Heboh Guru Perintahkan Siswa Muslim Ditampar, Sekolah di India Ditutup

Polisi sedang mendalami kasus penamparan siswa muslim tersebut

Jakarta, IDN Times - Seorang guru di sebuah sekolah di negara bagian Uttar Pradesh, India, memerintahkan siswa-siswanya untuk menampar teman sekelas mereka yang beragama Islam pekan lalu. Pemerintah memerintahkan sekolah untuk ditutup sembari menunggu penyelidikan. 

Menurut laporan media lokal, pihak berwenang mengatakan Dinas Pendidikan mengirimkan pemberitahuan tersebut kepada operator Sekolah Umum Neha di desa Khubbapur itu pada Minggu (27/8/2023). Adapun para siswa akan dipindahkan ke sekolah terdekat sehingga proses belajar mereka tidak terganggu.

Dalam video yang viral di media sosial pada Jumat (25/8/2023), Tripta Tyagi, seorang guru sekaligus kepala sekolah di fasilitas pendidikan tersebut terlihat memerintahkan siswa kelas dua untuk menampar teman sekelas mereka yang beragama Islam.

Bocah berusia 7 tahun itu tampak berdiri sambil menangis, sementara teman-teman sekelasnya bergantian menamparnya. Tyagi juga meminta para siswanya untuk memukul anak tersebut dengan keras.

Baca Juga: Anak di India Bunuh Ibunya karena Kesal Dipaksa Menikah

1. Video itu memicu kecaman dari sejumlah pihak

Usai video tersebut viral dan memicu kemarahan di media sosial, kepolisian distrik Muzaffarnagar meluncurkan penyelidikan dan memeriksa Tyagi pada Sabtu (27/8/2023), terkait aksi penamparan siswa muslim di kelasnya.

“Kami telah melakukan penyelidikan penuh. Atas pengaduan ayah anak tersebut, kami telah mendaftarkan kasus terhadap sang guru, departemen juga sedang mengambil tindakan terhadap guru tersebut,” kata Aravind Mallappa Bangari, Hakim Distrik Muzaffarnagar, dikutip dari NDTV.

Sejumlah politisi juga mengecam insiden tersebut, menyebutnya sebagai kejahatan rasial dengan menargetkan pemerintahan Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa di negara bagian tersebut.

"Menaburkan racun diskriminasi dalam pikiran anak-anak yang tidak bersalah, mengubah tempat suci seperti sekolah menjadi pasar kebencian – tidak ada hal buruk yang dapat dilakukan seorang guru untuk negara. Ini adalah minyak tanah yang sama yang disebarkan oleh BJP yang telah membakar setiap sudut India," kata pemimpin Kongres Rahul Gandhi.

Kecaman serupa juga datang dari Asaduddin Owaisi, ketua dan anggota parlemen dari partai AIMIM. Ia menuding pemerintahan Uttar Pradesh pimpinan BJP, Komisi Nasional Perlindungan Hak Anak (NCPCR) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (NHRC) tidak melakukan tindakan apapun atas insiden tersebut.

Selain itu, ia mengungkapkan bahwa anak-anak Muslim sering dijadikan sasaran bullying di sekolah dengan sebutan Jihadi dan Pakistan.

“Entah berapa banyak anak Muslim yang terpaksa menanggung hinaan secara diam-diam sepanjang hidupnya. Adalah umum bahwa anak-anak Muslim menjadi sasaran di sekolah dengan sebutan ‘Jihadi’ dan ‘Pakistan’. Pemerintah harus memberikan kompensasi kepada keluarga anak tersebut dan memastikan dia belajar di lingkungan yang aman,” tambahnya, dikutip dari Siasat.

Baca Juga: Jembatan Kereta Api di India Runtuh, 17 Pekerja Tewas

2. Hukuman itu disebut untuk mendisplinkan siswanya

Sementara itu, Tyagi membantah adanya isu agama dalam kejadian tersebut. Ia mengatakan bahwa aksi yang dilakukannya pekan lalu merupakan masalah kecil dan video yang beredar luas itu sengaja dipotong untuk memicu ketegangan.

“Video yang diviralkan itu sudah diedit dan dipotong, saya tidak ada niat seperti itu…di tempat kami, umat Hindu dan Muslim tetap bersatu dan kami memiliki lebih banyak siswa Muslim di sekolah kami," kata Tyagi, dikutip dari News18.

Perempuan itu menjelaskan bahwa dia menghukum anak tersebut karena tidak mengerjakan PR-nya. Lantaran dirinya cacat, Tyagi menyuruh siswa lain untuk menampar siswa itu. Dia lantas meminta maaf dan mengakui bahwa perbuatannya itu salah.

“Saya cacat, saya tidak bisa bangun…dia tidak mengerjakan pekerjaan rumah selama 2 bulan terakhir… Jadi saya menyuruh 2-3 siswa memukulinya agar dia mulai mengerjakan tugasnya... Saya telah membuat kesalahan dan saya meminta maaf dengan tangan terlipat," tambah Tyagi.

3. Ayah korban enggan membawa masalah itu ke pengadilan

Melansir NDTV, komite kesejahterasiswa anak telah memberikan konseling kepada siswa Muslim yang ditampar oleh gurunya, dan juga orang tuanya. Sang ayah mengatakan anak laki-lakinya itu dipaksa berdiri hingga berjam-jam, dipermalukan dan dipukuli.

“Anak saya berumur 7 tahun. Kejadian ini terjadi pada tanggal 24 Agustus. Guru menyuruh murid-muridnya memukuli anak saya berulang kali. Anak saya disiksa selama satu atau dua jam. Dia ketakutan,” katanya.

Dia juga mengatakan bahwa dia tidak akan mengajukan tuntutan terhadap sekolah tersebut, namun telah memutuskan untuk mengeluarkan anaknya dari sekolah itu.

“Saya tidak ingin mengajukan pengaduan ke polisi karena saya tidak ingin dipanggil polisi atau pengadilan sesekali, saya tidak ingin terlibat dalam semua ini…” kata sang ayah.

Baca Juga: Siswi India Diperkosa kemudian Dibunuh Gurunya, Mayat Dibuang ke Sumur

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya