Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jet tempur (pexels.com/pexels.com/Emrah Aslantepe)
ilustrasi jet tempur (pexels.com/pexels.com/Emrah Aslantepe)

Intinya sih...

  • NATO dan Estonia mendesak konsultasi darurat

  • Ketegangan perbatasan timur NATO semakin naik

  • Uni Eropa dan pemimpin dunia kutuk Rusia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Tiga jet tempur MiG-31 Rusia masuk ke wilayah udara Estonia di Teluk Finlandia pada Jumat (19/9/2025). Pesawat itu berada selama 12 menit di dekat Pulau Vaindloo, 124 mil dari Tallinn, tanpa rencana penerbangan, transponder mati, dan tanpa komunikasi dengan pengawas lalu lintas udara.

Jet F-35 Italia yang ditempatkan di Pangkalan Ämari langsung mencegat dan mengusir pesawat Rusia tersebut. Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna, mengecam keras insiden tersebut.

“Serangan hari ini ... belum pernah terjadi sebelumnya kurang ajar” ujarnya, dikutip dari The Guardian.

Setelah itu, Tallinn memanggil perwakilan Rusia untuk menyampaikan protes resmi dan menyerukan penambahan tekanan politik serta ekonomi terhadap Moskow.

1. NATO dan Estonia desak konsultasi mendesak

NATO, aliansi pertahanan dengan 32 anggota, segera merespons pelanggaran udara tersebut. Juru bicara NATO, Allison Hart, menyebut insiden ini sebagai tindakan sembrono. Dewan Atlantik Utara dijadwalkan menggelar pertemuan awal pekan depan, sementara Perdana Menteri Estonia, Kristen Michal, meminta konsultasi darurat sesuai Pasal 4 NATO.

Dilansir dari BBC, Duta Besar Estonia untuk Inggris, Sven Sakkov, menilai langkah nyata perlu segera diambil. Ia mengatakan bahwa Estonia membutuhkan langkah-langkah praktis untuk meningkatkan perlindungan wilayah udara di sisi timur NATO. Menteri Pertahanan Estonia, Hanno Pevkur, juga menekankan lamanya durasi insiden tersebut dan menyebut perlunya mengusir pelanggar.

2. Ketegangan perbatasan timur NATO semakin naik

ilustrasi Polandia sebagai anggota NATO (unsplash.com/Marek Studzinski)

Ketegangan di perbatasan timur NATO meningkat sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022. Baru-baru ini, drone Rusia memasuki Polandia pada 9–10 September 2025 dan Rumania pada pertengahan bulan yang sama, mendorong aliansi meluncurkan misi pertahanan Eastern Sentry. Pasukan Polandia bahkan menembak jatuh sejumlah drone, yang dianggap sebagai pelanggaran terparah sejak 2022.

Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) menilai insiden ini bukanlah kesalahan teknis.

“Rusia telah menerbangkan wilayah udara yang tepat ini selama beberapa dekade. Sulit untuk melihat bagaimana ini tidak disengaja,” ujarnya kepada Politico.

Sementara itu, pakar seperti Jakub Godzimirski dari Institut Urusan Internasional Norwegia menilai bisa saja itu kebetulan. Inggris, Jerman, Prancis, dan Denmark kini mengirim tambahan pasukan untuk memperkuat pertahanan udara di Polandia.

3. Uni Eropa dan pemimpin dunia kutuk Rusia

ilustrasi bendera Uni Eropa (pexels.com/Dušan Cvetanović)

Diplomat tinggi Uni Eropa, Kaja Kallas, menyebut tindakan Rusia berbahaya bagi stabilitas kawasan. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan dukungan penuh Eropa kepada Tallinn. Presiden Dewan Eropa, António Costa, menyebut isu ini akan dibahas dalam pertemuan 1 Oktober 2025 di Kopenhagen.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyebut insiden ini bagian dari pola provokasi Moskow.

“Mereka menggunakan setiap alat: dari campur tangan dalam proses politik, seperti di Rumania dan Moldova, hingga pelanggaran wilayah udara, seperti di Polandia, Rumania, dan sekarang Estonia,” ujarnya di media sosial.

Kepala badan intelijen Inggris, Richard Moore, juga menilai tidak ada bukti bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, menginginkan perdamaian di Ukraina. Uni Eropa kini menyiapkan sanksi baru, termasuk larangan transaksi energi dan keuangan Rusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team