Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kebiasaan Belanja yang Bikin Pasangan Kesal, Ujungnya Boros!

ilustrasi kaget (pexels.com/Gustavo Fring)

Saat kamu masih single saja, dirimu dituntut untuk berhati-hati dalam berbelanja. Sebab meski kamu belum ada tanggungan, sikap tidak bijaksana dalam berbelanja akan membuat sebesar apa pun penghasilanmu tetap terasa kurang.

Apalagi setelah kamu menikah nanti. Kamu dan pasangan harus lebih jeli dalam membelanjakan uang. Jangan sampai rumah tangga kalian goyah karena kebiasaan berbelanja yang kurang bijaksana. Seperti kebiasaan di bawah ini yang bisa bikin pasangan uring-uringan.

1. Melebihi kemampuan kalian dalam membayarnya

ilustrasi belanjaan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Dalam sebagian besar rumah tangga, istri paling sering ditunjuk menjadi menteri keuangan sekaligus juru belanja. Siapa pun di antara kalian yang bertugas berbelanja, pastikan paham benar tentang kemampuan finansial kalian.

Dengan begitu, bujet belanja mampu dijaga supaya tak membengkak melebihi kemampuan kalian. Kalau kamu yang sering ditugaskan berbelanja misalnya, hindari tahu-tahu membawa pulang barang apa pun yang harganya gak masuk akal dibandingkan pendapatan kalian berdua.

2. Belanjaan selalu berbeda dari rencana sehingga boros

Ilustrasi pria pamer belanja (Pexels.com/Erik Mclean)
Ilustrasi pria pamer belanja (Pexels.com/Erik Mclean)

Apa gunanya kamu sudah membuat daftar belanja kalau sebagian besarnya akhirnya diabaikan? Padahal, daftar belanja itu pasti dibuat berdasarkan prioritas kebutuhan serta telah didiskusikan dengan pasangan. Sedang barang-barang yang kamu beli secara impulsif tidak mampu menjadi substitusinya.

Akibatnya, kalian tetap harus berbelanja lagi buat membeli kebutuhan-kebutuhan yang utama. Pengeluaran menjadi dobel. Sebagai pasangan muda dengan fondasi finansial yang belum kuat, kebiasaan begini tentu membuat keuangan kalian morat-marit.

3. Membeli barang yang sama padahal di rumah sudah ada

ilustrasi pasangan (pexels.com/RODNAE Productions)

Biasanya ini menyangkut kesukaan mengoleksi benda atau kamu seperti ketagihan membeli sesuatu. Misalnya, beragam piring keramik untuk pajangan. Di rumah sudah ada, tapi kamu terus menambahnya.

Sampai-sampai pasanganmu tak habis pikir. Di mana lagi kamu akan meletakkan barang-barang itu? Bayangkan jika kamu urung membelinya. Uangnya pasti bisa digunakan buat hal-hal lain atau disimpan untuk berjaga-jaga.

4. Belanjaan pribadi tapi memakai anggaran bersama atau tagihannya ke pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Gustavo Fring)

Ini sebabnya sangat dianjurkan untuk pasangan suami istri tetap punya sumber penghasilan masing-masing. Selain pemasukan keluarga menjadi lebih besar, masing-masing juga menjadi tidak bingung bila punya kebutuhan atau keinginan pribadi.

Kalau yang bekerja cuma satu dan penghasilannya gak cukup besar, kemungkinan besar dia tidak punya bujet khusus buat memanjakan pasangannya. Penghasilannya sudah habis buat pos-pos pengeluaran rutin keluarga.

Jika pasangannya nekat menggunakan uang dari salah satu pos buat keperluan pribadi, ia pasti marah besar. Begitu pula bila berbelanja secara kredit atau menggunakan paylater. Jangan sampai pasangan yang disuruh membayarnya.

5. Membeli sesuatu hanya karena orang lain memilikinya

Ilustrasi belanja (freepik.com)
Ilustrasi belanja (freepik.com)

Kalau semua barang yang dimiliki orang menjadi patokanmu dalam berbelanja, pengeluaran kalian dapat tak terkendali. Padahal, penghasilan orang lain tidak sama dengan penghasilanmu maupun pasangan. Kamu seharusnya mampu mengukur kemampuan finansial sendiri.

Selain dari segi keuangan, pasanganmu akan lebih menghargai bila keputusanmu dalam berbelanja lebih didasarkan pada kebutuhan kalian. Bukan sekadar ikut-ikutan orang. Jangan sampai apa yang kamu beli pada akhirnya malah tak terpakai karena kamu atau anggota keluarga yang lain gak benar-benar memerlukannya.

Bila pasanganmu sebal dengan kebiasaan belanjamu yang seperti di atas, jangan marah. Maksud pasanganmu baik, yaitu agar kondisi keuangan kalian aman sampai akhir bulan. Bahkan supaya kalian mampu menyiapkan masa depan yang baik untuk anak-anak. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us