Perang Geng Menjerumuskan Haiti ke Tingkat Pangan Terburuk

Separuh dari total penduduk Haiti kesulitan mencari makan

Jakarta, IDN Times - Organisasi Program Pangan Dunia (WFP) pada Jumat (22/3/2024) mengatakan, hampir separuh dari total penduduk Haiti kesulitan mencari makan ketika kekerasan geng menyebar di seluruh negeri. Beberapa daerah juga hampir mengalami kelaparan.

Kekerasan geng yang merajalela di Port-au-Prince telah memicu eksodus puluhan ribu orang dari ibu kota Haiti. Inflasi dan panen yang buruk mendorong Haiti ke tingkat kerawanan pangan terburuk sepanjang sejarah.

"Meningkatnya kelaparan memicu krisis keamanan yang menghancurkan negara ini. Kita memerlukan tindakan segera – menunggu untuk merespons dalam skala besar bukanlah suatu pilihan," kata direktur Program Pangan Dunia di Haiti, Jean-Martin Bauer, dikutip The News.

1. Kekacauan politik dan kekerasan menjadi momok kelaparan

Dilansir Barron's, seorang koresponden AFP melihat beberapa mayat di pusat kota dan pinggiran Delmas menyusul bentrokan terbaru antara polisi dan geng bersenjata lengkap. Warga juga mengatakan bahwa mereka melihat lebih banyak orang tewas tergeletak di pinggiran kota lain, termasuk di Petion-Ville.

Kejadian mengerikan tersebut terjadi ketika Haiti terus menunggu pembentukan pemerintah transisi yang dijanjikan untuk memulihkan stabilitas. Kekacauan politik dan kekerasan jalanan telah menjadi momok kelaparan yang parah.

Juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Farhan Haq menjelaskan, angka terbaru menunjukkan hampir 5 juta orang menghadapi krisis atau tingkat kerawanan pangan akut yang lebih buruk di Haiti. 1,6 juta di antaranya menghadapi darurat ketidakamanan.

Organisasi Migrasi Internasional PBB mengatakan, lebih dari 33 ribu orang telah meninggalkan Port-au-Prince dalam dua minggu terakhir.

Baca Juga: Sekjen PBB: Pemblokiran Bantuan untuk Gaza Adalah Kebiadaban Moral

2. Banyak warga Haiti yang mengungsi ke Great South

Pada Jumat, terjadi ketenangan tidak menentu di ibu kota setelah beberapa serangan geng dan operasi polisi menyebabkan kematian seorang pemimpin geng, Ernst Julme alias Ti Greg. Beberapa jalan masih dibarikade dan sebagian besar tempat usaha, sekolah dan kantor pemerintah tutup.

Warga Haiti yang mencari keselamatan sebagian besar menuju ke wilayah Great South. wilayah itu telah menampung sekitar 116 ribu pengungsi. 

Di sisi lain, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan, komunitas tuan rumah tidak memikiki sumber daya yang cukup untuk mengatasi arus pengungsian besar-besaran yang berasal dari ibu kota.

3. 90 persen wilayah ibu kota dikuasai geng

Dilansir Reuters, pihak berwenang Republik Dominika yang telah mendeportasi ribuan migran Haiti mengatakan belum menyetujui jembatan udara yang diumumkan PBB untuk memasok bantuan ke Haiti. Menurut mereka, rute tersebut digunakan untuk mengevakuasi orang asing.

Ketua kelompok bantuan Mercy Corps di Haiti, Laurent Uwumuremyi menjelaskan bahwa geng-geng telah menguasi hampir 90 persen ibu kota dengan tidak adanya kebutuhan pokok, ditutupnya infrastruktur utama, kekurangan pasokan dasar dan rumah sakit di ambang kehancuran. 

“Bahkan di daerah seperti Petion-Ville, sebuah lingkungan kelas atas yang sampai saat ini dianggap aman, penduduknya dikurung di dalam rumah,” kata Uwumuremyi. “Jika situasi memburuk tanpa ada upaya untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang terjadi, Port-au-Prince akan segera kewalahan,” imbuhnya.

Baca Juga: PBB: 2,2 Miliar Orang Kekurangan Air Minum Bersih

NUR M AGUS SALIM Photo Verified Writer NUR M AGUS SALIM

seorang pencari sumber angin

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya