Sistem Pangan Lokal di Gaza Hancur akibat Serangan Israel

- Kerawanan pangan di Gaza semakin memburuk setiap harinya akibat operasi darat dan udara Israel.
- PBB menyerukan akses aman ke Jalur Gaza untuk menyalurkan bantuan darurat dan mencegah kelaparan.
- Penjarahan memaksa UNRWA menghentikan pengiriman bantuan, sementara penargetan konvoi bantuan telah menyebabkan keputusasaan warga.
Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Senin (2/12/2024), mengungkapkan bahwa sistem pangan lokal di Gaza telah hancur akibat serangan darat dan udara Israel.
“Mitra kemanusiaan kami juga memperingatkan bahwa sistem pangan lokal telah dihancurkan oleh operasi darat militer, pengeboman di wilayah sipil dan keberadaan persenjataan yang belum meledak,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers.
Dilansir Anadolu, ia menyatakan bahwa kerawanan pangan di Gaza terus memburuk setiap harinya, membuat masyarakat menjadi semakin rentan. Roti, yang menjadi sumber kehidupan bagi banyak keluarga, kini semakin sulit dijangkau lantaran banyak toko roti tidak dapat beroperasi karena kekurangan bahan.
1. Ketersediaan pangan di Jalur Gaza berada pada titik terendah
Beth Bechdol, wakil direktur jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), menyerukan akses yang aman dan tidak terbatas ke Jalur Gaza untuk menyalurkan bantuan darurat dan mencegah kelaparan.
“Saat ini, ketersediaan pangan berada pada titik terendah di seluruh Jalur Gaza, dan pasokan pangan merosot tajam,” kata Bechdol dalam konferensi tingkat menteri di ibu kota Mesir, Kairo.
“Peluang untuk menyalurkan bantuan adalah sekarang, hari ini, bukan besok. Pangan, obat-obatan dan bahan bakar merupakan prioritas yang jelas, namun kita juga harus memprioritaskan kemampuan menanam pangan secara lokal di tempat yang paling membutuhkannya untuk menjamin kelangsungan hidup,” tambahnya.
Menurut FAO, sebelum meletusnya perang Israel di Gaza, wilayah Palestina ini mampu melakukan swasembada sayuran, telur, susu segar, unggas dan ikan, serta menghasilkan banyak daging merah, minyak zaitun, dan buah-buahan.
2. UNRWA setop pengiriman bantuan melalui Kerem Shalom
Meningkatnya penjarahan juga memaksa Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) untuk menghentikan pengiriman bantuan melalui penyeberangan utama Kerem Shalom yang menghubungan Israel dan Gaza.
“Kami menghentikan sementara pengiriman bantuan melalui Kerem Shalom, titik penyeberangan utama bantuan kemanusiaan ke Gaza. Jalan keluar dari persimpangan ini sudah berbulan-bulan tidak aman. Pada 16 November 2024, konvoi besar truk bantuan dicuri oleh geng bersenjata,” kata ketua UNRWA, Philippe Lazzarini, dalam sebuah pernyataan di media sosial X pada Minggu (1/12/2024).
Ia mengungkapkan bahwa operasi kemanusiaan menjadi mustahil dilakukan akibat pengepungan yang terus berlangsung, hambatan dari otoritas Israel, keputusan politik untuk membatasi jumlah bantuan, kurangnya keamanan di jalur bantuan dan penargetan polisi lokal.
Louise Wateridge, petugas darurat UNRWA, mengatakan bahwa penargetan konvoi bantuan telah terjadi sejak Mei 2024.
“Situasi ini telah menyebabkan keputusasaan orang-orang, yang tidak memiliki apa yang mereka butuhkan dan hal ini telah menyebabkan dan memaksa terjadinya kegiatan kriminal,” ungkapnya, dilansir dari Al Jazeera.
3. 333 pekerja bantuan di Gaza tewas sejak awal perang
Sebelumnya pada Sabtu (30/11/2024), serangan Israel menewaskan tiga kontraktor badan amal AS, World Central Kitchen (WCK). Militer Israel mengklaim bahwa satu kontraktor tersebut terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Namun, WCK menyatakan bahwa mereka tidak tahu menahu soal adanya individu dalam kendaraan tersebut yang diduga terkait dengan serangan Hamas.
Pada hari yang sama, seorang anggota staf Save the Children juga tewas akibat serangan Israel. Ia menjadi karyawan kedua dari organisasi tersebut yang terbunuh sejak meletusnya perang di Gaza pada Oktober 2023.
Bulan lalu, PBB mengatakan bahwa sedikitnya 333 pekerja bantuan telah terbunuh sejak awal perang, dengan 243 di antaranya adalah pegawai UNRWA.
Lebih dari 44 ribu warga Palestina telah tewas akibat perang genosida Israel di Jalur Gaza selama setahun terakhir. Negara Yahudi tersebut juga dituduh menggunakan kelaparan sebagai senjata perang karena membatasi pasokan makanan, obat-obatan dan barang-barang penting lainnya ke Gaza.