Saya tidak percaya kalau Ramadan serta merta membuat kita, sebagai individu apalagi masyarakat, berubah ke arah yang lebih baik. Namun, saya percaya kalau Ramadan bisa jadi awal mula sebuah perubahan.
Toh, bagi kebanyakan dari kita, hidup tidak seperti sinetron yang dalam hitungan 30 episode kejar tayang, semua dendam bisa hilang dan semua penjahat mendadak bertobat dan berhijab.
Begitu juga untuk urusan maaf-maafan. Kita terbiasa mengucapkan "Maaf lahir batin" secara otomatis tanpa memberikan makna apapun pada ucapan tersebut. Enggak percaya? Kalau begitu, kenapa kamu hanya co-pas ucapan dari satu grup ke grup lain? Kenapa brand-brand elektronik bisa ikut-ikutan minta maaf lahir batin, padahal punya salah apa juga kita tidak paham? Minta maaf dari siapa dan untuk masalah apa spesifiknya?
Daripada kamu sibuk mengarang ucapan Lebaran yang paling menarik untuk di copy-paste pada teman-temanmu, saya lebih ingin mengajak kamu untuk betul-betul minta maaf pada yang dekat dan pada yang pernah kamu sakiti. Minta maaflah dengan hati, bukan dengan formalitas.
Tapi, ada yang sama pentingnya dibandingkan meminta maaf, yaitu memaafkan. Memaafkan, tentu saja, enggak otomatis terjadi ketika pihak sebelah mengirim chat Lebaran atau menjulurkan tangannya. Memaafkan juga tidak sepenuhnya ada di bawah kontrol sadar kita.
Menurut saya, enggak ada salahnya kalau kamu belum bisa memaafkan seseorang atau sesuatu. Manusiawi, kok. But you can try to take the first step to peace, karena punya dendam itu capek banget, lho. Kalau kamu belum bisa memaafkan, mungkin kamu bisa mulai mencoba menerima kalau ‘it is what it is’ alias yang sudah terjadi ya memang sudah terjadi, atau mencoba mamahami kalau apapun yang terjadi, mungkin ada alasan kompleks di balik itu semua.
Semua butuh waktu, makanya, seperti kata KOTAK, "Pelan-pelan saja." Mungkin di Ramadan depan kamu bisa lebih mengikhlaskan. Mungkin, setelah Ramadan ini, kamu bisa mulai mengajak diskusi atau mencari cara mengeluarkan unek-unek di hati.
Mungkin, lama-lama, kamu bisa membuka pintu maaf satu sama lain tanpa kamu sadari. Mungkin, tanpa kamu sadari, kamu akhirnya bisa berdamai dengan mantan, sahabat kecil, atau saudara, lagi.
Pelan-pelan saja, jangan paksakan maafmu, yang ada malah makin dendam.
Iya, saya tahu ada beberapa orang yang ‘kejahatannya’ mungkin tidak akan pernah bisa kamu maafkan apalagi maklumi. Kalau sudah begini, yang bisa kamu lakukan adalah berdamai dengan dirimu sendiri dan berhenti menyalahkan diri sendiri (iya, termasuk bertanya-tanya: what if?).
Percayalah, memaafkan diri sendiri itu lebih sulit, namun lebih dibutuhkan dibandingkan memaafkan orang lain. But, please try to do so.
Mungkin, kuncinya ada di belajar ikhlas untuk apa yang telah terjadi. Mungkin, kita semua bisa belajar atau mencoba belajar satu hal dari Ramadan kali ini: ikhlas, untuk pelan-pelan memaafkan orang lain dan diri sendiri.
Selamat Lebaran! And from the bottom of my heart, maaf kalau tulisan kami selama ini suka bikin kesal! Selamat Lebaran, selamat makan santan, dan (mungkin) selamat berbaikan dengan mantan! :)
—Rappler.com
Adelia adalah mantan reporter Rappler yang kini berprofesi sebagai konsultan public relations, sementara Bisma adalah seorang konsultan hukum di Jakarta. Keduanya bisa ditemukan dan diajak bicara di @adeliaputri dan @bismaaditya