TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Negara Apa Saja yang Mendukung Rusia Akui Kemerdekaan Donetsk-Luhansk?

Ada yang malu-malu mengecam, ada yang mendukung

ilustrasi tank Rusia (Twitter.com/ Минобороны России)

Jakarta, IDN Times - Langkah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk telah menimbulkan kecaman dari para pemimpin dunia. Keputusan itu dikhawatirkan menjadi langkah awal Rusia untuk menginvasi Ukraina. 

Meski begitu, ada sejumlah negara yang mendukung keputusan tersebut. Mereka yang mendukung langkah Putin adalah negara sekutu, yaitu Nikaragua dan Suriah. Dua negara tersebut siap untuk bekerja sama dengan pemerintahan Donetsk dan Luhansk.

Lalu bagaimana tanggapan China yang telah menjalin persahabatan mendalam dengan Moskow? Bagaimana juga dengan Turki yang memiliki hubungan baik dengan Rusia tapi anggota NATO? Berikut penjelasannya!

Baca Juga: Singgung Krisis Ukraina-Rusia, Menlu RI: Potensi Konflik semakin Besar

1. Ortega menilai keputusan Putin adalah langkah yang benar

Ada banyak negara yang menjalin persahabatan dengan Rusia, tapi hanya sedikit yang memiliki hubungan yang sangat dekat dan spesial. Salah satunya adalah sekutu di Amerika Tengah, yaitu Nikaragua.

Ketika krisis Ukraina semakin memanas, pemimpin Nikaragua Daniel Ortega menyatakan dukungannya atas sikap Moskow.

Dilansir Reuters, dalam konferensi pers singkatnya pada Senin (21/2/22), Ortega mengatakan, "saya yakin jika mereka melakukan referendum seperti yang dilakukan di Krimea, orang akan memilih untuk menganeksasi wilayah itu ke Rusia."

Ortega menilai Putin melakukan langkah yang benar dengan mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai wilayah independen. Selan itu, Ortega juga mengatakan upaya Ukraina bergabung dengan NATO adalah ancaman bagi Rusia.

"Jika Ukraina masuk ke NATO, mereka akan mengatakan kepada Rusia mari kita berperang, dan itu menjelaskan mengapa Rusia bertindak seperti ini. Rusia hanya membela diri," kata Ortega.

2. Bashar al-Assad siap bekerja sama dengan Donetsk dan Luhansk

Presiden Bashar al-Assad bertemu Presiden Vladimir Putin. (Twitter.com/MFA Russia)

Pemimpin Suriah, Bashar al-Assad, juga mendukung keputusan Putin. 

Dilansir Al Jazeera, Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad, mengatakan bahwa Presiden Assad akan bekerja sama dengan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk, wilayah kelompok pemberontak Ukraina yang pro-Moskow.

Dmitry Sablin, politikus Rusia yang bertanggung jawab atas hubungan dengan pemerintah sekutu di Damaskus mengatakan, "Suriah siap untuk mengakui mereka sebagaimana mereka telah mengakui (wilayah Georgia yang memisahkan diri) Ossetia Selatan dan Abkhazia."

3. China canggung dalam perkembangan terbaru krisis Ukraina

Presiden Vladimir Putin melakukan pertemuan virtual dengan Presiden Xi Jinping. (Twitter.com/President of Russia)

China adalah salah satu sekutu utama Rusia lainnya. Tapi, dalam menyikapi masalah di Ukraina timur saat ini, China terlihat canggung.

Duta Besar China untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Zhang Jun, dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB mengatakan, Beijing memilih untuk mendorong setiap solusi diplomatik.

"Situasinya saat ini di Ukraina adalah hasil dari banyak faktor kompleks. China selalu membuat posisinya sesuai dengan manfaat dari masalah itu sendiri. Kami percaya bahwa semua negara harus menyelesaikan perselisihan internasional dengan cara damai, sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB," kata Zhang, dikutip dari CNN.

Menteri Luar Negeri, Wang Yi, dalam konferensi keamanan di Munich baru-baru ini menegaskan sikap China soal masalah Ukraina. Dia mengatakan, "kedaulatan, kemerdekaan dan intergritas teritorial semua negara harus dihormati dan dijaga."

Wang Yi menegaskan Beijing mendorong pihak yang terlibat perjanjian Minsk agar masalah bisa diselesaikan dengan dialog.

Tapi, David Sacks, peneliti di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York mengatakan, "hingga saat-saat terakhir, China menekankan perlunya kembali ke perjanjian Minsk, dan Putin secara terbuka merobeknya dan mengabaikan saran China untuk menangani krisis."

Baca Juga: Dibayangi Invasi, Ukraina Ancam Putus Hubungan Diplomatik dengan Rusia

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya