Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kazuhiro Nogi/AFP via Daily Mail

Perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine's Day yang jatuh setiap tanggal 14 Februari tinggal menghitung jam. Muda-mudi di seluruh dunia biasanya sangat bersemangat untuk merayakan hari tersebut dengan orang-orang terkasih. Beragam cara mereka lakukan untuk merayakan hari tersebut, mulai bertukar cokelat, boneka, hingga mengadakan makan malam romantis.

Sayangnya, sejumlah pria ini merasa terjajah dengan adanya perayaan Valentine.

Seperti diberitakan oleh AFP, sekelompok pria yang menyebut diri mereka penganut Marxisme melancarkan protes dengan turun ke jalan di kawasan elit Shibuya, Jepang, untuk menuntut diakhirinya 'pertunjukan cinta' di Hari Valentine.

Para pria ini mengaku perayaan tersebut menyakiti perasaan mereka. Mereka tergabung dalam kelompok Kakuhido atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti Aliansi Revolusioner Para Pria yang Tak Dianggap Menarik oleh Wanita. Meski terkesan seperti sebuah candaan belaka, tapi mereka rupanya sangat serius dalam mengajukan tuntutan.

Menurut anggota Kakuhido, Hari Valentine adalah bentuk komersialisme dan merupakan penjajahan terhadap mereka. Tak hanya itu, para pria ini juga menganggap bercumbu di area publik itu seperti terorisme. Humas dari Kakuhido, Takayuki Akimoto, mengungkap tujuan kelompoknya adalah untuk menghancurkan apa yang mereka sebut dengan 'kapitalisme cinta'.

Lebih lanjut, pihaknya mengaku terjajah oleh masyarakat yang menganggap cinta adalah segalanya. "Ini adalah sebuah konspirasi oleh orang-orang yang menilai pria jelek itu inferior atau pecundang," ungkap Akimoto. Ia menambahkan bahwa melihat orang-orang berpelukan di jalan membuat anggota Kakuhido merasa tersakiti dan itu tak bisa dimaafkan.

Pendiri Kakuhido membaca Manifesto Komunis setelah diputuskan oleh kekasihnya.

Editorial Team

Tonton lebih seru di