PM Hungaria: Konservatif Eropa dan AS Harus Bersatu 

Demi melawan pengaruh liberalisme

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban secara resmi menghadiri CPAC Texas di Amerika Serikat pada Kamis (4/8/2022). Pada kesempatan tersebut, pemimpin berusia 59 tahun itu mengungkapkan pentingnya persatuan antara kelompok konservatif di Eropa dan Amerika Serikat (AS). 

Pada pekan lalu, pemimpin sayap kanan itu sudah menyatakan pernyataan kontroversial terkait penolakannya terhadap ras campuran. Meskipun demikian, Orban menolak ungkapannya termasuk kritik rasisme, tapi ia menganggap pernyataan itu atas basis kebudayaan. 

Baca Juga: PM Hungaria Sebut Ucapannya soal Antiimigran Bukan Rasisme 

1. Orban sebut pemerintahannya sedang diserang liberalisme

Melalui acara pertemuan antara kelompok konservatif di AS tersebut, Orban menegaskan bahwa kelompok konservatif di AS dan Eropa harus bersatu. Hal itu berfungsi untuk mengembalikan institusi di Washington dan Brussels dari liberalisme. 

Ia juga menyampaikan bahwa pemerintahannya tengah diserang oleh liberalisme yang berniat untuk memisahkan peradaban Barat dari akar Kristiani. Maka dari itu, ia menegaskan untuk mendukung penuh kebijakan pro-keluarga, anti-imigran, penolakan pada ideologi gender. 

"Ini adalah perang kebudayaan. Kami harus merevitalisasi gereja-gereja kami, keluarga kami, universitas, dan komunitas di insitusi kami," tuturnya dalam CPAC (Conservative Political Action Conference) di Dallas, dikutip dari RFE/RL.

Di sisi lain, Orban juga menyerukan bahwa Amerika Serikat saat ini membutuhkan pemimpin yang kuat agar bersedia melakukan negosiasi perdamaian dan mengakhiri perang di Ukraina.

"Hanya pemimpin yang kuat yang bisa melakukan negosiasi perdamaian. Kami membutuhkan Amerika yang kuat dengan pemimpin yang kuat," sambungnya. 

Baca Juga: Viktor Orban, Sekutu Putin yang Terpilih Kembali sebagai PM Hungaria

2. Orban dapat sambutan baik oleh kelompok konservatif di AS

Dilaporkan BBC, pemimpin sayap kanan itu mendapat sambutan baik dalam acara CPAC tersebut. Bahkan, Orban mendapatkan apresiasi dari kelompok konservatif di negeri Paman Sam lewat pidatonya. 

"Seorang politisi Kristiani tidak bisa disebut rasis. Seseorang yang menilai politisi yang berpaham ini anti-Semit dan rasis adalah idiot," papar Orban. 

"Sata bisa melihat tajuk berita besok. Pemimpin sayap kanan Eropa merupakan sosok yang rasis dan anti-Semit. Namun, saya tidak mau memberikan mereka ide apapun, mereka tahu yang terbaik bagaimana untuk menulis berita palsu," tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Orban juga mengungkapkan bahwa pernikahan hanya dapat dilakukan oleh satu laki-laki dan satu perempuan. "Jangan ada laki-laki yang berdandan seperti perempuan dan lebih berpenampilan seperti Chuck Norris," tuturnya. 

Baca Juga: Menlu Hungaria: Oposisi Berkomplot sama Ukraina demi Lengserkan Orban

3. Orban sudah bertemu dengan Trump di New Jersey

Sebelum hadir dalam CPAC, PM Hungaria itu sempat bertemu dengan mantan Presiden Donald Trump di New Jersey pada awal pekan ini. Sementara, Trump dijadwalkan akan menjadi pembicara dalam acara di Texas tersebut pada Sabtu ini yang menjadi acara penutup. 

CPAC dan pengorganisasinya diketahui tetap menjalin hubungan baik dengan Trump. Sedangkan seluruh seluruh aktivis konservatif mendukung penuh masa depan politik Trump. Pasalnya, Trump kemungkinan akan mencalonkan kembali dalam pemilihan presiden 2024. 

Dilaporkan CNN, Trump dikenal menjadi rival terbesar dalam pencalonan kandidat presiden oleh Partai Republikan pada 2024. Ia disebut-sebut akan menghadapi kandidat sayap kanan populer lainnya, seperti Gubernur Florida, Ron DeSantis dan eks Wapres Mike Pence. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya