TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tim Pakar: Gelombang Kedua COVID-19 Muncul Jika Kita Tidak Disiplin

Kuncinya disiplin terapkan protokol kesehatan

Ilustrasi. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Jakarta, IDN Times - Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Profesor Wiku Adisasmito mengatakan tidak menutup kemungkinan Indonesia akan muncul gelombang kedua virus corona atau COVID-19, jika masyarakat tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Wiku ingin membangun optimisme di tengah pandemik COVID-19, sebab pada prinsipnya Indonesia sudah melawan sesuatu yang besar sehingga harus optimis, dan memerlukan ketahanan kesehatan yang panjang. Prinsip utamanya adalah perubahan perilaku.

"Jadi apakah akan ada second wave? Pasti, jika kita tidak dispilin. Jadi akan ada ada apa tidak ya terserah kita," ujar dia dalam webinar Ngobrol Seru Gugus Tugas COVID-19 by IDN Times, Rabu (24/6).

Baca Juga: Jokowi: Kasus di Daerah Naik Turun, Jangan Sampai Ada Gelombang Kedua

1. Virus corona sangat berbahaya tapi simpel menanganinya

Profesor Wiku Adisasmito (Tangkapan layar YouTube IDN Times)

Wiku bahkan mengungkapkan, hampir seluruh dunia juga berpotensi timbul hotspot baru virus corona, jika masyarakat tidak disiplin.

"Virus ini sangat berbahaya, tapi simpel menanganinya, yakni jika protokol kesehatan dijalankan, maka tidak ada tempat bagi virus ini menginfeksi manusia," kata dia.

2. Gelombang kedua pandemik COVID-19 bisa muncul sewaktu-waktu

Dok. Lurah Erlinawati

Wiku mengingatkan bila masyarakat lengah atau tidak mengindahkan protokol kesehatan, gelombang kedua bisa saja muncul sewaktu-waktu, bahkan besok juga bisa.

"Jika kita gak kendalikan, kita lengah, luar biasa, langsung kena," ucap dia.

3. Klaster pengantin karena tidak disiplin

Ilustrasi. Santri Ponpes Temboro jalani isolasi program Wisata COVID-19 di Hotel, Makassar. (IDN Times/Pemkot Makassar)

Wiku mencontohkan munculnya klaster pengantin di Semarang, Jawa Tengah, karena para tamu undangan dan pengantin memaksakan diri bersalaman. Akibatnya, keluarganya satu per satu meninggal dunia akibat terpapar virus corona.

"Semarang kota besar, informasi juga kemana-mana, tapi kalau masyarakatnya tidak disiplin memilih itu ya langsung (terjangkit). Coba lihat daerah lainnya kan terkendali," kata dia.

Wiku pun mengingatkan masyarakat agar jangan selalu menyamakan dengan wilayah lain, karena setiap wilayah berbeda atau beragam.

Baca Juga: Bukan Gelombang Kedua, WHO Peringatkan Ancaman Lonjakan Kedua COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya