Menlu Retno: ASEAN-G20 Bukti Indonesia Mampu Jadi Mediator Global

Peran negara berkembang tidak dapat diabaikan

New York, IDN Times – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, menghadiri pertemuan Ministerial Meeting of the Global Governance Group (3GMM) pada Rabu (20/9/2023). Pertemuan itu digelar di sela-sela rangkaian Sidang Majelis Umum ke-78 Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB).

Ada empat hal yang Retno serukan pada pertemuan tersebut, yaitu reformasi kerja sama multilateralisme, memperkuat solidaritas bersama, peran Indonesia sebagai mediator global, dan pentingnya mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) di semua platform.

Sebagai informasi, Global Governance Group (3G) adalah grup 30 negara kecil dan menengah, anggota G20 serta anggota PBB lainnya. Adapun 3GMM digelar rutin setiap tahun di sela-sela SMU PBB, dengan tujuan memperkuat jaringan dan mendorong dialog antarnegara anggotanya. Tema pertemuan tahun ini adalah “Penguatan Multilateralisme untuk Mencapai SDGs”.

1. Serukan reformasi multilateralisme

Menlu Retno: ASEAN-G20 Bukti Indonesia Mampu Jadi Mediator GlobalMenlu RI Retno Marsudi di SDG Summit 2023 (Dok. Billy PTRI New York)

Terkait poin pertama, Retno mengatakan bahwa multilateralisme harus memiliki aksi konkret yang bermanfaat bagi negara berkembang.

“Multilateralisme harus membawa hasil nyata, harus inklusif dan setara. Jika multilateralisme tidak berjalan, akan sulit mencapai SDGs,” kata Retno di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat (AS).

Sekjen PBB Antonio Guterres juga sempat menuturkan, perang dan krisis menyebabkan target SDGs pada tahun 2030 mundur dari target. Dia kemudian menyoroti tata kelola global yang dianggap sudah usang, sehingga harus segera direformasi.

Baca Juga: Diplomasi Indonesia untuk Afghanistan

2. Peran penting Indonesia sebagai bagian Global South

Menlu Retno: ASEAN-G20 Bukti Indonesia Mampu Jadi Mediator GlobalMenlu RI Retno Marsudi di SDGs Summit 2023 (IDN Times/Vanny El Rahman)

Hal kedua yang disampaikan Retno adalah urgensi komitmen bersama untuk mencapai SDGs. Menurutnya, penting bagi semua negara untuk mendorong solidaritas di berbagai platform internasional dan multilateral.

Kemudian, poin ketiga yang dibicarakan Retno adalah pelajaran penting dari KTT ke-43 ASEAN dan KTT G20. Dari dua summit tersebut, Retno menyimpulkan bahwa negara-negara Global South atau negara berkembang terbukti dapat menavigasi situasi yang sulit dan menjembatani perbedaan.

Indonesia mampu menjembatani berbagai kepentingan negara ketika menjadi Ketua ASEAN 2023 dan Presiden G20 2022. Hasilnya, Indonesia sebagai tuan rumah mampu menghasilkan komunike bersama. Retno pun berharap agar spirit kolaborasi dari KTT tersebut bisa terus dijaga.

3. SDGs dan hak pembangunan negara berkembang

Menlu Retno: ASEAN-G20 Bukti Indonesia Mampu Jadi Mediator GlobalMenlu RI Retno Marsudi di SDGs Summit 2023 (IDN Times/Vanny El Rahman)

Poin terakhir yang Retno sampaikan adalah pentingnya mengarusutamakan SDGs di semua platform. Dengan 7 tahun waktu yang tersisa untuk realisasi SDGs, sudah sepatutnya semua negara bergandengan tangan untuk memperkuat kolaborasi global.

“Dibutuhkan sinergi yang lebih baik untuk memastikan hasil yang berorientasi pada solusi,” kata Retno.

Pada saat yang sama, dia juga menyerukan supaya negara adikuasa menghormati hak pembangunan negara berkembang.

“Kebijakan dagang yang diskriminatif harus dihindari. Hak pembangunan bagi semua negara harus dihormati,” ungkapnya.

Baca Juga: Indonesia, Ujung Tombak Wujudkan SDGs di Asia Tenggara

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya