Kremlin Peringatkan NATO Tidak Kirim Pasukan ke Ukraina

Ketegangan baru antara Rusia-Ukraina di perbatasan

Donbass, IDN Times - Kondisi di perbatasan Rusia dan Ukraina saat ini tegang. Wilayah Donbass yang berada di timur Ukraina dan berbatasan dengan Rusia barat daya, menjadi titik baru dalam ketegangan tersebut.

Ukraina menuduh Rusia telah melakukan peningkatan aktivitas militer di sebelah timur negaranya. Sedangkan Rusia menuduh bahwa pasukan Ukraina melakukan provokasi di garis perbatasan dalam menghadapi kelompok separatis.

Donbass sendiri adalah wilayah Ukraina yang menjadi daerah tempat kelompok separatis eksis yang berusaha merdeka. Rusia dituduh mendukung kelompok separatis tersebut. Sedangkan Amerika Serikat dan sekutu mendukung pemerintah Ukraina.

1. Ukraina tuduh Rusia menciptakan ketegangan di wilayah perbatasan

Hubungan antara Rusia dengan Ukraina telah tegang dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu dapat dilacak sejak Rusia melakukan aneksasi terhadap Krimea pada tahun 2014 silam. Setelah itu, beberapa ketegangan lain muncul seperti tuduhan bahwa Moskow mendukung gerakan separatis yang ada di Donetsk dan Lugansk, wilayah Donbass.

Terbaru, pasukan Rusia dilaporkan telah meningkatkan eskalasi militernya di perbatasan timur Ukraina. Hal itu membuat pemerintah Ukraina menuduh bahwa negara seterunya tersebut berusaha "mengancam" Ukraina.

Melansir dari laman Al Jazeera, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan telah terjadi peningkatan ketegangan di wilayah timur negaranya. Menurutnya, Rusia berusaha untuk menciptakan "atmosfer yang mengancam".

"Peregangan otot dalam bentuk latihan militer dan kemungkinan provokasi di sepanjang perbatasan adalah urusan Rusia," kata Zelenskyy pada hari Kamis (1/3). Sejak awal tahun, menurut pengakuan Zelenskyy, 20 prajurit Ukraina telah tewas dan 57 luka-luka.

Dmytro Kuleba yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Ukraina juga menuduh Rusia melakukan "gangguan sistemik" terhadap situasi keamanan di Donbass dan Krimea.

2. Kremlin peringatkan NATO tak kirim pasukan ke Ukraina

Kremlin Peringatkan NATO Tidak Kirim Pasukan ke UkrainaJuru bicara Kremlin, Dmitry Peskov. (Twitter.com/Russian Embassy in USA)

Sebagai pihak yang mendukung pemerintah Ukraina, Amerika Serikat segera menanggapi keluhan yang disampaikan oleh koleganya tersebut, tentang peningkatan aktivitas militer Rusia di perbatasan timur wilayahnya. Melansir dari kantor berita Reuters, Iloyd Austin Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan Menteri Pertahanan Ukraina Andrii Taran, dan "mengutuk peningkatan (aktivitas militer) baru-baru ini dari tindakan agresif dan provokatif Rusia di timur Ukraina."

Namun pihak Rusia sendiri menganggap bahwa tindakan pengerahan pasukan itu tidak mengkhawatirkan. Dmitry Peskov yang menjadi juru bicara Kremlin mengatakan bahwa pemindahan pasukan tersebut "tidak perlu mengkhawatirkan siapa pun dan tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun," katanya seperti dikutip dari Deutsche Welle.

Menurut juru bicara Kremlin tersebut, daerah di Donbass memang tegang dan dia menuduh bahwa "provokasi pasukan Ukraina memang terjadi."

Ketika Ukraina mendapatkan dukungan dan tanggapan dari AS, Kremlin memperingatkan agar AS dan sekutu NATO tidak mengirimkan pasukannya ke Ukraina. Jika pengiriman pasukan itu dilakukan, ketegangan di wilayah Donbass akan semakin meningkat.

Peskov menjelaskan "tidak ada keraguan skenario seperti itu akan mengarah pada peningkatan lebih lanjut dalam ketegangan di dekat perbatasan Rusia. Tentu saja, ini akan membutuhkan langkah-langkah tambahan dari pihak Rusia untuk memastikan keamanannya.”

Dia juga menegaskan bahwa "Rusia tidak mengancam siapa pun, tidak pernah mengancam siapa pun." 

Baca Juga: Pasukan Rusia Bergerak, Ukraina dan AS Mulai Waspada

3. Konflik di Dunbass telah merenggut nyawa belasan ribu orang

Kremlin Peringatkan NATO Tidak Kirim Pasukan ke UkrainaMiliter Ukraina di Donbass (Wikimedia.org/OSCE Special Monitoring Mission to Ukraine)

Seiring dengan proses aneksasi Krimea oleh Rusia, kelompok separatis di Dunbass yang terdiri dari dua wilayah yakni Donetsk dan Lugansk, juga mengumandangkan protesnya terhadap pemerintah Ukraina. Sebagian besar masyarakat di Dunbass memang berbahasa Rusia dan mereka pro dengan Moskow.

Ketika kemudian Donetsk dan Lugansk mendeklarasikan untuk "berdiri-sendiri" sebagai republik yang terpisah dari Ukraina, konflik berdarah kemudian terjadi sejak tahun 2014 lalu. Menurut PBB, konflik tersebut telah membuat lebih dari 13.000 nyawa melayang. Dalam konflik tersebut, Rusia dituduh memberikan dukungan materil dan persenjataan kepada kelompok separatis.

Berbagai upaya gencatan senjata telah dilakukan. Tahun lalu, tepatnya pada bulan Juni, gencatan senjata juga telah dilakukan dan telah menyebabkan penurunan tajam pertempuran antara pemerintah Ukraina dan kelompok separatis. Konflik itu sampai saat ini belum tuntas.

Menurut studi yang dilaporkan oleh The Interpreter, Rusia mendesak agar pemerintah Ukraina melakukan pembicaraan dengan kelompok separatis untuk memadamkan konflik. Namun pemerintah Ukraina menolak hal tersebut, karena jika pembicaraan dilangsungkan, menurut mereka, berarti pemerintah Ukraina mengakui secara de facto keberadaan kelompok separatis tersebut.

Baca Juga: Presiden Ukraina Blokir Tiga Saluran TV Oposisi 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya