TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

LBH Jakarta: Kematian Brigadir J Jadi Persekongkolan Jahat Polisi

Dugaan kuat obstruction of justice, pertontonkan kejahatan

Kadiv Propam nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo menjalani pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (4/8/2022). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, IDN Times - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menilai, apabila dalam kasus pembunuhan Brigadir J terjadi obstruction of justice atau menghalang-halangi proses hukum, maka saat ini masyarakat Indonesia tengah dipertontonkan oleh persekongkolan jahat polisi.

“Jika memang benar terjadi (obstruction of justice), maka publik saat ini sedang dipertontonkan persekongkolan jahat yang melibatkan anggota polisi dari berbagai level kepangkatan dan satuan kerja atau fungsi,” kata Direktur LBH Jakarta, Arif Maulana dalam keterangannya, Selasa (16/8/2022).

Dalam penanganan kasus pembunuhan yang terjadi di rumah dinas mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo itu, Inspektorat Khusus (Itsus) Polri telah memeriksa 63 anggota Polri. Jumlah tersebut bertambah dari sebelumnya 56 orang polisi.

Baca Juga: Komnas HAM Jelaskan soal Obstruction of Justice dalam Kasus Brigadir J

Baca Juga: Benny Mamoto: Saya Juga Korban Skenario Kebohongan Ferdy Sambo

1. Dugaan obstruction of justice coreng jargon PRESISI

Kadiv Propam nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo menjalani pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (4/8/2022). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Menurut Arif, hal tersebut merupakan tamparan keras yang mencoreng marwah institusi Polri. Apalagi, Polri memiliki jargon transformasi bertajuk 'Polri PRESISI' (prediktif, responsibilitas, dan transparansi ) yang apabila dikaitkan dalam kasus tersebut menjadi tidak berarti.

Kondisi tersebut juga dianggap semakin parah dengan serangkaian pernyataan Ketua Harian Kompolnas, Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto yang dinilainya menelan mentah-mentah hingga menyebarkan skenario tembak-menembak antara Brigadir J dan Bharada E di ruang publik.

“Yang kemudian hari terbukti merupakan rekayasa untuk menutupi kejadian yang sebenarnya,” ujar dia.

Baca Juga: Istri Ferdy Sambo Sempat Kirim Foto Kondisi Brigadir J di Magelang 

2. Dugaan perjudian dan narkotika jadi momen bersih-bersih Polri

Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam), Irjen Ferdy Sambo (ANTARA/HO-Polri)

LBH Jakarta juga merespons adanya narasi tentang dugaan 'klik' atau 'geng' dalam tubuh Polri yang erat kaitannya dengan bisnis kotor peredaran gelap narkotika hingga judi. Hal tersebut juga kerap dikaitkan dengan kasus pembunuhan Brigadir J. 

“Kami menilai, dugaan tersebut tidak boleh menguap begitu saja. Saat ini justru momentum yang tepat untuk melakukan bersih-bersih dalam tubuh kepolisian, paralel dengan penuntasan kasus kematian Brigadir J," kata dia.

Menurutnya, hal itu harus dilakukan dengan melibatkan lembaga negara independen dan partisipasi masyarakat sipil secara luas.

Apalagi, atas kasus pembunuhan Brigadir J itu, lembaga pengawas baik internal maupun eksternal Polri sedang dalam sorotan publik.

3. Rekayasa penanganan kasus bukan hal yang baru terjadi

Mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam), Irjen Ferdy Sambo. (ANTARA/HO-Polri)

Arif mengatakan, kasus pembunuhan Brigadir J yang melibatkan perwira tinggi Polri hanya salah satu dari sekian banyak rekayasa yang dilakukan oleh anggota kepolisian.

Berdasarkan penanganan kasus yang dilakukan LBH Jakarta di wilayah Jabodetabek, sejak 2013-2022 terdapat 14 rekayasa kasus yang dilakukan anggota kepolisian. Temuan LBH, biasanya hal tersebut juga diikuti dengan penyiksaan (torture), baik melalui kekerasan fisik maupun psikis untuk mendapatkan pengakuan dari korban.

“Selain itu, umumnya, saat pemeriksaan para korban tidak mendapatkan pendampingan hukum dari penasehat hukum," kata dia.

Untuk menyiasati pemenuhan hak tersangka tersebut, ujar Arif, biasanya polisi menyiasati dengan cara penunjukan pengacara untuk mendapatkan legitimasi. Hal tersebut supaya seolah-olah tersangka sudah didampingi oleh pengacara saat pemeriksaan.

"Adapula serangkaian upaya paksa yang dilakukan secara sewenang-wenang,” ujar dia.

Baca Juga: Pembunuhan Brigadir J: 63 Polisi Diperiksa, 35 Langgar Etik 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya