Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Komplikasi Kesehatan yang Berkaitan dengan Parasit Toxoplasma Gondii

ilustrasi parasit Toxoplasma gondii dari mikroskop (medical-labs.net)

Parasit Toxoplasma gondii tidak hanya dikaitkan dengan binatang kucing saja namun juga dapat ditemukan pada makanan seperti daging yang tidak dimasak hingga matang. Seperti yang sudah kita ketahui, ibu hamil disarankan untuk tidak memelihara binatang kucing maupun mengonsumsi makanan mentah. Tujuannya agar janin di dalam kandungan tidak terinfeksi oleh Toxoplasma gondii. Seseorang yang terinfeksi oleh parasit ini disebut memiliki penyakit Toksoplasmosis.

Bukan ibu hamil saja yang perlu berhati-hati dengan parasit Toxoplasma gondii, melainkan mereka yang memiliki gangguan imun atau imunitas rendah juga harus waspada. Parasit Toxoplasma gondii tidak benar-benar hilang dari tubuh meskipun orang tersebut sudah sembuh atau tidak bergejala. Melainkan, parasit ini tetap tinggal di dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif. Dikhawatirkan Toxoplasma gondii dapat aktif kembali bila imun tubuh orang tersebut terganggu atau rendah. Akibatnya orang tersebut berisiko tinggi mengalami komplikasi kesehatan. Seperti apa sajakah komplikasi kesehatan tersebut? Berikut penjelasannya.

1. Kejang

ilustrasi anatomi otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Toksoplasmosis menyerang organ tubuh otak dan saraf. Dikutip dari Mayo Clinic, seseorang yang mempunyai gangguan imun atau imunitasnya rendah seperti AIDS dapat mengalami kejang saat tubuh terinfeksi oleh parasit Toxoplasma gondii.

Dirangkum dari jurnal PLOS Neglected Tropical Diseases tahun 2015, setelah menginfeksi tubuh, parasit ini kemudian membentuk bradizoit yang lama kelamaan dapat pecah dan menyebar ke seluruh tubuh. Kejang dapat terjadi setelah bradizoit menyebar di dalam tubuh seseorang yang mempunyai gangguan imun. 

2. Ensefalitis toksoplasma

ilustrasi anatomi otak manusia (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ensefalitis Toksoplasma (ET) adalah radang otak yang disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma gondii. Melansir jurnal Brain Tumor Research and Treatment tahun 2017, ET menyerang sistem saraf pusat seseorang yang mempunyai gangguan imun contohnya AIDS atau mereka yang pernah mendapatkan transplantasi organ dan sebelumnya pernah terinfeksi oleh Toxoplasma gondii.

Gejala ET antara lain berupa sakit kepala, merasa bingung, demam, atau otot terasa lemah. ET pada penderita AIDS bila tidak diobati dapat menyebabkan kejang, pingsan, bahkan kematian. Mengutip laman Clinical Info HIV.gov, seseorang yang baru saja mengetahui dirinya terkena AIDS dianjurkan untuk tes antibodi IgG  untuk mendeteksi apakah ada Toxoplasma gondii yang tersembunyi atau tidak aktif di dalam tubuh.

Lebih lanjut, penderita AIDS juga dianjurkan untuk berhati-hati seperti mengonsumsi makanan yang sudah dimasak, tidak makan makanan laut yang mentah seperti kerang dan tiram, rajin mencuci tangan, dan tidak kontak langsung dengan binatang kucing misalnya membersihkan kotoran atau kandang kucing.

3. Ocular Toxoplasmosis

ilustrasi dokter mata sedang memeriksa pasien (pexels.com/Anthony Shkraba)

Ocular Toxoplasmosis (OT) adalah infeksi mata yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii.  Parasit ini menyerang retina dan umumnya dapat sembuh sendiri. Namun, parasit yang aktif atau hidup kembali dapat mengakibatkan mata menjadi sakit, pandangan kabur hingga kebutaan. Melansir laman NPS MedicineWise Australia, OT umumnya terjadi di anak-anak dan orang dewasa yang berusia 25 hingga 45 tahun. 

Gejala OT antara lain berupa pandangan kabur, mata terasa sakit dan tekanan di dalam bola mata tinggi. Dikutip dari rarediseases.info.nih.gov, orang yang tidak memiliki gangguan imun dan menunjukkan gejala OT yang ringan dapat sembuh dalam kurun waktu 4--8 minggu. Namun mereka yang memiliki gangguan imun dan OT membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh. 

4. Kehilangan pendengaran

ilustrasi dokter memeriksa telinga (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii umumnya terjadi pada anak-anak yang memiliki Toksoplasmosis bawaan (Congenital Toxoplasmosis). 

Merujuk laman pediatrics.aappublications.org, Toksoplasmosis bawaan dapat terjadi bila:

  • Ibu yang mengandung terinfeksi oleh parasit Toxoplasma gondii 3 bulan sebelum melahirkan atau sewaktu hamil.
  • Parasit aktif kembali di dalam tubuh ibu yang imunnya sedang rendah.
  • Ada varian baru yang menyerang tubuh ibu yang sudah imun misalnya karena perjalanan internasional atau mengonsumsi makanan mentah yang sudah terkontaminasi. 

Laman resmi Middlesexhealth.org menyebutkan anak yang memiliki Toksoplasmosis bawaan dapat mengalami komplikasi kesehatan seperti kehilangan pendengaran, kebutaan, dan cacat mental.

5. Gangguan mental

ilustrasi seseorang sedang mengikuti sesi konseling (pexels.com/Alex Green)

Sebuah laporan di jurnal BMC Psychiatry tahun 2020 menjelaskan bahwa meskipun seseorang dalam kondisi latent Toksoplasmosis dan tidak bergejala, parasit Toxoplasma gondii dapat memodifikasi perilaku manusia atau tikus yang terinfeksi. Lebih lanjut, parasit ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan perilaku yang mengarah kepada Skizofrenia dan depresi. Latent Toksoplasmosis adalah sebuah kondisi dimana tubuh seseorang terinfeksi oleh Toxoplasma gondii namun dalam keadaan tidak aktif.

Itulah lima komplikasi kesehatan yang dapat muncul berkaitan dengan parasit Toxoplasma gondii. Dari kelima komplikasi ini, mayoritas menyerang orang yang memiliki gangguan imun seperti penderita AIDS, pernah mendapatkan transplantasi organ, mengonsumsi obat seperti steroid, dan pernah terinfeksi saat masih di dalam kandungan. Perihal untuk gangguan mental, parasit yang di dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif juga berpotensi menyebabkan perubahan perilaku di orang tersebut seperti Skizofrenia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Kalyana Dhisty
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us