Donald Trump Upayakan Gencatan Senjata di Gaza Sebelum Pelantikan
- Trump kirim utusan Timur Tengah, Steve Witkoff, untuk mediasi perdamaian Gaza.
- Witkoff melakukan pertemuan dengan pemimpin Qatar dan Israel, membahas gencatan senjata dan pembebasan sandera.
- Delegasi Israel akan kunjungi Kairo untuk membahas proposal Mesir terkait pembebasan sandera dan gencatan senjata.
Jakarta, IDN Times - Donald Trump mengirim Steve Witkoff sebagai utusan Timur Tengah guna memulai upaya diplomatik perdamaian Gaza.
Witkoff telah melakukan serangkaian pertemuan dengan para pemimpin regional pada akhir November 2024. Misi diplomatik ini bertujuan mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera sebelum pelantikan Trump pada 20 Januari 2025.
Qatar dilaporkan kembali berperan sebagai mediator setelah sebulan menghentikan keterlibatannya. Negara Teluk itu sebelumnya telah bekerja bersama AS dan Mesir selama berbulan-bulan dalam pembicaraan tidak langsung yang belum membuahkan hasil.
Sebelumnya, Trump mengingatkan akan ada konsekuensi besar jika para sandera di Gaza belum dibebaskan sebelum dia dilantik sebagai presiden.
1. Utusan Trump bertemu PM Qatar dan Israel
Steve Witkoff memulai misi diplomatiknya melalui pertemuan dengan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di Doha pada 22 November 2024. Keduanya sepakat gencatan senjata di Gaza sangat diperlukan sebelum pelantikan Trump agar pemerintahan baru bisa fokus pada stabilisasi Gaza dan kawasan.
Sehari setelahnya, Witkoff bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pejabat Israel mengungkapkan bahwa Witkoff juga bertemu keluarga sandera Israel.
"Dia berbicara dengan mereka tentang upaya Tim Trump mencoba menengahi kesepakatan sebelum pelantikan," kata pejabat tersebut, dilansir Reuters.
Tak lama setelah bertemu Witkoff, Sheikh Mohammed melakukan kunjungan ke Wina pada 24 November 2024. Di sana, dia mengadakan pertemuan dengan kepala badan intelijen Israel Mossad, David Barnea. Barnea telah memimpin pembicaraan Israel dengan Qatar selama 14 bulan terakhir.
Sementara itu, negosiator Hamas disebut akan kembali ke ibu kota Qatar dalam waktu dekat.
"Ada rencana putaran berikutnya pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas yang berpotensi berlangsung di Doha segera, tetapi belum ada tanggal spesifik yang ditetapkan," tutur seorang sumber yang mengetahui pertemuan tersebut.
2. Koordinasi dengan administrasi Biden
Tim Biden mengetahui kontak-kontak Witkoff dengan para pejabat Israel, Qatar dan Timur Tengah lainnya. Witkoff dinilai mendukung kesepakatan Gaza yang serupa dengan pemerintahan Biden.
Administrasi Biden tetap memimpin upaya AS dalam negosiasi gencatan senjata Gaza. Kedua tim tidak bekerja sama secara langsung, meski tim Biden terus memberi informasi terbaru kepada kubu Trump.
Pemerintahan Biden tidak melihat perlunya koordinasi dengan Witkoff. Menurut seorang pejabat AS, diskusi Witkoff dengan para pemain regional dianggap sebagai upaya mempelajari masalah daripada negosiasi resmi.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menilai peringatan Trump sebagai bukti mendesaknya gencatan senjata.
"Kami akan mengejar setiap jalan yang bisa kami tempuh dalam waktu yang tersisa guna mendapatkan kembali para sandera dan mencapai gencatan senjata. Saya pikir pernyataan presiden terpilih memperkuat hal itu," ujar Blinken.
3. Mesir ajukan proposal perdamaian baru
Delegasi Israel dikabarkan akan berkunjung ke Kairo awal minggu depan. Kunjungan tersebut bertujuan membahas proposal baru yang diajukan Mesir terkait pembebasan sandera dan gencatan senjata.
Proposal tersebut mempertimbangkan pembebasan sandera secara bertahap yang disertai gencatan senjata awal selama 45-60 hari. Saat ini masih ada 96 dari 251 sandera yang diculik Hamas pada 7 Oktober yang masih berada di Gaza, dilansir Times of Israel.
Trump telah menunjuk Adam Boehler sebagai utusan khusus presiden untuk urusan sandera.
Dilansir Hareetz, Boehler adalah mantan penasihat senior Jared Kushner yang membantu menyusun Kesepakatan Abraham, terutama bagian Israel-Maroko. Boehler sebelumnya juga telah menyarankan opsi penggunaan pasukan khusus AS untuk misi penyelamatan sandera di Gaza.
"Amerika tidak boleh menahan operasi penyelamatan karena kekhawatiran pasukan khusus AS terlibat baku tembak di Gaza, atau karena ingin menghindari kehilangan dukungan pemilih pro-Palestina jika ada korban sipil. Itu berarti menempatkan politik di atas nyawa warga Amerika," kata Boehler dalam artikel opini yang ditulisnya di The Hill.
