WVI: Siswa dan Orang Tua Tertekan Belajar Online saat Pandemik Corona
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Wahana Visi Indonesia (WVI) mengungkapkan, Pembelajaran Jarak Jauh yang diterapkan selama masa pandemik membuat siswa, orang tua, dan guru tertekan.
Ketua Tim Pendidikan WVI Mega Indrawati mengatakan, berdasarkan rapid needs assessment pada Mei 2020 di 9 provinsi, 35 kabupaten/kota, 251 desa/kelurahan
ditemukan siswa mengalami tekanan karena berbagai kesulitan melakukan
pembelajaran jarak jauh dan penurunan performa akademik.
"Siswa juga mengalami tekanan sosial emosional dan kekerasan verbal dan fisik," ungkapnya dalam siaran tertulis yang diterima IDN Times, Jumat (21/8/2020).
Baca Juga: Kemendikbud Akui PJJ di 79 Daerah Belum Sesuai SKB Empat Menteri
1. Anak tidak bisa mengelola waktu dan memahami pelajaran
Mega mengungkapkan, sebanyak 37 persen anak mengaku tidak bisa mengelola waktu belajar, 30 persen sulit memahami mata pelajaran, 24 persen anak tidak memiliki koneksi internet.
"Selain itu, 21 persen anak sulit memahami instruksi guru di program pembelajaran jarak jauh, 11persen mengeluhkan tugas sekolah yang terlalu banyak, dan 7 persen tidak punya telepon," ungkapnya.
2. Guru alami tekanan dalam pembelajaran jarak jauh
Tidak hanya siswa, menurut Mega, guru juga mengalami tekanan, mulai dari kebingungan menjalankan perannya dalam melakukan pembelajaran jarak jauh, mengalami kesulitan ekonomi, dan harus beradaptasi dengan cepat untuk dapat menyelesaikan berbagai tugas.
Editor’s picks
Menurutnya, orang tua dan guru yang mengalami tekanan turut mempengaruhi kondisi anak, yang membutuhkan banyak perhatian dalam proses belajar. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk terlebih dulu menjaga kesehatan mentalnya agar anak-anak tetap berbahagia.
"Untuk itu, WVI bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan, dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, meluncurkan buku dan modul panduan psikososial yang dapat digunakan guru dan orang tua untuk mendukung kesehatan mental," imbuhnya.
3. Buku saku untuk kesehatan mental siswa, guru, dan orang tua
Mega menerangkan, buku saku tersebut berisi panduan bagaimana memberikan dukungan psikologis awal (DPA) untuk guru dan siswa.
Selain itu, juga panduan bagaimana orang tua dapat mendukung anak-anak belajar dari rumah, tips mengenali gaya belajar anak, dan mendampingi anak belajar dari berbagai tingkatan.
"Kedua buku tersebut dapat diunduh di https://wahanavisi.org/id/media-materi/publikasi.html," ujarnya.
4. Kemdikbud apresiasi kemunculan buku panduan tersebut
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kemdikbud, Praptono, mengapresiasi peluncuran buku panduan tersebut. Menurutnya, buku itu melengkapi modul yang telah disiapkan oleh Kemdikbud untuk para guru.
“Ini sangat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh para guru dan orang tua pada saat ini,” ujarnya.
Baca Juga: Duh, Menag Pun Akui PJJ Tak Optimal Selama Pandemik