Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dokter spesialis jantung di Klinik Kesehatan Haji Indonesia, dr. Putri Kusuma Dewi, Sp.JP

Makkah, IDN Times - Serangan jantung menjadi penyebab terbanyak kematian jemaah haji di Tanah Suci. Jemaah dan petugas pun diminta memahami beberapa gejala kasat mata untuk meminimalisir kematian.

Dokter spesialis jantung di Klinik Kesehatan Haji Indonesia, Putri Kusuma Dewi, mengatakan ada beberapa pertanda yang harus diwaspadai oleh jemaah jika timbul gejala atau melihat jemaah lain merasakannya. 

Dokter spesialis jantung di Klinik Kesehatan Haji Indonesia, dr. Putri Kusuma Dewi, Sp.JP

Putri, gejala pertama adalah nyeri dada khas di dada sebelah kiri. Nyeri ini biasanya tidak bisa ditunjuk dengan satu jari dengan durasi lebih dari 20 menit.

''Kadang, nyerinya bisa sampai ke punggung bahkan sampai ke leher. Apabila serangannya cukup hebat biasanya diikuti keringat dingin, sampai baju basah,'' kata Putri saat ditemui di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Minggu (10/6/2024). 

Jika menemukan kondisi tersebut, jemaah harus segera menghentikan aktivitasnya. Jika kondisi masih sadar, bisa ditanya sakitnya di sebelah mana. Jika hasil eveluasi menunjukkan kondisi yang tak terlalu buruk, jemaah akan dibawa ke KKHI. Di sana, dokter akan melakukan scoring untuk menentukan apakah ada indikator pasien ke arah pemburukan jantung.

Jika hasilnya di bawah 15 persen, mereka akan diwanti-wanti agar tidak melakukan aktivitas berat. Namun, jika skor di atas 15 persen, jemaah wajib melakukan rekam jantung atau EKG. Jemaah juga wajib menggunakan alat bantu saat ibadah. 

Dokter spesialis jantung di Klinik Kesehatan Haji Indonesia, dr. Putri Kusuma Dewi, Sp.JP

Sebaliknya, jika tak sadar dan sudah tidak ditemukan napas dan nadi, maka harus segera mendapat tindakan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau pertolongan medis untuk mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah. Langkah selanjutnya adalah merujuknya ke rumah sakit Arab Saudi terdekat.

Mirisnya, lanjut Putri, kematian jemaah haji akibat serangan jantung mayoritas terjadi di tempat ibadah.

''Karena kelelahan, terus kedua jarak antara datang dengan waktu umrah wajib itu jarak istirahatnya tidak terlalu panjang. Idealnya enam jam,'' kata Putri.

Aktivitas rekam jantung di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). IDN Times/Faiz Nashrillah

Soal istirahat enam jam sebelum umrah ini menurut Putri sudah beberapa kali disampaikan kepada pihak jemaah. Imbauan ini dibuat karena kebanyakan jemaah haji yang sampai di Tanah Suci langsung menunaikan umrah wajib.

Mereka khawatir melanggar beberapa larangan ihram karena sudah terlanjur mengambil miqat atau niat ihram beberapa jam sebelumnya. Putri menyebut, setelah imbauan itu disampaikan, kasus kematian maupun serangan jantung menurun. 

Editorial Team