The Future of The Media, Arah Masa Depan Bagi IDN Times

Peluang dari akselerasi digital

Jakarta, IDN Times – Tanpa melihat data survei, saya bisa memastikan bahwa waktu yang dialokasikan untuk konsumsi internet selama pandemik COVID-19 meningkat pesat.

Anak saya, pelajar di sekolah menengah atas, pukul 07.00 WIB sudah duduk di depan laptop untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Di selang waktu istirahat pukul 09.30-10.00 WIB, dan jeda makan siang pukul 12.00-12.30 WIB, dia menuntaskan rutinitas harian sampai pukul 14.30 WIB. Praktis, selama minimal 7,5 jam dia mengakses internet.

Mengapa? Karena pada saat jeda, dia beralih ke konten lain: hiburan, atau permainan.
Setelah itu dia tidur siang. Sore ke malam, sedikitnya dua sampai lima jam dia mengakses internet, baik konteksnya berseluncur menikmati konten hiburan atau mengerjakan tugas dari sekolah. Jadi, 9,5-12,5 jam waktu yang dihabiskan mengakses internet. Dua kali lipat dibandingkan saat bersekolah di kelas, sebelum virus corona menyerang. Dan, saat ini sekitar 135 juta pelajar melakukan PJJ secara daring.

Mereka yang bekerja dari rumah pun praktis sama. Rapat-rapat dilakukan virtual, begitu juga webinar. Banyak orang mengatakan, bekerja lebih produktif saat pandemik, dengan akibat yang harus diperhatikan juga: kelelahan fisik, mental, dan mata. Tidak bisa ke mana-mana, termasuk bersantai makan di restoran atau pun ke mal, membuat kita beralih ke layanan streaming untuk menikmati hiburan konten berupa film. Lagi-lagi, artinya terpapar dengan internet.

COVID-19 memaksa akselerasi digital. Tidak hanya dalam pembelajaran, bekerja, konsumsi informasi, maupun belanja, bahkan mengakses layanan kesehatan lewat telemedicine.

Laporan yang diterbitkan Google, Temasek, dan Bain & Company, soal e-Economy SEA 2020, menyebutkan terjadi “flight to digital” dalam ekonomi internet di Asia Tenggara (South East Asia). Laporan ini dibuat berdasarkan survei wawancara daring yang melibatkan 4.712 responden di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Survei dilakukan pada rentang waktu 18 Agustus–2 September 2020.

Hasilnya, terjadi penambahan 40 juta pengguna internet, tahun ini saja, year to date (400 juta pengguna, dibandingkan 360 juta pengguna tahun 2019). Total populasi di enam negara tersebut ada 583 juta orang. Paling banyak Indonesia, dengan 271 juta penduduk.

Pandemik virus corona juga mendorong adopsi digital secara masif, dengan 36 persen baru melakukannya saat pandemik. Sebanyak 90 persen akan melanjutkan proses yang sudah terjadi pasca pandemik. Rata-rata penduduk di negara yang disurvei menghabiskan satu jam lebih lama dalam konsumsi internet, dibandingkan sebelumnya, saat terjadi lockdown (karantina wilayah).

Layanan daring menjadi pilihan dan akses ke barang kebutuhan pokok, layanan kesehatan, pendidikan, hiburan dan membantu kegiatan bisnis untuk “bertahan”. Sebanyak delapan dari 10 warga menyatakan teknologi sangat membantu mereka melewati pandemik. Teknologi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan mereka.

Sebelum pandemik, setiap harinya orang menghabiskan waktu sekitar 3,5 jam mengakses internet. Selama lockdown, sekitar 4,7 jam, dan sesudah relaksasi menjadi 4,2 jam per hari.

Baca Juga: Survei WEF, Anak Muda ASEAN Tahan Banting Saat Pandemik Corona

The Future of The Media, Arah Masa Depan Bagi IDN TimesIlustrasi ASEAN dan 10 negara anggotanya (www.asean-competition.org)

Adopsi digital juga mempercepat transformasi di media dalam produksi konten, distribusi, maupun monetisasi.

Nampak jelas bahwa pandemik COVID-19 ditandai dengan akselerasi digital di semua jenis industri media dan hiburan. Kesenjangan konsumsi antara saluran digital dengan saluran non digital melebar. Di AS, waktu yang dialokasikan konsumen untuk media digital antara 2018 dan 2020 bertambah 5 persen, sementara ke media tradisional berkurang 2 persen.

Di Tiongkok, kesenjangannya melebar lebih cepat, delapan persen pertumbuhan saluran digital, sedangkan ke media tradisional drop 3 persen. Kebanyakan penambahan waktu digital dilewatkan pengguna di layanan video digital dan platform media sosial. Sejak pandemik dimulai, 50 persen millennial dan gen Z menghabiskan waktu di YouTube, 47 persen di Facebook, 34 persen di Instagram.

Pergeseran kebiasaan dan ekonomi diakselerasi lintas platform. Forum Ekonomi Dunia (WEF), lewat kertas kerja yang dihasilkan grup diskusi Shaping the Future of Media, Entertainment and Culture, seri ketiga, melakukan investigasi dampak COVID-19 untuk ekosistem media, outlines dampak ekosistem dalam jangka panjang, termasuk perubahan struktur, pengalaman pengguna, monetisasi dan praktik data.

Hasilnya?

Tahun 2020, menjadi momentum penting bagi industri media dan hiburan. Konsumen dan pengiklan berpindah secara lebih cepat ke saluran digital, mengharapkan nilai yang lebih besar dari waktu yang mereka lewatkan di platform ini dan uang yang dihasilkan. Situasi ini menaikkan ekspektasi layanan bagi pengalaman pelanggan.

Kompetisi meningkat dan akses ke data pengguna menjadi kunci sukses. Model bisnis berkembang untuk mengakomodasi kelas konsumen kreator dan peluang monetisasi hibrida. Regulator kian mencermati platform yang menyalurkan konten media.

Sejumlah pemimpin media massa di Indonesia yang saya wawancarai untuk program #OurNewsroom by IDN Times, yang mengakui, pandemik membuat kreativitas dan inovasi di platform digital berkembang cepat. Situasi yang bakal berlanjut sesudah pandemik reda.

Media tradisional seperti koran, majalah, radio dan televisi harus memikirkan model baru dalam bisnis dan produksi yang lebih tech savvy dan cost savvy. Adopsi digital mengubah secara cepat pola konsumsi informasi. Konten berbayar masuk dalam rencana penting ke depan.

Baca Juga: IDN Times Raih Penghargaan Program Terbaik untuk Millennial

The Future of The Media, Arah Masa Depan Bagi IDN TimesIDN App (IDN Times)

The Future of Media, sebenarnya sudah terjadi saat ini, gara-gara COVID-19. Proses ini terjadi pula di IDN Media dan IDN Times, dalam bentuk :

  • Community Building. Memperkuat komunitas, baik offline maupun online. Dalam bentuk komunitas penulis (IDN Times Community Writers sebagai platform user generated content, UGC), maupun menguatkan komunitas pembaca. Keanggotaan aktif menjadi penting (creator membership). Untuk mewujudkan ini perlu komunikasi interaktif, dua arah, secara konstan dengan khalayak pembaca, seraya mendapatkan feedback, masukan bagi pengembangan konten. Komunitas penulis IDN Times menang penghargaan Asian Digital Media Award 2020 sebagai program yang berhasil membangun engagement dengan khalayak millennial.
  • #DemocratizeInformation. Mengembangkan jejaring hyperlocal, penetrasi produksi dan distribusi konten ke regional. Karena Indonesia bukan hanya Jakarta. Perbaikan penetrasi internet terutama karena pengalaman pandemik, membuat konsumsi informasi secara digital meningkat. Akses terhadap informasi menjadi semakin mudah bagi semuanya.
  • Memanfaatkan big data, jurnalisme yang menjunjung etika dalam proses pencarian, produksi, sampai penyajian. Jurnalisme kurasi di era digital. Salah satunya kami mengembangkan fitur #MillennialMemilih untuk edukasi pemilu dan menjembatani gap informasi antara kandidat dengan pemilih usia muda. Fitur ini memenangkan penghargaan di Asian Digital Media Award 2019.
  • Scalable Technology and Distribution. Menjadikan teknologi sebagai pilar penting produksi dan distribusi konten, baik yang dikembangkan sendiri, yaitu IDN App, maupun multiplatform teknologi yang tersedia. IDN Media, termasuk IDN Times, bergerak dari berbasis browser ke Super App. Secara cepat kami mengarah ke pola konsumsi mobile only. Termasuk memanfaatkann teknologi untuk produksi ide konten, optimasi pengalaman membaca dan maksimalisasi jangkauan pembaca.
  • Memberikan perhatian besar kepada video dan layanan streaming sebagai produk yang dekat dengan khalayak millennial dan gen Z. Selama tiga bulan pertama pandemik, di kuartal I 2020, kita melihat pelanggan Netflix, misalnya, bertambah 16 juta. Jumlahnya memang menurun ke angka 10,2 juta di Q2, tetapi tetap menciptakan peluang besar bagi distribusi konten. Layanan streaming lain melihat Indonesia sebagai pasar yang lukratif pula. Beragam konten yang ada di IDN Times membuat kami tak ubahnya sebuah media agregator, kumpulan produksi internal maupun eksternal dari UGC.
  • Pendiri IDN Media Winston Utomo dan William Utomo, menetapkan tahun 2020 sebagai awal transformasi IDN Media dari perusahaan media menjadi platform penyedia konten, termasuk dengan akuisisi IDN Pictures yang memproduksi video dan film. Menjadi “a one-stop media platform".

Jalan menjadi perusahaan penyedia konten termasuk media, masih panjang, bagi organisasi media yang berusia enam tahun pada 8 Juni 2020. Teknologi mempercepat semua proses, tetapi hal terpenting adalah orang, manusia-manusia di balik proses konten, termasuk para jurnalis yang bekerja dengan semangat untuk memajukan kemanusiaan dan kepentingan publik di atas segalanya. Termasuk mereka yang tidak mampu bersuara. Voicing the voiceless.

Sebagai jurnalis, yang mencintai profesi ini sepenuh hati, saya percaya betul tanggung jawab ini. Menjadi pemimpin redaksi IDN Times, semoga memberikan ruang bagi saya merealiasikan misi penting itu bersama dengan kolega, rekan bekerja.

Teknologi boleh saja menjadi pilar, tetapi jiwa para pengelola yang peduli kepada sesama, di atas segalanya. Membangun dan menjadikan kultur baik sebagai DNA dalam setiap individu di organisasi ini semoga menjadi kunci untuk bertahan, berkembang, dan berkelanjutan. Saya optimistis pendiri dan Timmy, begitu kami menyebut karyawan di IDN Media, memiliki misi yang sama meraih tujuan itu.

Baca Juga: IDN Media Raih 3 Penghargaan dari WAN-IFRA

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Hidayat Taufik

Berita Terkini Lainnya