Komnas Perempuan Dukung Korban Pelecehan Seksual Gofar Hilman

Dalam penggambaran kasus yang diungkap dengan pelaku seorang tokoh publik menurut Bahrul merupakan hal yang sangat berani. Sebab, dalam waktu yang sama, hal memprihatinkan juga menyertai korban.

Misalnya, sikap sejumlah pihak yang menyetujui dan menyemangati Gofar Hilman dengan pernyataan-pernyataan yang semakin melecehkan korban.

“Kondisi serupa ini sebetulnya kerap ditemukan dalam banyak kasus pelecehan seksual di ruang publik dan menjadi penghambat bagi korban untuk dapat melaporkan kasusnya sedari awal,” ujar Bahrul.

Bahrul menjelaskan, pada perempuan, kerentanan pelecehan seksual dan untuk disalahkan atas tindak tersebut berakar pada diskriminasi berbasis gender yang menyebabkan perempuan dalam posisi subordinat dan obyek seksual.

Posisi perempuan sebagai simbol moralitas di dalam masyarakat patriarkis juga digunakan untuk melemahkan korban.

“Dengan posisi tersebut, perempuan gampang disalahkan dengan menggunakan latar belakang, gerak gerik, dandanan, cara busana dan lingkungan pergaulannya sebagai alasan pembenar tindak pelecehan seksual,” ujar Bahrul.

Kesulitan bertambah ketika korban pelecehan seksual adalah perempuan dengan disabilitas intelektual dan perempuan dengan disabilitas psikososial. Mereka jarang melaporkan kasus pelecehan yang dialaminya karena rendahnya pengetahuan tentang perilaku yang dikategorikan sebagai pelecehan seksual.

“Di samping itu, faktor ketergantungan psikis, finansial dan sosial korban terhadap pelaku menyebabkan korban mengalami dilema untuk mengungkap kasus pelecehan seksual dan kekerasan seksual lainnya yang dialaminya,” kata Bahrul.
 
Sementara itu, menurut Bahrul, korban pelecehan seksual saat ini sangat sulit untuk mendapatkan perlindungan. Payung hukum yang mumpuni belum ada, termasuk untuk mendukung pemulihan korban. Karenanya, kasus yang diungkap ini semakin menunjukkan urgensi pengesahan segera RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.

Dari peristiwa pelecehan seksual oleh Gofar Hilman, Komnas Perempuan mendorong aparat penegak hukum untuk menyikapi dengan sungguh-sungguh dan dengan empati kepada perempuan korban, dan mencegah kriminalisasi korban.

Hal ini menurut Bahrul, sangat penting dalam memastikan pelaksanaan tanggung jawab negara untuk pemenuhan hak konstitusional warga, khususnya perempuan, pada perlindungan diri dan rasa aman, serta untuk bebas dari diskriminasi atas dasar apa pun.
  
Mengenali kesulitan yang harus dihadapi oleh perempuan korban pelecehan seksual, Komnas Perempuan berharap pengungkapan kasus pelecehan seksual dapat menyemangati perempuan korban yang lain untuk juga maju melaporkan kasusnya.

“Komnas Perempuan mengajak semua pihak untuk mendukung upaya korban, dengan mendengarkan pengalaman mereka, jangan disudutkan dan distigma. Hal ini terutama karena pengungkapan kasus merupakan langkah awal mendukung upaya pemulihan korban, memutus impunitas, dan mencegah kejadian berulang,” kata Bahrul.

Diberitakan sebelumnya, seorang wanita dengan nama akun @quweenjojo di Twitter speak up perihal pengalaman tidak menyenangkan yang dialaminya pada Agustus 2018 lalu.

Dalam postingan panjang yang diunggah pada 8 Juni 2021 pukul 10.03 malam tersebut,  wanita berinisial S ini menceritakan awalnya datang ke sebuah acara yang bintang tamunya adalah Gofar. Kala itu, pemilik akun ini maju ke depan dengan niat keperluan Insta Story mendapat pelukan dari Gofar.

Yang awalnya dikira hanya pelukan ramah, tangan Gofar tiba-tiba masuk ke dalam baju wanita tersebut dan memegang bagian tubuh sensitifnya.

Ketika S masih kaget dengan kejadian tersebut dan langsung meminta lepas, Gofar tidak mengindahkan permintaan tersebut dan diklaim sama sekali tidak merasa bersalah dengan apa yang sudah dilakukannya. Terkait hal ini, S akhirnya berani untuk speak up agar hal seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Ketika kejadian itu berlangsung, S menceritakan bahwa dia mendengar banyak pria yang menyaksikan dan malah meneriakkan, “Dienakin kok gak mau?” bukannya menghentikan tindakan tersebut. Beruntungnya, ada satu pria yang akhirnya menarik dan menyelamatkannya dari Gofar dan keramaian itu.

Meski sempat merasa takut untuk berbicara di media sosial, S berharap Gofar bisa sadar dengan tindakan tercelanya tiga tahun lalu dan tidak melakukannya lagi pada siapa pun. Dalam unggahannya, ia juga mengingatkan pada semua orang untuk berhati-hati dalam mengambil tindakan, walau itu di ruang publik.