Kemarau Panjang, BMKG Catat 37,5 Persen Wilayah Lebih Cepat Mulai
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memaparkan beberapa wilayah memasuki musim kemarau lebih awal pada tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ia menjelaskan pada Agustus 2023, hasil pemantauan menunjukkan terdapat 37,5 persen dari zona musim di Indonesia dengan musim kemarau lebih awal dari normalnya.
Baca Juga: Hadapi Kemarau Panjang, Warga Surabaya Olah Air Selokan Jadi Bersih
1. Sebagian besar wilayah Indonesia alami kemarau
Hasil pemantauan menunjukkan saat ini, sekitar 78,5 persen dari total zona musim telah memasuki musim kemarau.
"Jadi poinnya adalah sebagian besar wilayah Indonesia saat ini telah memasuki musim kemarau. Secara umum, di sebagian besar wilayah Indonesia sedang memasuki musim kemarau," kata Dwikorita dalam Konferensi Pers secara Daring, Jumat (8/9/2023).
Baca Juga: Duh! Musim Kemarau, Sering Kebakaran Ilalang dan Rumput di Semarang
2. Musim kemarau terjadi bertahap
Editor’s picks
Ia menjelaskan musim kemarau terjadi secara bertahap, yang dimulai dari April hingga Juni 2023 dan mencapai puncaknya di Agustus hingga September 2023.
Hasil analisis terhadap data suhu muka laut di Samudra Pasifik menunjukkan gangguan iklim El Nino mulai muncul pada pertengahan Mei dan terus berkembang mencapai level El Nino moderat sejak akhir Juli 2023.
"Saat ini indeks El Nino berada pada nilai positif 1,54 kondisi El Nino moderat ini diprediksi tetap bertahan hingga awal 2024. Di Samudra Hindia, anomali suhu muka laut menunjukkan adanya kondisi Indian Ocean Dipole positif (IOD positif) dengan indeks saat ini +1,527. Diprediksi akan tetap positif hingga akhir 2023," jelasnya.
3. Keringnya kemarau kali ini sudah diprediksi sejak Februari
Menurutnya, indeks IOD positif dan El Nino moderat dua-duanya itu berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan di wilayah kepulauan Indonesia.
"Jadi keringnya musim kemarau saat ini sesuai hasil prediksi di Februari lalu akibat dari pengaruh El Nino dari Samudra Pasifik dan IOD positif dari Samudra Hindia yang saling menguatkan," jelas Dwikorita.
Superposisi fenomena El Nino dan IOD positif tersebut menyebabkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia menjadi jauh lebih sedikit dari normalnya.
Baca Juga: Kemarau Panjang yang Berdampak Bencana Kebakaran di Banjarmasin