di kulit kakak," saran Endina.

Dilihat dari proses dan hasilnya, pengecekan microbiome kulit di Nusantics terbilang sangat komprehensif. Selama kedatangan hingga hasil pengecekan diterima di akun masing-masing, saya juga teredukasi. Sebelumnya, saya sudah pernah mencoba beberapa pengecekan kulit melalui teknologi tertentu. Namun, pengecekan microbiome ini terbilang konsep yang baru dan komplet. 

Dari proses ini, kita juga bisa belajar bahwa kondisi kulit setiap orang berbeda karena jumlah bakteri dan jamurnya juga berlainan. Orang lain bisa saja cocok dengan 10 tahap skincare ala Korea, namun belum tentu itu sesuai dengan kita. Orang lain mungkin cocok dengan produk mahal dan bermerek dari luar negeri, tapi microbiome di kulit kita bisa jadi kurang menerima. Akhirnya, muncul masalah seperti jerawat, beruntusan, kulit kering, berminyak, dan sebagainya. 

Di sini, saya belajar bahwa memakai skincare itu disesuaikan dengan kebutuhannya saja. Yang wajah butuhkan juga bukan semata definisi cantik adalah kulit putih atau bersinar layaknya permukaan cermin.

Yang terpenting dari semua itu adalah kondisi kulit yang sehat. Kemudian, sadari siapa kita, seperti apa aktivitasnya, dan bagaimana kondisi lingkungan tempat kita berada. Dengan demikian, tugas kita adalah beradaptasi agar kondisi kulit wajah tetap optimal.

"Selalu cintai dirimu apa adanya. Kelola stres dengan berdoa, meditasi ataupun
berolahraga. Konsumsi makanan yang bervariasi, seimbang, dan alami. Cukup konsumsi air. Rutin berolahraga dan berkeringat," demikian saran dari hasil cek microbiome saya tertulis.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
Febriyanti Revitasari
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us