Budiman Berharap Prabowo Mau Temui Korban Penculikan 1998 Lainnya

Eks Sekjen PRD menuntut Prabowo diproses hukum

Jakarta, IDN Times - Politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko mengklaim korban tragedi 1998 berharap ditemui oleh Prabowo Subianto. Bahkan, menurut Budiman, pertemuan itu ingin dijadikan momen yang personal sehingga sebaiknya tidak ikut diabadikan oleh para jurnalis. Pernyataan ini disampaikan usai Budiman menyampaikan deklarasi pembentukan relawan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) di Semarang pada Jumat (18/8/2023). 

"Terus terang, terus terang saya mendapatkan usulan dari teman-teman yang menjadi korban penculikan, mereka ingin agar bisa bertemu Pak Prabowo. Kalau perlu gak usah pakai media. Biarkan itu menjadi peristiwa personal yang tulus tanpa media," ungkap Budiman di Jakarta Pusat pada Minggu (20/8/2023). 

Namun, seandainya dibutuhkan kehadiran media pun, ia tak mempermasalahkannya. "Teman-teman yang menjadi korban penculikan dan keluarganya terbuka untuk itu," tutur dia. 

Ia mengaku yakin pria yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu bersedia menemui korban dan keluarganya yang dulu sempat jadi korban pelanggaran HAM berat pada 1998 lalu. Bahkan, ia juga percaya Prabowo bersedia meminta maaf kepada korban penculikan lainnya sama seperti yang dilakukannya di Semarang pada pekan lalu. 

"Kalau menurut saya, kalau Pak Prabowo berani meminta maaf di hadapan publik kepada saya, tentu saja, itu jauh lebih mudah dibandingkan Beliau minta maaf kepada mereka tanpa di depan publik (tak ada media)," katanya lagi. 

Namun, apakah itu yang benar-benar diinginkan oleh korban penculikan 1998?

1. Prabowo akui pernah diperintah untuk menangkap Budiman

Budiman Berharap Prabowo Mau Temui Korban Penculikan 1998 LainnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto ketika merayakan HUT ke-78 RI di KBRI Washington DC, Amerika Serikat. (Dokumentasi tim media Menhan)

Sementara, Budiman mengaku tidak pernah bermasalah secara pribadi dengan Prabowo. Meskipun ia dulu divonis 13 tahun penjara lantaran dianggap oleh rezim Orde Baru sebagai dalang penyerbuan kantor PDI di Jalan Diponegoro pada 1997 lalu. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan sebutan Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli).

"Beliau kan tidak bermasalah secara pribadi dengan saya," kata Budiman pada Minggu kemarin. 

Namun, saat deklarasi Prabu di Semarang, Prabowo mengakui ia pernah diperintah untuk memburu dan menangkap Budiman. Sementara, 27 tahun kemudian, Budiman mendukung Prabowo agar bisa menjadi presiden di Pemilu 2024. 

"Dulu, saya di tentara dapat perintah untuk ngejar-ngejar Saudara Budiman. Saya terharu karena seorang Budiman mau bergabung dengan saya, berjuang bersama. Dari dulu, Budiman ini adalah orang yang memang harus saya katakan tidak hanya cemerlang pemikirannya tapi juga bersih hatinya. Orangnya juga berani," kata Prabowo memuji Budiman di Semarang. 

Baca Juga: Eks Sekjen PRD Kecam Budiman Bentuk Relawan Prabowo: Ini Pengkhianatan

2. Prabowo seharusnya diadili di pengadilan terkait isu penculikan aktivis 1998

Budiman Berharap Prabowo Mau Temui Korban Penculikan 1998 LainnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) ikut memberikan semangat bagi atlet Pencak Silat RI yang tanding di SEA Games 2021 di Vietnam. (Dokumentasi Prabowo Subianto)

Sementara,  Eks Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Demokratik (PRD), Petrus Hariyanto menolak bila Prabowo sekadar meminta maaf. Ia menuntut Prabowo agar diproses hukum karena terkait peristiwa penculikan aktivis 1998. Apalagi, hingga kini masih ada 13 aktivis yang keberadaan tubuhnya tidak diketahui. 

PRD adalah parpol yang dulu ikut didirikan oleh Budiman. Petrus pun pernah berada satu sel dengan Budiman di Lapas Cipinang selama 3,5 tahun. 

"Seharusnya menjadi tugas Budiman dan kader PRD lainnya dalam menuntaskan hal ini. Masih ada utang masa lalu yang tetap harus dilunasi. Bukannya malah dikubur dalam-dalam oleh Budiman Sudjatmiko," ujar Petrus di dalam keterangan tertulis pada Senin (21/8/2023). 

Lebih lanjut, Petrus menilai apa yang sedang dipertontonkan Budiman tidak lebih dari sekadar politik oportunis. Ia menilai karier politik Budiman di PDIP mandeg, makanya mantan aktivis 1998 itu sedang ancang-ancang pindah ke Partai Gerindra. 

"Jadi, sedang ditimbang mana yang lebih menguntungkan? Tetap berada di PDIP tetapi karier politiknya mandeg, atau berpindah ke Prabowo yang digadang-gadang bakal memenangi Pilpres?" tanyanya. 

Sayangnya, kata Petrus, Budiman justru memilih loncat ke perahu yang dibuat mantan Pangkostrad dan pernah dipecat Presiden BJ Habibie itu. Meski risikonya, kata dia, ia telah mencederai idealismenya sendiri sebagai mantan aktivis. 

"Bahkan, dia telah mencoreng nama baik aktivis '98 secara keseluruhan," tutur dia. 

3. Budiman dianggap sudah mengkhianati keluarga korban penculikan 1998

Budiman Berharap Prabowo Mau Temui Korban Penculikan 1998 LainnyaBudiman Sudjatmiko dan Prabowo Subianto (tengah) (Dok. Tim Media Prabowo)

Ia juga menilai dukungan Budiman justru semakin meneguhkan politik impunitas terhadap bakal capres yang memiliki rekam jejak pelanggaran HAM masa lalu itu. Maka, ia mengecam sikap dan dukungan yang diberikan Budiman dalam bentuk ketersediaan relawan Prabu. 

"Deklarasi tersebut bukan saja menunjukkan Budiman telah mengkhianati kawan-kawan seperjuangannya. Tapi juga mengkhianati keluarga korban penculikan. Terlebih lagi, ia telah mengkhianati demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan," kata Petrus. 

Ia pun menolak retorika yang disampaikan Budiman adalah tugas sejarah. Menurutnya, pernyataan Budiman bahwa Ketua Umum Partai Gerindra itu adalah pemimpin strategis, hanya sekadar legitimasi untuk bisa berangkulan dengan eks kaki tangan Orde Baru itu.

"Itu bukti pragmatisme Budiman supaya bisa mendapatkan sesuatu dari Prabowo ketika ia berkuasa nanti. Padahal, belum tentu juga Prabowo menang pemilu," tutur dia. 

Mantan aktivis PRD lainnya, Wilson justru mempertanyakan lokasi deklarasi Prabu yang dilakukan di Jawa Tengah. Sebab, dua aktivis PRD menjadi korban penghilangan paksa. Keberadaan fisiknya hingga kini tidak diketahui. 

"Dua aktivis PRD yakni penyair Wiji Thukul dan Suyat bersama kawan-kawan lainnya, mereka masih hilang hingga sekarang," kata Wilson di dalam keterangan tertulis. 

https://www.youtube.com/embed/icJmSOJIMHY

Baca Juga: Prabowo Akui Kurang Puas dengan Hasil Pemilu 2014 dan 2019

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya