Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Nadiem Makarim dalam agenda Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024 di Bali (IDN Times/Lia Hutasoit)

Intinya sih...

  • Menteri Nadiem Makarim tekankan kerja sama pemerintah dan tim teknologi untuk majukan sektor pendidikan
  • Benturan budaya antara birokrat senior (boomers) dengan tim teknologi milenial dan Gen Z menjadi tantangan besar
  • Nadiem menegaskan pentingnya memilih orang yang mengerjakan sesuatu dengan hati untuk mencapai kolaborasi yang berhasil

Denpasar, IDN Times - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menekankan perlunya kerja sama antara pemerintah dan tim teknologi untuk memajukan sektor pendidikan. Menurut Nadiem, peran tim teknologi tidak hanya sebagai penyedia layanan (vendor), tetapi harus dipandang sebagai mitra pemikiran yang sejajar dengan pemerintah. Ini menjadi tantangan besar, terutama karena perbedaan generasi antara para birokrat senior dan tim teknologi yang lebih muda.

Nadiem menjelaskan, birokrat yang sebagian besar dari generasi boomers dan tim teknologi yang didominasi generasi Milenial dan Gen Z punya benturan budaya. Hal ini, kata dia, menjadi tantangan yang dihadapinya.

"Sebagian besar direktur jenderal berada dalam kategori generasi boomer, sementara tim teknologi kebanyakan berasal dari generasi Milenial dan Gen Z. Benturan budaya antara kedua kelompok ini, pada awalnya, merupakan salah satu tantangan terbesar yang saya hadapi," kata Nadiem dalam sambutannya pada Gateways Study Visit Indonesia 2024 di Sanur, Bali, Rabu (2/10/2024).

1. Sulit bagi tim teknologi pahami dan bicara dalam bahasa yang sama dengan birokrasi

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Nadiem Makarim dalam agenda Gateaways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024 di Bali (IDN Times/Lia Hutasoit)

Nadiem mengatakan, sangat sulit para birokrat melihat anak muda sebagai mitra yang setara dalam proses pengumpulan ide. Karena para anak muda dianggap tak tahu apa-apa tentang dunia pendidikan, sementara para birokrat memiliki pengetahuan institusional selama puluhan tahun tentang apa yang terjadi dalam pendidikan.

"Dan di sisi lain, sangat sulit bagi tim teknologi untuk memahami dan berbicara dalam bahasa yang sama dengan birokrasi. Bukan hanya karena kesenjangan generasi, tetapi juga karena kebanyakan birokrat tidak memahami bagaimana produk teknologi dibangun," kata dia.

2. Soal memilih orang dengan hati dan tujuan yang benar

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Nadiem Makarim dalam agenda Gateaways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024 di Bali (IDN Times/Lia Hutasoit)

Dia mengaku, keberadaannya sebagai menteri menjadi penegah diskusi dengan argumen yang bahkan hampir mendekati debat. Maka dia mengatakan, penting untuk memilih orang yang mengerjakan sesuatu dengan hati.

"Jika anda memilih orang-orang dengan hati yang tepat dan tujuan yang benar. Tidak masalah, kesenjangan generasi mereka, tidak masalah kesenjangan teknis mereka. Jika mereka semua memiliki misi, mereka akhirnya akan menemukan model kolaboratif yang berhasil dan saya sangat, sangat senang telah melakukannya," katanya.

3. Birokrasi akan lebih terbuka untuk mendukung inovasi teknologi

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Nadiem Makarim dalam agenda Gateaways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024 di Bali (IDN Times/Lia Hutasoit)

Salah satu contohnya adalah pengembangan platform RKAS yang mengotomatisasi pelaporan anggaran sekolah, sehingga kepala sekolah dapat lebih fokus pada pengembangan kurikulum dan pembinaan guru. Menurutnya, jika satu produk berhasil, birokrasi akan lebih terbuka untuk mendukung inovasi teknologi di masa mendatang.

"Ketika kami mengetahui bahwa kepala sekolah menghabiskan banyak waktu untuk membuat laporan keuangan tentang pengeluaran anggaran pemerintah, daripada benar-benar menjadi pemimpin instruksional, kami menyediakan platform bernama RKAS untuk mengotomatiskan sistem tersebut. Sehingga mereka bisa menghabiskan waktu bersama guru-guru mereka, benar-benar mengembangkan kurikulum bersama dan melatih guru-guru untuk menjadi lebih baik dalam apa yang mereka lakukan dan menyelesaikan masalah dalam lingkungan sekolah," kata dia.

Editorial Team