Ilustrasi penggunaan burqa di Afghanistan (Pixabay.com/Army Amber)
Kepanikan di bandara Kabul setahun lalu menjadi berita hangat yang ramai dibahas media di seluruh dunia. Mereka menggarisbawahi ketakutan yang dirasakan masyarakat Afganistan setelah masuknya Taliban ke Kabul. Perlawanan dari pasukan lokal hancur usai pasukan Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk angkat kaki.
Puluhan warga sipil Afghanistan dan 13 tentara AS tewas setelah anggota ISIS-K meledakkan diri di dekat bandara.
Taliban, yang memerangi pemberontakan 20 tahun melawan pasukan pimpinan AS di mana puluhan ribu warga sipil tewas, telah membatasi hak-hak perempuan dan anak perempuan sejak menggulingkan pemerintah yang didukung Barat.
Beberapa mantan pejabat dan tentara, dari pemerintahan yang digulingkan, juga menuduh mereka melakukan balas dendam terhadap mantan musuh.
Pemerintah Taliban telah berjanji untuk menghormati hak-hak orang sesuai dengan interpretasinya terhadap hukum Islam, dan mengatakan akan menyelidiki dugaan pelanggaran.
Di Kabul, saudara perempuan Kohistani dan sekarang ibu yang menggunakan kursi roda menyampaikan, Taliban terus melakukan inspeksi mendadak di rumah keluarga mereka untuk memeriksa apakah anak perempuan yang melarikan diri telah kembali dari Spanyol.
"Saya sangat terkejut melihat putri saya pergi tiba-tiba," kata ibu Kohistani.
"Saya tidak peduli dengan hidup saya. Saya hanya berharap ketika saya mati, Massouda (Kohistani) bisa datang ke pemakaman saya," tambah ibu itu, yang meminta namanya tidak dipublikasikan karena takut pembalasan.
Habib dari Kementerian Dalam Negeri membantah tuduhan bahwa Taliban telah melakukan penggeledahan di rumah tersebut.
"Amnesti umum yang diumumkan oleh pemimpin tertinggi mencakup semua orang. Mereka yang mengklaim masalah ini mencoba memperkuat kasus imigrasi mereka," katanya.
Menurut badan pengungsi PBB UNHCR, warga Afghanistan hidup sebagai pengungsi di 98 negara, menjadikan mereka populasi pengungsi terbesar ketiga setelah Suriah dan Venezuela.
Seorang pejabat senior PBB, yang bekerja di Afghanistan yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan sekitar 2 juta warga Afghanistan dari populasi sekitar 40 juta orang sedang mencari status pengungsi di luar negeri, dan jumlah pelamar terus meningkat.