6 Tips supaya Gak Merasa Kalah Saat Teman Lebih Sukses Duluan, Cek!

Terkadang, diam-diam kita dihadapi oleh suatu momen yang kurang mengenakan. Contohnya, kamu membuka Instagram, lalu menemukan teman seangkatan baru saja mendapat beasiswa ke luar negeri, menikah, membeli rumah, atau promosi jabatan. Reaksi pertamamu mungkin cuma senyum kecil dan ucapan “ih, keren,” tapi di dalam hati ada rasa asing yang juga tidak bisa ditolak, yaitu "kenapa bukan aku?"
Feeling seperti ini manusiawi, kok. Wajar kalau kamu merasa tertinggal. Tapi kalau kamu terus menaruh perasaan “kalah” di kepala dan hati, kamu malah mempersulit jalanmu sendiri, nih. Hidup bukan kompetisi 100 meter, apalagi lomba cepat-cepat menikah atau punya rumah. Semua orang punya waktunya masing-masing, kok.
Namun, kalau kamu sudah terlanjur merasa rendah diri atau minder setiap kali teman lebih dulu sampai di garis pencapaian tertentu, tandanya kamu butuh ruang untuk refleksi dan beberapa cara untuk menyelamatkan hatimu dari luka yang tidak perlu kamu miliki ini. Nah, inilah enam tips yang bisa membantumu supaya tidak merasa kalah saat teman lebih sukses duluan. Bukan untuk membandingkan, tapi supaya kamu bisa berdamai dengan dirimu sendiri.
1. Pahami bahwa hidup bukan balapan

Sering kali, kamu merasa kalah karena tidak sadar sedang membandingkan hidup sendiri dengan hidup orang lain, nih. Kamu menaruh timeline orang lain sebagai patokan, lalu kecewa karena merasa belum sampai di titik yang sama. Padahal, guys, hidup tak diciptakan untuk diadu cepat, kok.
Bisa saja temanmu baru saja diangkat jadi manajer di usia 26, sementara kamu masih mencari kerja. Atau temanmu sudah menikah, dan kamu masih menabung untuk bisa bayar kos dengan tenang. Itu semua wajar. Jalurmu dan jalurnya memang berbeda. Yang kamu butuhkan adalah kesadaran bahwa kamu sedang dalam perjalanan dan semua orang bergerak dalam waktu yang berbeda, ya.
2. Fokus pada proses, bukan hasil akhir orang lain

Faktanya, media sosial memamerkan hasil, tapi jarang menunjukkan proses. Kamu tidak tahu berapa banyak lembur yang temanmu lalui, berapa kali dia gagal sebelum akhirnya sukses. So, saat kamu hanya melihat hasilnya, kamu bisa tergoda berpikir bahwa kamu tertinggal, kan?
Padahal, kalau kamu kembali fokus ke prosesmu sendiri, apa yang sudah kamu pelajari dan sejauh mana kamu bertumbuh, kamu akan sadar bahwa kamu juga sedang bergerak maju. Perlahan, iya. Tapi tetap maju. Menghargai proses diri sendiri jauh lebih sehat daripada mengidolakan hasil instan orang lain.
3. Kurangi konsumsi media sosial kalau perlu

Medsos itu cuma tools yang tidak bisa disalahkan, kok. Tapi cara kamu menggunakannya bisa menjadi sumber racun yang halus. Kalau kamu merasa lelah setiap kali melihat pencapaian orang lain, mungkin ini saatnya kamu rehat sebentar sih.
Berikan jarak antara dirimu dan notifikasi yang terus menuntut. Hidupmu tidak akan rusak hanya karena tidak update story selama seminggu. Kadang, yang kamu butuhkan bukan validasi dari luar, tapi ruang hening untuk bisa mendengar suara hati sendiri, nih.
4. Ubah rasa iri menjadi rasa ingin belajar

Iri hati memang sering datang tanpa diundang. Tapi bukan berarti kamu harus langsung mengusirnya juga. Kamu bisa menjadikannya bahan bakar. Alih-alih bertanya, “kenapa dia bisa, dan aku nggak?” coba ubah jadi, “apa yang bisa aku pelajari dari dia?”
Rasa ingin tahu bisa menjadi jalan masuk menuju versi terbaik dari dirimu, nih. Kamu bisa bertanya bagaimana ia memulai kariernya, bagaimana ia mengelola waktu, atau bagaimana ia menghadapi kegagalan. Sukses bisa menular, asal kamu mau belajar.
5. Rawat capaian kecilmu sendiri

Penting nih untukmu agar tidak lagi menunggu sukses besar baru merasa bahagia. Capaian kecil juga layak dirayakan, kok. Kamu bangun pagi dan tidak menunda alarm? Itu kemajuan, lho. Kamu menyelesaikan satu tugas walau lelah? Itu juga sebuah pencapaian.
Saat kamu mulai menghargai setiap langkah kecil, kamu tidak akan mudah merasa rendah diri. Kamu tahu bahwa setiap hari kamu sedang membangun sesuatu, meski pelan. Intinya, hidup tak harus spektakuler untuk disebut berarti.
6. Bicarakan perasaanmu, jangan dipendam sendiri

Last but not least, kamu tidak perlu pura-pura baik-baik saja. Kalau kamu merasa rendah diri atau kecewa karena belum sampai di titik yang kamu harapkan, bicarakan saja. Ceritakan pada teman dekat atau tulis dalam jurnal.
Hal ini penting karena mengungkapkan perasaan bisa membebaskanmu dari tekanan. Kamu akan sadar bahwa kamu tidak sendirian. Banyak orang yang merasa hal serupa, hanya saja mereka memilih diam. Maka dengan bercerita, kamu membuka ruang untuk sembuh dan bertumbuh, nih.
Pada akhirnya, merasa kalah saat teman lebih sukses duluan adalah hal yang wajar, tapi bukan alasan untuk terdiam di lingkaran itu dan berhenti berusaha. Dunia ini cukup luas untuk semua orang sukses dengan caranya masing-masing. Kamu tak perlu menyesuaikan langkahmu agar sesuai dengan kecepatan orang lain, ya. Kamu cukup fokus membangun hidupmu sendiri, setapak demi setapak, dengan tenang. Jadi, tak perlu merasa kala sebab kamu masih dalam perjalanan. Dan ingat, perjalananmu patut dihargai.