Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

80 Tahun Ledakan Bom Atom, Hiroshima Serukan Perdamaian

Bendera Jepang (unsplash.com/Fumiaki Hayashi)
Bendera Jepang (unsplash.com/Fumiaki Hayashi)
Intinya sih...
  • Peringatan senjata nuklir di tengah upacara memorial.
  • Kisah penyintas dan dampak bom di Hiroshima.
  • Upaya internasional dan pengakuan atas perjuangan penyintas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga dan pejabat dari 120 negara berkumpul di Hiroshima pada Rabu (6/8/2025), untuk memperingati 80 tahun tragedi bom atom pertama di dunia yang digunakan dalam peperangan. Seluruh hadirin menundukkan kepala dan mengheningkan cipta tepat pukul 08.15 waktu setempat, mengenang momen saat bom uranium meledak dan menghancurkan sebagian besar kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Peringatan ini juga dihadiri oleh Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba bersama keluarga korban, penyintas hibakusha, dan tamu internasional, menandai betapa pentingnya upaya mengingat tragedi kemanusiaan ini serta peringatan terhadap ancaman nuklir yang masih nyata hingga hari ini.

1. Peringatan senjata nuklir di tengah upacara memorial

Wali Kota Hiroshima, Kazumi Matsui, dalam pidatonya di Peace Memorial Park mengingatkan risiko nyata dari senjata nuklir yang masih dimiliki banyak negara.

“Para pembuat kebijakan dunia harus menyadari bahwa ancaman penggunaan nuklir oleh beberapa negara membuktikan kelemahan teori deterensi nuklir.” ujar Matsui, dilansir NHK.

Ia mendorong para pemimpin dunia untuk mengganti strategi keamanan berbasis nuklir dengan dialog berbasis kepercayaan. Dalam kesempatan yang sama, Matsui juga memperingatkan tren ekspansi militer global yang meningkat.

“Tindakan ini dengan terang-terangan mengabaikan pelajaran berharga dari tragedi sejarah Hiroshima dan Nagasaki,” ujarnya. Matsui mengajak semua pemimpin dunia berkunjung ke Hiroshima untuk menyaksikan sendiri dampak dahsyat bom atom dan menggugah mereka mencapai konsensus perlucutan senjata nuklir.

Perdana Menteri Shigeru Ishiba meneguhkan kembali komitmen Jepang sebagai satu-satunya negara korban senjata nuklir untuk mengupayakan dunia bebas nuklir.

“Tugas kita semua adalah memastikan peristiwa semacam ini tidak pernah terulang,” ucap Ishiba di depan para hadirin dari berbagai negara, dilansir BBC.

2. Kisah penyintas dan dampak bom di Hiroshima

Pada 6 Agustus 1945, pesawat Enola Gay milik Amerika Serikat (AS), menjatuhkan bom uranium “Little Boy” di atas Hiroshima. Ledakan menciptakan suhu hingga 4 ribu derajat celcius dan menewaskan sekitar 78 ribu orang seketika. Diperkirakan, jumlah korban mencapai 140 ribu jiwa hingga akhir tahun 1945 karena radiasi dan luka bakar berat.

“Ayah saya mengalami luka bakar parah dan kehilangan penglihatan akibat ledakan. Saat itu, usia saya enam tahun dan saya melihat kulit ayah menempel di badannya. Ia bahkan tidak bisa memegang tangan saya.” ujar seorang penyintas bernama Shingo Naito, diansir BBC.

Penduduk yang hidup setelah ledakan juga harus menghadapi hujan hitam radioaktif yang memperparah kondisi kesehatan masyarakat. Selama bertahun-tahun, para penyintas mengalami diskriminasi serta stigma, karena kekhawatiran penyakit akibat paparan radiasi akan menurun pada keturunan mereka.

3. Upaya internasional dan pengakuan atas perjuangan penyintas

Upacara memorial dihadiri oleh perwakilan banyak negara, termasuk negara-negara pemilik senjata nuklir, walau China dan Rusia absen dalam seremoni ini. Selain keluarga korban dan hibakusha, kelompok survivor seperti Nihon Hidankyo juga hadir memperjuangkan pelucutan senjata nuklir, setelah tahun lalu memperoleh Nobel Perdamaian atas dedikasi dalam kampanye anti-nuklir.

Pihak panitia memasukkan nama-nama baru korban bom atom yang wafat setahun terakhir ke dalam cenotaph di Peace Memorial Park, sehingga total yang tercatat kini mencapai 349.246 nama. Rangkaian acara seperti pelepasan merpati putih usai pidato dan pembacaan deklarasi perdamaian menjadi simbol harapan akan dunia tanpa senjata pemusnah massal.

“Kami dihadapkan pada ancaman nuklir yang lebih besar dari sebelumnya. Tantangan utama sekarang adalah mendorong negara-negara pemilik senjata nuklir agar mau mendengarkan seruan perlucutan," menurut pernyataan organisasi survivor, dilansir CNN.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us