Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suasana protes besar-besaran yang dilakukan oleh massa Myanmar saat kudeta berlangsung. (Twitter.com/GuideCivilian)

Naypyitaw, IDN Times - Ribuan massa Myanmar turun ke jalan menuntut protes yang terjadi selama kudeta militer Myanmar berlangsung pada hari ke-10 tanggal 15 Februari 2021 waktu setempat. Sebelumnya, surat penangkapan terhadap para tokoh oposisi telah diumumkan oleh pihak militer. Bagaimana awal ceritanya?

1. Para mahasiswa mengenakan pakaian putih dengan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi

Suasana protes besar-besaran yang dilakukan oleh massa Myanmar saat kudeta berlangsung. (Twitter.com/GuideCivilian)

Dilansir dari Channelnewsasia.com, ribuan massa Myanmar turun ke jalan di kota-kota besar Myanmar untuk protes besar-besaran anti kudeta militer Myanmar pada hari ke-9 secara berturut-turut pada hari Minggu, 14 Februari 2021, waktu setempat, setelah malam yang mencekam ketika para warga membentuk patroli dan tentara membatalkan undang-undang yang melindungi kebebasan berpendapat. Para mahasiswa teknik berbaris melalui pusat kota Yangon, Myanmar, dengan mengenakan pakaian putih serta membawa plakat yang menuntut pembebasan penasihat negara, Aung San Suu Kyi, yang telah ditahan militer Myanmar sejak tanggal 1 Februari 2021 lalu.

Bagian dari protes besar-besaran di jalan yang merupakan terbesar dalam satu dekade, armada bus jalan raya telah meluncur perlahan di kota sambil membunyikan klakson sebagai bentuk protes. Iring-iringan sepeda motor dan mobil juga melintasi Naypyitaw, ibu kota Myanmar. Begitu juga dengan di pinggir kota Dawei, sebuah band musik memainkan drum dalam bayang-bayang tenda saat kerumunan berbaris di bawah terik matahari, serta di Waimaw, negara bagian Kachin paling utara di tepi Sungai Irrawaddy, sebagian besar massa membawa bendera dan menyanyikan lagu-lagu revolusioner.

2. Pada hari Sabtu, 13 Februari 2021, malam waktu setempat, sebagian besar demonstran menyerukan penghentian penculikan orang pada malam hari

Suasana protes besar-besaran yang dilakukan oleh massa Myanmar saat kudeta berlangsung. (Twitter.com/GuideCivilian)

Sebagian besar demonstran di Yangon membawa sebuah tulisan dalam spanduk yang menyerukan kepada pihak berwenang untuk meminta menghentikan penculikan orang di malam hari. Para warga telah bersatu pada hari Sabtu, 13 Februari 2021, malam waktu setempat untuk berpatroli di jalan-jalan yang ada di Yangon, Myanmar, serta kota Mandalay di mana mereka takut akan serangan penangkapan serta kejahatan umum setelah junta militer telah memerintahkan pembebasan ribuan tahanan. Di lingkungan yang berbeda, kelompok yang merupakan sebagian besar pria muda telah membunyikan panci dan wajan untuk membunyikan alarm.

Kekhawatiran tentang aktivitas kriminal telah membumbung tinggi sejak JUmat, 12 Februari 2021, lalu ketika junta militer Myanmar mengumumkan pembebasan sebanyak 23.000 tahanan yang mengatakan langkah itu konsisten dengan membangun negara demokrasi baru dengan perdamaian, pembangunan, serta disiplin. Seorang penduduk di Yangon bernama Tin Myint termasuk di antara kerumunan yang menahan 4 orang yang diduga melakukan serangan di lingkungan itu. Dia juga berpikir maksud dari militer yakni menimbulkan adanya kekerasan dengan para penjahat yang menyusup ke dalam kerumunan para demonstran.

3. Baik PBB maupun Amerika Serikat akan memberikan teguran keras terhadap Myanmar

Suasana protes besar-besaran yang dilakukan oleh massa Myanmar saat kudeta berlangsung. (Twitter.com/GuideCivilian)

Dewan HAM PBB yang beranggotakan 47 orang mengadopsi resolusi pada hari Jumat, 12 Februari 2021, yang menyerukan Myanmar membebaskan Aung San Suu Kyi dan pejabat lainnya dari tahanan dan menahan diri dari penggunaan kekerasan terhadap para demonstran. Penyelidik hak PBB untuk Myanmar, Thomas Andrews, mengatakan pada sesi khusus Dewan Hak Asasi di Jenewa, Swiss bahwa Dewan Keamanan PBB harus mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi dan embargo senjata.

Duta Besar Myanmar untuk PBB, Myint Thu, mengatakan pada sesi tersebut bahwa Myanmar tidak ingin menghentikan transisi demokrasi yang baru lahir di Myanmar serta akan melanjutkan kerja sama internasional. Tindakan militer Myanmar ini juga menuai reaksi keras dari Amerika Serikat yang minggu ini mulai menjatuhkan sanksi kepada para jenderal yang berkuasa serta beberapa bisnis yang terkait dengan mereka. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team