Buku Kota-Kota Indonesia Diluncurkan: Rujukan Karakteristik Perkotaan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Marco Kusumawijaya, seorang penulis buku yang juga arsitek merilis buku terbarunya berjudul 'Kota-Kota Indonesia: Pengantar untuk Orang Banyak.'
Peluncuran buku ini diawali dengan sambutan dari JJ Rizal selaku pendiri penerbitan Buku Komunitas Bambu (Kobam).
Bersama dengan Elisa Sutanudjaja, Marco Kusumawijaya menjelaskan alasan penulisan buku Kota-Kota Indonesia: Pengantar untuk Orang Banyak.
"Buku ini sebenarnya rujukan dan sarana untuk mengetahui karakteristik dan sejarah dari kota-kota yang ada di Indonesia. Buku ini sangat penting karena topik yang diangkat sangat jarang dibahas," ujar Marco di Goethe Institute, Jakarta Pusat, Selasa (15/8/2023).
Baca Juga: Marco Kusumawijaya Soroti IKN, Sebut Pindah Ibu Kota Bukan Keharusan
1. Berisi sejarah dan keunikan 74 kota di Indonesia
Marco menjelaskan, penulisan buku ini berangkat dari hasil perjalanan pengetahuannya selama ini.
Dia merasa, pengetahuan tentang perkotaan tak hanya harus dimiliki oleh arsitek saja, melainkan untuk semua orang.
"Kalau membaca buku ini, kita akan mengetahui kegagalan dan keunikan 74 kota yang ada di Indonesia, seperti Aceh, Makassar, dan Ternate," kata Marco.
Editor’s picks
Baca Juga: Polusi Udara Buruk, Heru Budi Terapkan WFH bagi PNS Pemprov DKI
2. Dilandasi banyaknya perencanaan kota tetapi sedikit yang memiliki pengetahuan
Buku setebal 1719 lembar itu ditulis Marco dalam kurun waktu bertahun-tahun sehingga dia berharap banyak orang yang dapat membaca dan memahami apa yang dia tulis.
"Motivasi saya dalam menulis buku ini, karena kita tidak mau disebut sebagai perencana kota. Kita merasa banyak perencanaan kota tetapi sedikit yang memiliki pengetahuan," ujar Marco.
Baca Juga: Polusi Udara, Ketua DPRD DKI Usul Anggaran Vitamin untuk Petugas
3. Dua kesalahan dalam membangun perkotaan di Indonesia
Marco melanjutkan, terdapat dua kesalahan dalam membangun perkotaan di negara Indonesia yakni secara ontologis dan estimologis.
"Pengetahuan yang sedikit, terlalu banyak perencanaan kota. Pertama, kesalahan ontologis yaitu kesalahan dalam memandang sesuatu. Kedua, kesalahan estimologis yakni kesalahan pengetahuan dan tidak mempunyai wacana tentang perkotaan," ucapnya.
Baca Juga: Tekan Polusi Jakarta, ASN DKI Bakal Kerja Hybrid Mulai September