Hukum di Tiongkok sebenarnya sudah jelas menyatakan bahwa terapi konversi tersebut ilegal. Hanya saja, fasilitas dan praktisi kesehatan masih dibiarkan menyediakan terapi itu. Bahkan, fasilitas yang ada di rumah sakit umum masih mendapat dana dari pemerintah dan diawasi oleh Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana Nasional.
HRW pun bertemu dengan 17 orang yang pernah menjalani terapi tersebut karena tekanan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Orangtua mereka mengancam tak hanya secara verbal, tapi juga secara fisik agar mereka mengikuti terapi konversi tersebut.
Tiga orang dari mereka mengaku mencoba kabur dari fasilitas tersebut. "Aku sudah sangat dekat dengan pintu yang tak terjaga, tapi sebelum aku bisa sampai ke pintu itu, dua orang petugas keamanan menangkapku. Hal berikutnya yang aku tahu adalah aku sudah tergeletak di lantai," kata salah satu mantan pasien bernama Luo Qing.
Lima orang lainnya mendeskripsikan bagaimana proses terapi dengan sengatan listrik terjadi. Mereka diberikan stimulus berupa gambar atau video berbau homoseksual, lalu mendapat sengatan listrik yang menyakitkan. Tujuannya, kata mereka, adalah agar mereka mengasosiasikan homoseksualitas dengan sensasi tidak menyenangkan.
Meski merasa hak mereka dilanggar, tapi para mantan pasien ini tak bisa berbuat banyak. Tiongkok tak punya hukum yang melindungi masyarakat dari diskriminasi berdasarkan orientasi seksual atau identitas gender.