Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Resolusi Tahun Baru Sering Gagal di Tengah Jalan

ilustrasi daftar rencana yang berantakan
ilustrasi daftar rencana yang berantakan (pexels.com/Jakub Zerdzicki)
Intinya sih...
  • Target terlalu besar sejak awal, membuat resolusi terasa seperti beban dan tidak bertahap.
  • Tidak memiliki alasan yang jelas, sehingga motivasi cepat memudar dan resolusi kehilangan makna.
  • Mengandalkan motivasi semata, tanpa sistem atau kebiasaan yang menopang resolusi saat motivasi menurun.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap awal tahun, banyak orang menyambutnya dengan harapan baru dan daftar resolusi yang terlihat begitu menjanjikan. Mulai dari hidup lebih sehat, lebih produktif, hingga lebih seimbang secara mental, semuanya terasa masuk akal saat dituliskan. Namun, seiring berjalannya waktu, resolusi itu sering kali perlahan ditinggalkan tanpa disadari.

Fenomena ini bukan semata karena kurangnya niat atau motivasi seseorang. Ada banyak faktor psikologis dan kebiasaan sehari-hari yang membuat resolusi sulit bertahan lama. Memahami penyebabnya bisa menjadi langkah awal agar resolusi tidak hanya berhenti sebagai wacana tahunan.

1. Target terlalu besar sejak awal

ilustrasi ngantuk
ilustrasi ngantuk (pexels.com/RDNE Stock project)

Banyak orang menetapkan resolusi dengan target yang terlalu ambisius tanpa mempertimbangkan kondisi diri saat ini. Perubahan drastis memang terdengar mengesankan, tetapi sering kali tidak realistis untuk dijalani secara konsisten. Akibatnya, rasa lelah dan frustrasi muncul lebih cepat dari yang diperkirakan.

Ketika target terasa terlalu berat, otak cenderung mencari jalan keluar dengan menunda atau bahkan menyerah. Hal ini membuat resolusi terasa seperti beban, bukan sebagai proses bertahap. Padahal, perubahan kecil yang konsisten justru lebih berpeluang bertahan lama.

2. Tidak memiliki alasan yang jelas

ilustrasi kebingungan
ilustrasi kebingungan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Resolusi sering dibuat hanya karena ikut tren atau tekanan sosial di awal tahun. Tanpa alasan pribadi yang kuat, komitmen menjadi mudah goyah saat dihadapkan pada tantangan. Resolusi pun kehilangan makna ketika tidak terhubung dengan nilai atau kebutuhan diri sendiri.

Alasan yang dangkal membuat motivasi cepat memudar. Saat hasil tidak langsung terlihat, seseorang cenderung mempertanyakan kembali tujuan awalnya. Inilah yang membuat resolusi berhenti di tengah jalan tanpa rasa penyesalan yang berarti.

3. Mengandalkan motivasi semata

ilustrasi malas
ilustrasi malas (pexels.com/cottonbro studio)

Motivasi memang penting, tetapi sifatnya fluktuatif dan tidak selalu hadir setiap hari. Banyak orang berpikir resolusi akan berjalan lancar selama motivasi tetap tinggi. Kenyataannya, rutinitas harian sering kali lebih berpengaruh daripada semangat sesaat.

Ketika motivasi menurun, tidak ada sistem atau kebiasaan yang menopang resolusi tersebut. Akibatnya, satu hari terlewat bisa berubah menjadi penundaan berkepanjangan. Resolusi akhirnya kalah oleh kenyamanan kebiasaan lama.

4. Tidak menyesuaikan dengan gaya hidup

ilustrasi terlambat
ilustrasi terlambat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Resolusi yang baik seharusnya selaras dengan ritme hidup seseorang. Namun, tidak sedikit orang yang memaksakan resolusi tanpa menyesuaikannya dengan waktu, energi, dan tanggung jawab sehari-hari. Hal ini membuat resolusi terasa mengganggu keseimbangan hidup.

Ketika resolusi bertabrakan dengan rutinitas, konflik internal pun muncul. Seseorang mulai merasa bersalah karena tidak konsisten, lalu memilih berhenti agar tekanan itu hilang. Tanpa penyesuaian yang realistis, resolusi sulit bertahan dalam jangka panjang.

5. Tidak memberi ruang untuk gagal

ilustrasi berpikir
ilustrasi berpikir (pexels.com/Ron Lach)

Banyak orang menganggap kegagalan kecil sebagai tanda bahwa resolusi tidak berhasil. Pola pikir ini membuat satu kesalahan terasa sangat menentukan. Padahal, proses perubahan hampir selalu disertai dengan naik turun yang wajar.

Ketika tidak ada toleransi terhadap kegagalan, rasa kecewa menjadi berlipat ganda. Resolusi pun ditinggalkan karena dianggap sudah rusak sejak awal. Sikap yang terlalu keras pada diri sendiri justru menjadi penghambat terbesar.

Resolusi tahun baru sulit bertahan bukan karena seseorang malas atau tidak serius, melainkan karena cara menetapkannya kurang tepat. Dengan memahami penyebab kegagalan, resolusi bisa disusun lebih realistis dan manusiawi. Jika ingin resolusi benar-benar bertahan, mungkin sudah saatnya berhenti mengejar kesempurnaan dan mulai fokus pada proses yang konsisten.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us

Latest in Men

See More

10 Model Rambut David Beckham untuk Malam Tahun Baru

29 Des 2025, 19:00 WIBMen