TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kaleidoskop 2021: 7 Pemimpin Negara yang Kehilangan Kekuasaannya

Ada di Myanmar hingga Haiti

Pemimpin Myanmar yang dikudeta Aung San Suu Kyi (ANTARA FOTO/Ye Aung Thu)

Jakarta, IDN Times - Serangkaian kudeta dan pergantian pemimpin negara secara dramatis terjadi sepanjang 2021. Ada tokoh yang kehilangan kekuasaannya karena dikudeta, kehilangan kepercayaan parlemen, bahkan dibunuh. 

Pergantian kepemimpinan secara dramatis ini terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Malaysia, Myanmar, Afghanistan, Haiti, Israel, Sudan, dan Guinea.

Berikut IDN Times sajikan kaleidoskop 2021, 7 pemimpin negara yang kekuasaannya direbut secara dramatis!

Baca Juga: Biografi Ashraf Ghani: Pemimpin Demokratis Asal Afghanistan

1. Presiden Republik Guinea, Alpha Condé

Capres Petahana Presiden Guinea Alpha Conde. twitter.com/president_gn

Presiden Alpha Condé, yang telah memimpin Republik Guinea sejak 2010, harus lengser secara dramatis. Dengan waktu yang cepat, militer Guinea menduduki istana kepresidenan pada Minggu (5/9/2021) dan menangkap Condé sebelum dirinya sempat melarikan diri.

Pihak militer yang dipimpin oleh Kolonel Mamady Doumbouya kemudian menyiapkan pemerintahan transisi dalam beberapa minggu ke depan. 

Kudeta terjadi tepat satu tahun setelah Condé terpilih periode ketiga. Ia kembali maju setelah mengubah masa jabatan presiden pada Konstitusi Republik Guinea secara sepihak.

Baca Juga: Kisah Pilu dari Afghanistan: "Dunia Meninggalkan Kami Sendirian"

2. Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani

Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani. twitter.com/FederationAC

Taliban akhirnya berhasil mengambil alih pemerintahan Afghanistan pada pertengahan Agustus 2021. Peralihan itu menandakan lengsernya kekuasaan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, yang melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari ekskusi Taliban. 

Hal yang menarik adalah Taliban berhasil menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan, dalam waktu cepat. Bahkan lebih cepat dari sejumlah prediksi komunitas internasional. 

Saat ini, Afghanistan dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Hassan Akhund dan didampingi Deputi Abdul Ghani Baradar. Di balik itu semua, Afghanistan dipimpin oleh pemimpin tertinggi Hibatullah Akhundzada. 

Baca Juga: Profil Min Aung Hlaing, Dalang Kudeta dan Pemimpin Sementara Myanmar

3. Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi

Penasehat Negara dan Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi (ANTARA FOTO/Ye Aung Thu)

Kudeta Myanmar terjadi pada 1 Februari 2021, ketika junta militer melengserkan pemimpin negara Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint. 

Junta berdalih Liga Nasional Demokrasi (NLD), partai yang dipimpin oleh Suu Kyi, tidak memenangkan pemilu secara adil. Atas dasar itulah mereka menilai kudeta sebagai tindakan konstitusional. 

Kudeta memicu kemarahan masyarakat di seluruh Myanmar dan menyebabkan ratusan warga sipil meninggal dunia. 

Saat ini, Myanmar dipimpin oleh panglima junta yang juga mengklaim dirinya sebagai Perdana Menteri sementara Myanmar yaitu Min Aung Hlaing. 

Baca Juga: Bos Geng Kriminal Ancam Perdana Menteri Haiti Mundur dari Jabatannya

4. Presiden Haiti, Jovenel Moïse

Presiden Haiti, Jovenel Moise. (Instagram.com/jovenelmoise)

Haiti dikenal sebagai negara termiskin di kawasan Karibia. Negara ini memiliki segudang permasalahan domestik, mulai dari korupsi yang mengakar, pertumbuhan ekonomi lambat, kriminalitas antar geng, hingga bencana alam. 

Presiden Haiti, Jovenel Moïse, tewas dalam serangan terkoordinasi oleh agen asal Kolombia. Insiden ini melibatkan pasukan pengamanan presiden, karena tidak ada kontak senjata ketika Moïse dan instrinya diserang di kediamannya pada malam hari. Moïse meninggal saat hari kejadian, tepatnya pada 7 Juli 2021. 

Untuk meredam kekacauan, Perdana Menteri sementara Haiti Claude Joseph diangkat sebagai presiden sementara. Kemudian, Parlemen memutuskan untuk mengangkat Ariel Henry sebagai Presiden sementara Haiti sampai pemilu berikutnya. 

5. Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin. (ANTARA Foto/Ho-FB Muhyiddin)

Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, hanya memangku jabatannya selama 17 bulan. Per 16 Agustus 2021, dia sudah tidak lagi menjabat Perdana Menteri malaysia. 

Yassin berhenti dari posisinya karena mayoritas anggota Parlemen Malaysia menarik dukungannya. Kepemimpinan Muhyiddin memang mendapat kritikan pedas, baik di kalangan parlemen hingga masyarakat, karena dicap gagal mengendalikan penyebaran COVID-19. Di samping itu, kebijakan yang digagas Yassin beberapa kali berseberangan dengan Raja Malaysia. 

Dinamika Parlemen kemudian menunjuk Ismail Sabri Yaakob sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru. 

Baca Juga: Profil Benjamin Netanyahu, dari Militer hingga PM Israel Terlama 

6. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (www.twitter.com/@netanyahu)

Benjamin Netanyahu tercatat sebagai Perdana Menteri Israel terlama dengan masa bakti 12 tahun. Kali terakhir Netanyahu menyandang jabatan perdana menteri adalah 13 Juni 2021. 

Netanyahu kehilangan jabatannya karena gagal membentuk koalisi pemerintahan dan anggaran yang diajukan tak kunjung disetujui oleh parlemen. Dalam dua tahun, Israel bahkan harus menggelar pemilu sebanyak empat kali, namun koalisi dan anggaran tak kunjung disetujui. 

Hal yang menarik adalah Netanyahu akhirnya dikalahkan oleh koalisi anti-Netanyahu. Seluruh fraksi politik seolah bersatu hanya untuk melengserkan Netanyahu, mulai dari kelompok kanan yang dipimpin oleh Naftali Bennett, kelompok tengah yang dipimpin oleh Yair Lapid, dan kelompok Islam yang dipimpin oleh Mansour Abbas. 

Pemerintahan baru Israel dipimpin oleh Bennett pada 2 tahun pertama, kemudian dipimpin oleh Yair Lapid pada 2 tahun berikutnya. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya