Jakarta, IDN Times - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo buka-bukaan soal pengalamannya menghadapi COVID-19 di wilayah Jawa Tengah. Ia mengaku sempat kebingungan untuk menghadapi masalah ini.
“Saya ikuti petunjuk dari pusat, saya cari literatur, kita undang pakar-pakar. Termasuk seluruh pakar yang kita undang modalnya juga banyak,” kata Ganjar dalam sesi Ngobrol Seru Edisi Spesial HUT ke-6 IDN Times bertajuk New Normal or The Great Reset: Life After Pandemic COVID-19, Selasa (9/5).
Dengan masukan dari seorang pakar statistik, Ganjar bisa sedikit memprediksi apa yang harus dilakukan dan efek kedepannya atas kebijakan yang diambil.
“Kami diramal waktu itu kalau gubernur tidak melakukan tindakan apa pun, COVID ini akan mulai turun melandai bulan September. Tapi kalau bapak ambil tindakan yang keras sekali, mengunci segera segala lini agar perjumpaan-perjumpaan warga tidak terjadi itu di bulan Juli,” ujarnya.
Namun, kebijakan yang dibuat Ganjar tidak begitu saja direspons baik. Banyak pihak yang mengkritik arahan tersebut. Bahkan, mereka lebih mengikuti arahan dari pusat yaitu Presiden Joko “Jokowi” Widodo sebagai pemegang tertinggi kekuasaan. Padahal, gubernur merupakan ketua gugus tugas yang ditunjuk langsung oleh presiden untuk penanganan di daerah.
“Nah saya sampaikan juga pak kades marah-marah, ada bupati marah-marah. Dia minta review ini itu agar semua bisa fit. Saya bilang, ‘eh itu tidak mungkin, maka tugas kamu, kami, dan kita itu adalah menyelesaikan persoalan dalam ruang-ruang kosong," ujarnya.
Ganjar menjelaskan, ruang kosong yang dimaksud adalah melengkapi kekurangan yang diberikan oleh pemerintah pusat, misalnya membentuk jaring pengaman sosial bagi masyarakat.
“Jaring pengaman sosial ada, masalah datanya kurang, kok susah banget ya kita genapi saja. Jadi semua yang masuk data itu kita kunci, selebihnya komunikasi. Tidak akan sempurna, maka kita sudah bisa memitigasi risiko. Paling apa sih kita dimaki-maki, yang paling konyol adalah dimarahi,” tutur Ganjar.