Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Menarik Virus Toxoplasma gondii, Menjadikan Inangnya Agresif 

Kista jaringan T. gondii di otak tikus (wikimedia.org/Jitinder P. Dubey)

Bagaimana bila ada virus yang dapat mengendalikan perilaku inangnya dan menjadikannya lebih agresif, layaknya T Virus dalam serial game resident evil? Kenalkan! Namanya Toxoplasma Gondii, virus yang dapat mempengaruhi perilaku inangnya dan merubahnya menjadi lebih agresif.

Meskipun begitu, Toxoplasma gondii tidak akan merubah inangnya menjadi zombie seperti T Virus dalam serial resident evil. Meskipun dapat menyerang semua mamalia, virus mikroskopis ini hanya dapat mengendalikan perilaku tikus dan mengubahnya menjadi lebih agresif. Penasaran? Yuk! Cek fakta menarik tentang mereka.

1. Menyerang semua jenis mamalia

ilustrasi tupai (Pexels.com/Pixabay)

Tidak pandang bulu! Parasit mikroskopis ini bisa menginfeksi hampir semua jenis mamalia dan burung. Hewan yang terjangkit parasit ini biasanya akan menderita penyakit toxoplasmosis. Selain menyerang mamalia dan burung, parasit ini juga dapat menyerang manusia. Umumnya, infeksi terhadap manusia terjadi melalui makanan yang kurang matang, air yang terkontaminasi, atau kontak dengan kotoran kucing.

Jadi pastikan kamu memasak makanan kamu secara matang, memastikan air kamu bersih dan tidak melakukan kontak langsung dengan kotoran hewan terutama kucing. Lantas, apa yang terjadi bila manusia terinfeksi? Umumnya, mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun karena sistem imun tubuh manusia mampu mengendalikan dan menangkal infeksi virus ini.

2. Menjadikan tikus lebih agresif terhadap kucing

ilustrasi tikus (Pexels.com/DSD)

Pernah melihat kelakuan aneh tikus yang cenderung agresif terhadap kucing? Tikus-tikus tersebut mendekati kucing seperti tidak punya rasa takut, malah beberapa cenderung seperti berharap dimakan oleh kucing. Kemungkinan besar tikus tersebut terinfeksi Toxoplasma gondii, meskipun tidak semua hewan tapi virus ini dapat mengendalikan perilaku beberapa hewan yang menjadi inangnya seperti tikus.

Virus ini cenderung menghilangkan rasa takut yang dimiliki tikus terhadap kucing dengan menyerang otak mereka dan mengubah respon alami tikus terhadap bau kucing. Menjadikan tikus yang terinfeksi cenderung penasaran dan mendekati bau kucing, yang pada akhirnya membuat mereka lebih mudah dimangsa oleh predator tersebut. Virus ini melakukan hal tersebut agar dapat berpindah dari tubuh tikus ke tubuh kucing yang merupakan inang utama dari Toxoplasma gondii, tempat parasit ini bisa bereproduksi secara seksual.

3. Telurnya banyak ditemukan di kotoran kucing atau makanan terkontaminasi

ilustrasi kucing (Pexels.com/Cats Coming)

Setelah masuk kedalam tubuh kucing, virus ini akan mulai melakukan reproduksi. Kemudian, virus ini menghasilkan oosit atau sel telur mereka yang nantinya akan dikeluarkan bersamaan dengan kotoran kucing. Itulah kenapa kalian harus berhati-hati untuk tidak melakukan kontak langsung dengan kotoran hewan terutama kucing. Selain itu virus ini juga dapat berada di tubuh mamalia lain termasuk daging yang biasanya kita masak.

Namun, kamu tidak perlu khawatir karena virus ini cukup rentan terhadap perubahan lingkungan. Jadi selama kamu melakukan desinfeksi kotoran kucing, memasak makanan secara matang dan menggunakan sumber air yang bersih, kamu dapat memutus siklus infeksi virus ini. Selain itu sistem imun yang kuat juga dapat melawan ancaman virus ini karena sistem imun manusia bisa mengendalikan infeksi dan mencegah parasit ini berkembang biak.

4. Menjadi pengendali populasi tikus secara alami

ilustrasi tikus (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Meskipun sering dianggap sebagai parasit berbahaya, keberadaan virus ini ternyata cukup berguna bagi kehidupan manusia dan hewan lainnya, lho! Dengan kemampuannya dalam memengaruhi perilaku tikus, parasit ini membantu menjaga keseimbangan antara predator (kucing) dan mangsa (tikus). Terlebih lagi, tikus merupakan hama yang dapat berkembang biak tanpa henti dan menyebabkan kerusakan. Sehingga keberadaan virus ini sangat membantu dalam mengontrol populasi tikus agar tidak menyebabkan bencana seperti wabah pes (Bubonic plague) atau Black death.

Meskipun begitu, perlu kamu ingat bahwa infeksi yang tidak terkendali pada manusia dan hewan peliharaan yang tidak terkendali oleh virus ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gejala ringan hingga komplikasi serius seperti gangguan penglihatan atau kerusakan otak.

5. Bisa menyerang otak manusia

ilustrasi seseorang mengalami sakit kepala (Pexels.com/Nathan Cowley)

Meskipun sistem imun manusia bisa melawan virus ini, bukan berarti manusia sepenuhnya aman dari virus ini. Orang-orang dengan sistem imun lemah, seperti penderita HIV/AIDS, rentan terkena infeksi virus ini. Mereka bisa terkena toksoplasmosis akut yang menyerang otak, paru-paru, atau retina. Hal tersebut berisiko mengakibatkan ensefalitis, kebutaan, atau kerusakan organ lain jika tidak ditangani. Kondisi ini dapat berakibat fatal tanpa pengobatan yang tepat.

Pada ibu hamil, infeksi pertama Toxoplasma dapat menular ke janin dan menyebabkan toksoplasmosis kongenital, dengan dampak seperti keguguran, cacat lahir, gangguan neurologis, atau gangguan penglihatan. Risiko meningkat seiring usia kehamilan, tetapi dampaknya lebih berat pada trimester awal. Pencegahan dengan menghindari sumber infeksi sangat penting untuk melindungi ibu dan janin.

Jadi bila kamu menemukan tikus yang dengan berani malah mendekati kucing kamu dan kucing kamu takut. Mungkin, kucing kamu sudah merasakan ada sesuatu yang aneh dengan tikus tersebut. Sebaiknya hindarkan tikus tersebut dari kucing-kucing yang ada di sekitar. Pastikan juga kamu tidak sembarangan melakukan kontak dengan kotoran hewan terutama kucing. Bila kamu tidak sengaja menemukan diri kamu menginjak kotoran hewan tersebut, segera cuci bagian yang kotor tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Habib Salehudin
EditorHabib Salehudin
Follow Us