Mengulik Hubungan Hercules dan Prabowo, Berawal dari Timor Timur

Intinya sih...
- Hercules dan ormas Grib Jaya menjadi sorotan karena tindakan kriminal yang meresahkan publik.
- Hubungan dekat Hercules dengan Presiden Prabowo Subianto bermula dari peristiwa Timor Timur sekitar tahun 1980-an.
- Grib Jaya mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran serta dianggap ingin membangun jaringan nasional, tetapi ditolak di beberapa daerah.
Jakarta, IDN Times - Rosario de Marshal atau Hercules bersama ormas yang dipimpinnya, Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (Grib) Jaya kini menjadi sorotan publik. Ormas tersebut dinilai meresahkan, karena dianggap melakukan tindakan kriminal.
Publik merasa geram kenapa Grib Jaya dan Hercules tidak ditindak tegas oleh aparat. Banyak yang menghubungkan lemahnya hukum tersebut, karena Hercules dianggap dekat dengan Presiden Prabowo Subianto.
Kabid Media dan Publikasi DPP Grib Jaya, Marcel Gual, membenarkan Hercules dan Prabowo memiliki hubungan dekat. Hubungan kedekatan Hercules dan Prabowo bermula dalam peristiwa Timor Timur (Timtim) sekitar tahun 1980-an.
"Cerita Pak Hercules dan Pak Prabowo kan bukan sebuah fakta baru, jadi itu fakta lama, fakta sejarah punya hubungan personal dan memang bermula dari Timor Leste (Timor Timur) itu kan," ujar Marcel saat dihubung IDN Times, Selasa (13/5/2025).
Dalam peristiwa Timor Timur, Prabowo yang kala itu prajurit Kopassus TNI AD pernah tergabung dalam Operasi Seroja. Herculas, ikut sebagai tenaga bantuan Operasi Seroja.
1. Grib Jaya sebut Hercules tak ambil kesempatan saat Prabowo menjadi presiden
Dengan kedekatan yang terjalin itu, Hercules kemudian setia mendukung Prabowo pada empat kali pemilu yakni 2009, 2014, 2019 dan 2024. Namun Marcel menegaskan, Hercules tidak mengambil kesempatan saat Prabowo terpilih menjadi presiden.
"Jadi, ya kalau memang sekarang Grib posisinya hari ini, memang dia bukan mengambil kesempatan karena Pak Prabowo kebetulan sudah ada di pemerintahan, tapi kita ikut dalam perjuangan itu, jadi Pak Hercules selama 4 kali pemilu," kata dia.
"Itu kan berjuang bersama dengan partai pendukung, partai pengusung, seperti partai miliknya Pak Prabowo, Partai Gerindra dan partai koalisi lainnya, jadi ya kami merasa bahwa itu bukan hal yang perlu diributkan lagi, karena itu sebuah fakta," sambungnya.
Dalam kesempatan itu, Marcel menegaskan, Hercules dan Grib Jaya akan terus mendukung semua program pemerintahan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
"Sikap politik kita saat ini mendukung kebijakan dan segala pemerintahan Pak Prabowo dan Gibran," kata dia.
2. Hercules disebut merasa punya angin segar saat Prabowo jadi Presiden
Selain aksi kriminal Grib Jaya, sorotan publik juga ditujukan kepada Hercules yang dianggap berani mengancam tokoh nasional seperti mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Namun belakangan, Hercules sudah menyatakan permintaan maaf kepada Sutiyoso. Kini, Hercules dan Grib Jaya mencoba menjadi ormas "penguasa" di sejumlah daerah. Ini terlihat dari bentrokan dengan ormas lainnya, seperti Pemuda Pancasila yang kerap terjadi di sejumlah daerah.
Munculnya Hercules disebut karena merasa memiliki dukungan atau backing dari Presiden Prabowo Subianto.
"Orang yang paling dekat dengan Pak Prabowo di dunia underground, di dunia ekonomi bawah tanah adalah Hercules. Hercules itu sudah sejak tahun 1980-an dekat dengan Pak Prabowo, orang dari Timor Timur, berteman dekat dengan Pak Prabowo di Timor Timur," ujar Sosiolog Universitas Nasional (Unas), Prof. Sigit Rochadi saat dihubungi IDN Times, Senin (12/5/2025).
Sigit mengatakan, ketika Presiden Prabowo berkuasa, banyak orang dekatnya yang ingin mendapat bagian dari kekuasaan, termasuk Hercules.
"Hercules ini juga ingin mendapatkan bagian dari kekuasaan Pak Prabowo. Jadi, di satu sisi ada angin segar yang diberikan oleh Pak Prabowo. Di sisi lain, ada keinginan dari Hercules dan teman-teman untuk membangun jaringan secara nasional," ucap dia.
3. Prabowo ingin tiru Jokowi soal relawan
Sigit menyebut, Presiden Prabowo juga ingin meniru gaya Presiden ke-7 RI Joko "Jokowi" Widodo yang merawat relawannya dengan baik.
"Jadi, Pak Prabowo ini meniru Pak Jokowi, meniru banyak Pak Jokowi. Salah satunya, kalau Pak Prabowo ini, Pak Jokowi itu di-backup oleh para relawan yang kemudian diformalkan menjadi Projo atau Seknas Jokowi atau apa itu. Nah, ini Pak Prabowo juga ingin membangkitkan kelompok-kelompok informal di luar partai untuk mem-backup Pak Prabowo," kata dia.
Menurutnya, Presiden Prabowo juga ingin memiliki kekuatan lain selain Partai Gerindra untuk membantunya menghadapi kritik dari masyarakat.
"Kalau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat dihadapi oleh partai, itu kan gak apple to apple, kan gak setara dan sulit memobilisasi partai untuk menghadapi kelompok. Kelompok-kelompok yang nantinya ditakutkan kritis terhadap Pak Prabowo, karena masa lalu Pak Prabowo, karena kebijakan-kebijakannya, ini harus dihadapi juga dengan kekuatan massa. Dan kekuatan massa itu kemudian salah satunya adalah Grib ini," ucap dia.
4. Grib Jaya sulit mendapat simpati dari masyarakat
Lebih lanjut, Sigit menyampaikan, Grib Jaya seharusnya terlebih dahulu melakukan konsolidasi internal. Sehingga, mereka bisa menentukan arah organisasi terlebih dahulu.
Sebab, Grib Jaya dianggap memiliki kekuatan massa yang baik. Sigit mengatakan, yang dibutuhkan oleh Grib Jaya saat ini adalah simpati masyarakat. Namun, Sigit menyebut hal itu sulit didapat oleh Grib Jaya dan Hercules.
"Sekarang yang diperlukan oleh Grib sebenarnya adalah dukungan sosial dari masyarakat. Tapi karena Grib itu isinya memang dari dulu adalah para pelaku ekonomi bawah tanah, underground ekonomi itu, yang dulunya bermarkas di Tanah Abang, maka sulit bagi mereka untuk bermetamorfosis menjadi satu gerakan sosial yang pro kepada nilai-nilai dan norma-norma sosial," ujar dia.
"Maka sifat-sifat dan sikap-sikap arogansi, ingin menang menghadapi siapa saja, melawan siapa saja, dia tidak melihat. Jangan kan norma-norma dan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh nasional pun dia hadapi dengan pernyataan-pernyataan yang tidak simpati. Ini strategi grip yang keliru kalau dia ingin memback up Pak Prabowo," sambungnya.
Meski demikian, Sigit menyebut, Hercules dan Grib Jaya tidak mungkin berani mengeluarkan pernyataan menentang sejumlah tokoh nasional apabila tidak ada dukungan dari penguasa.
"Tapi tidak mungkin dia berani muncul ke permukaan kalau tidak karena iklim politik yang diciptakan oleh Pak Prabowo. Selama ini dia berada di bawah tanah dan semua orang tahu. Who is he? Siapa dia semua orang tahu. Apalagi aparat keamanan, tahu betul siapa Hercules itu. Sekarang dia muncul ke permukaan dengan bendera jelas," ujar dia.
Ketidaksukaan masyarakat terbukti dengan ditolaknya Grib Jaya di sejumlah daerah. Mereka dilarang mendirikan organisasi cabang di daerah tersebut.