Deretan Kontroversi Pramono Anung yang Unggul di Pilkada Jakarta 2024

Jakarta, IDN Times - Calon gubernur nomor urut 03 Pilkada Jakarta 2024, Pramono Anung, kembali menjadi sorotan setelah unggul dalam hasil rekapitulasi suara Pilkada.
Pasangan Pramono Anung-Rano Karno berhasil meraih 2.183.239 suara (50,07 persen),
Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) 1.718.160 suara (39,40 persen), dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana 459.230 suara (10,53 persen).
Namun, Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta baru resmi mengumumkan dan menetapkan pemenang Pilkada Jakarta 2024, setelah putusan sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK). Tim RIDO mengajukan gugatan ke MK terkait hasil Pilgub Jakarta 2024.
Berikut deretan kontroversi Pramono Anung, mulai dari dugaan keterlibatan dalam kasus korupsi e-KTP hingga jejak digital berupa cuitan lama di Twitter (X) yang menuai kritik.
1. Kasus korupsi e-KTP
Pramono Anung sempat disebut-sebut dalam kasus korupsi Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) saat ia masih duduk di kursi DPR RI, namun dia membantahnya.
Dia mengatakan jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR pada 2009-2014 tidak terkait dengan komisi yang memeriksa kasus e-KTP. Dia juga mengaku tidak pernah berbicara tentang e-KTP dengan pejabat-pejabat yang diperiksa dalam kasus tersebut.
“Kalau ada orang yang memberi, itu logikanya itu kan berkaitan dengan kewenangan, jabatan, kedudukan. Dalam hal ini saya tidak pernah ngomong satu kata pun yang berkaitan/berurusan dengan e-KTP, termasuk semua pejabat yang diperiksa dan ada di persidangan, tidak ada satu pun yang pernah berbicara e-KTP dengan saya. Sama sekali tidak ada,” kata Pramono, dikutip dari laman resmi Sekretaris Kabinet Republik Indonesia, Selasa (10/12/2024).
Pramono siap dikonfrontasi terkait penyebutan namanya dalam kasus korupsi e-KTP, meskipun ia belum melapor balik mantan Ketua DPR RI Setya Novanto yang menyebut namanya dalam kasus tersebut.
“Jadi kalau mengenai orang lain yang katanya, maka dengan demikian karena ini menyangkut integritas, saya sebagai orang yang panjang dalam karier di politik, sebagai pribadi tentunya saya siap dikonfrontasi dengan siapa saja, di mana saja, kapan saja, monggo-monggo saja,” tutur Pramono, dikutip dari laman yang sama.